0.6

43.2K 3.3K 148
                                    

Makan malam.

Hal yang sangat ingin Naykilla hindari selama hidupnya. Jika bukan karena kehadiran kedua Adiknya, Naykilla akan lebih memilih makan keluar atau ke apartemen pribadinya saja.

Bukan apa-apa, Naykilla hanya tak suka jika di meja makan ada obrolan yang selalu membuatnya tak berselera untuk menyentuh makanannya lagi. Seperti saat ini; enam orang manusia berbeda gender dan usia telah duduk memenuhi meja makan. Hidangan demi hidangan sudah di sajikan ke atas meja, piring-piring juga sudah terisi oleh nasi, tinggal menunggu si kepala keluarga memberikan aba-aba barulah mereka memulai sesi makan.

Jevan mendengus malas, ia juga tak suka ketika saat makan malam, sesuai ingatan ternyata kebiasaan ini tak berubah sedikit pun. Melirik Jayden, tangan Jevan lantas mengelus kepala Adik kecilnya lembut, memberikan senyum hangat ketika Jayden mendongak guna melihatnya. Naykilla sendiri memasang wajah tanpa ekspresi sedikit pun, dia hanya memandang lurus ke depan.

"Kuno," cibir Jevan sedikit mengeraskan suaranya.

Hal tersebut membuat Xander si kepala keluarga mendongak, mengalihkan pandangannya dari tab ke wajah putra tertuanya itu, matanya memicing tajam.

"JEVAN!" Bentak wanita setengah baya di hadapannya. Jevan menaikkan alis sebelah, "Mau menyamai anggota keluarga kerajaan?" Sindir Jevan menghiraukan bentakan wanita tadi.

Naykilla diam saja, memang keluarga ini seakan-akan ingin melakukan apa yang di lakukan oleh penghuni kerajaan sana.

Jayden memegangi perutnya, sedari tadi dia merasa lapar tetapi aba-aba dari Xander seakan tak kunjung tiba. Melihat Jayden lantas Jevan berdiri, menimbulkan suara bising decitan kursi dan lantai marmer. Menjulurkan tangannya pada Jayden, "Jay ikut Abang." Ajaknya seraya tersenyum.

"Mau kemana kamu! Sangat tidak sopan!" Sentak wanita itu lagi tidak terima, matanya melotot geram. Sang suami hanya diam memperhatikan, hingga ia mengalihkan pandangannya pada satu-satunya anak perempuannya, "Diam, apa hak anda membentak Adik-adik saya?" Mata tajam Naykilla mengarah pada si perempuan.

"Je, bawa Jay makan di luar sekarang." Perintah Naykilla tanpa menoleh.

Anak laki-laki tersebut mengangguk patuh, mengambil kunci mobil yang Naykilla ulurkan, dia mengangkat tubuh Jayden ke dalam pelukannya, sebelum pergi---Jevan menyempatkan diri untuk mencium pipi lembut kemerahan Jayden.

"Kak Je...Yera ikut...." rengek Yera, si anak perempuan di sebelah wanita tadi.

Jevan tidak menoleh lagi, ia semakin memeluk Jayden erat. Hal tersebut membuat rengekan Yera terdengar menjijikkan di telinga Naykilla.

"Saya muak, keluarga berantakan." Tutup Naykilla sambil berdiri dari duduknya. "Naykilla..." panggil Xander dingin, "Duduk dan makan hidanganmu."

Naykilla memandang wajah Xander dalam, "Silahkan nikmati hidangan anda sendiri Tuan pengkhianat." Naykilla menjawab, suaranya sangat datar tak berperasaan. Ia menghiraukan bahwa orang di hadapannya adalah Daddy kandungnya sendiri.

"NAYKILLA!"

"Cukup Fina---"

Tertawa sarkas, Naykilla menunjuk wajah wanita itu kemudian ia menipiskan bibirnya, "Pelacur murahan. Hanya karena anda menyandang sebagai istri Xander Mahessa; bukan berarti kelas anda sama seperti Mommy saya yang jelas-jelas keturunan kerajaan Spanyol."

Wajah Naykilla berpaling menatap sang Daddy yang terdiam, "Hanya saja Tuan di sana menjatuhkan seleranya sendiri untuk memungut pelacur seperti anda, Nyonya."

Kemudian Naykilla berbalik, membiarkan Fina berteriak marah memanggil namanya.

Di depan pintu rumah, sekarang Naykilla melihat Yera; anak pelacur tadi menangis seraya memegang celana bahan Jevan, wajah Jayden memucat karena takut jika Abangnya luluh dengan wajah menangis Yera.

I Never Loved My Ex [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang