2.8

31.2K 3K 317
                                    

"Abanggg, temeni Jay dong!"

Jevan menurunkan headphone yang terpasang menutup telinganya, melihat Jayden bingung, ia ikut menghentikan aktivitasnya bermain game online. Memusatkan perhatiannya pada Jayden seorang.

Jayden memegang celana pendek Jevan, "Ayo beli kado buat Kakak!" Ajaknya semangat.

"Ulang tahun Kakak 'kan udah lewat?" Bingung Jevan. Namun Jayden hanya tersenyum lebar, "Udahh, ayo temeni Jayden!"

Membalas senyuman semangat Jayden akhirnya Jevan mematikan layar pc yang sedang menyala, menghiraukan panggilan serta makian dari teman-temannya. Prioritas Jevan tetap Jayden.

Memakai hoodie hitamnya, tak lupa mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas nakas. Jayden mengulurkan tangannya seolah meminta Jevan agar menggendong tubuhnya.

Jevan tertawa, mengangkat Jayden membiarkan Adiknya memeluk erat lehernya. Sangat imut.

Melewati tangga panjang, akhirnya mereka sampai pada ruang tengah dan hendak berjalan menuju garasi; tempat beberapa kendaraan terparkir. Sebelum benar-benar keluar, Nanny Jayden datang membawa jaket yang segera Jevan pakaikan.

Melambaikan tangan kepada sang Nanny, Jayden memeluk leher Jevan lagi dan tersenyum mengejek pada Yera di belakang sang Nanny.

Jayden sudah mempelajari sesuatu dari Kakaknya, ia boleh bersikap egois, ia boleh melakukan apa pun demi kebahagiaan dirinya sendiri–bahkan jika harus menginjak orang lain. Baik Naykilla atau Jevan, setidaknya mereka berdua akan selalu melindungi dirinya.

Jayden sudah tidak membutuhkan pengakuan lagi, baik dari Xander, teman-temannya atau orang lain. Yang Jayden butuhkan adalah kehadiran Naykilla dan Jevan saja.

"Abang, hari ini kita harus kumpul makan malem, ya?"

Jevan menarik sabuk pengaman untuk dirinya sendiri seusai memakaikan pada Jayden, ia mengangguk mengiyakan sembari menghidupkan mesin mobil.

Tangannya terulus mengusap rambut hitam Jayden, "Kamu gak mau ikut?"

"...iya, kita enggak bisa makan bertiga dong." Katanya murung, entah hanya ilusi atau apa; Jevan dapat melihat Jayden dalam perwujudan anak anjing kecil yang kehujanan di ikuti telinganya turun, menandakan perasaannya sedih.

"Abang! Kok diem aja?" Panggil Jayden bingung, ia melihat bahwa Jevan mengerjab bingung setelahnya terkekeh aneh, "Lucunya..."

I Never Loved My Ex

Naykilla melipat tangannya, ia sudah muak, muak mendengar ocehan dari Xander soal membagi kasih sayang juga terhadap Yera.

Muak.

"Yera juga Adikmu, jangan salahkan dia atas kejadian yang tidak dia lakukan!"

"Sudah?" Potong Naykilla sebelum Xander melanjutkan acara marah-marahnya. Naykilla lelah, ia baru saja pulang setelah berdebat dengan Harsen, kini berhadapan pula dengan Xander. Rasanya muak sekali.

Xander sendiri benar-benar terperangah, tak percaya, Naykilla sangat keterlaluan. Selama ini dia selalu mentolerir sikap tidak hormatnya namun sepertinya Naykilla semakin besar kepala. "Naykilla! Apa seperti ini didikan Daddy padamu?!"

"Daddy? Didikan? Anda sedang bercanda?"

Berdiri dari posisi duduknya, tangan Naykilla menyangga meja pembatas antara dirinya dan Xander. Merendahkan tubuhnya sedikit, "Kapan anda mendidik saya? Bukannya anda sibuk mengurus bisnis saja, setelah kematian Mommy juga saya malah mendidik dua Adik saya sendiri,"

I Never Loved My Ex [End]Where stories live. Discover now