2.7

32.6K 3K 168
                                    

Rentang jarum jam mulai saling berjauhan, berputar berkali-kali mengelilingi deretan angka di ikuti oleh detak suara jarum. Guru pengajar menutup buku yang sedari tadi telah ia buka dan jelaskan.

Menyipitkan matanya dari balik bingkai kaca yang terpasang di hidungnya.

Perhatian para murid langsung tertuju pada wajah sang guru, mereka sama-sama menantikan penutupan pelajaran. "Baik, cukup sampai disini. Kita lanjutkan minggu depan." Tutup sang guru kemudian keluar dari kelas.

Naykilla ikut berdiri, memasukkan seluruh perlengkapan dari atas meja ke dalam tas, mengantungi ponselnya lalu berjalan santai menuju pintu kelas.

Sesampainya ia ke deretan meja Azra, langkah kaki Naykilla terhenti, memutar arah tubuhnya, dia melihat Azra sepenuhnya sambil bersedekap dada. Azra yang menunduk; lantas mendongak, saling pandang beberapa saat.

Pupil Azra bergetar, dia sangat marah melihat Naykilla bisa berdiri tegak setelah menghancurkan kehidupannya. Di mulai dari penyelidikan perusahaan orang tuanya, lalu ia merebut perhatian Kakek Eian dan merebut Eian tentu saja dari pelukannya.

Padahal sebentar lagi...sebentar lagi Eian akan menjadi milik Azra sepenuhnya.

Naykilla menurunkan punggungnya sedikit, menumpukan telapak tangannya ke meja Azra, "Rencana lo hancur, Azra. Semuanya berbalik memunggungi lo." Katanya.

Tangan Azra mengepal, rahangnya mengeras di ikuti dengan mata hitamnya melotot. Naykilla tidak gentar, dia malah menarik dagu Azra–membuatnya lebih dekat ke arahnya.

"Selama ini gue selalu berbaik hati melepaskan semua kelakuan lo, tapi maaf, kali ini akan berbeda. Lo bakal gue hancurin."

Azra meringis ketika kuku Naykilla mulai menusuk kulitnya.

"Naykilla..." Sapaan berat seorang pemuda mengalihkan perhatian gadis itu. Menoleh menatap pintu kelas; di mana Eian berdiri menatapnya. Eian memasuki ruangan, masih terus memusatkan perhatian pada Naykilla.

Melihat adanya Eian, Azra meringis keras-keras, agar mengambil perhatian Eian. "A-aduh Nay! Sakit!" Ujarnya.

Eian memang benar melirik Azra tetapi kemudian memalingkan wajahnya lagi menghadap Naykilla.

Ketika Eian sudah di hadapannya, Naykilla melepaskan cengkramannya dari dagu Azra, memasang wajah tanpa dosa.

"Udah selesai?" Tanya Eian.

Menyelipkan rambut Naykilla, Eian mendekat lagi hingga meninggalkan sedikit jarak, "Kalau belum biar gue tunggu."

Kekehan Naykilla terdengar, menempelkan pipi ke tangan Eian yang masih berada di telinganya, "Udah selesai."

Sesaat kemudian Eian menangkup wajah Naykilla, ia berusaha agar tidak mencium gadis itu–alhasil dari kegigihannya, Eian hanya menjatuhkan kepalanya ke pundak Naykilla.

Gadis itu tersenyum tipis, menepuk-nepuk punggung Eian. Pemandangan tersebut berhasil menarik banyak perhatian murid, sama-sama pandangan mereka menuju pada pasangan yang menggemparkan sekolah.

Azra menggigit bibir bawahnya hingga menimbulkan luka, rasa amis darah juga sudah dapat ia rasakan.

Apakah pasangan itu memang sengaja?

I Never Loved My Ex

Tentu saja Naykilla sengaja, semua yang ia lakukan tadi hanyalah sebuah drama yang ingin semua orang tahu, tentang kebenaran atas hubungannya dengan Eian.

Naykilla akan senang hati menunjukkan bagaimana gosip yang mereka inginkan. Ketika mereka sudah terjauh dari mata memandang, Naykilla melepaskan paksa genggaman Eian.

I Never Loved My Ex [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang