02| Family Time

3.1K 216 2
                                    

Sebelum baca klik dulu bintangnya yaa! 💜
Ibadah utamakan ya!

=====
Aku bertanya-tanya saat melihat mobil asing terparkir di depan rumah, apa Ayah kedatangan tamu? Tumben sekali, biasanya Ayah tidak akan menerima tamu di malam hari.

"Assalamu'alaikum?" Ucapku saat memasuki pintu rumah. Tidak ada siapa-siapa di ruang tamu, aku semakin keheranan.

Jawaban salam terdengar dari ruang keluarga, akupun berjalan ke arah sumber suara.

Hanya ada ayah dan bunda. Lalu di depan itu mobil siapa?

"Yah, di depan mobil punya siap—aaaa!" Aku berteriak saat sepasang tangan menutup mataku dari belakang.

Suara tawa menggema di ruang keluarga saat kejadian itu. Sepasang tangan yang menutup mataku lalu terlepas, saat si empunya tidak mampu lagi menahan tawanya.

"Bang Aydan?" Saat mataku melihat sosok di belakang.

Dia kakak laki-lakiku, dia manusia terjahil yang ada di hidupku. Dia yang selalu mengerti perasaanku, dia juga yang selalu menenangkanku.

Namanya Aydan Atthallah Hibatillah. Dulu dia seringkali membuatku menangis tersendu-sendu, tapi sekarang dia yang selalu ada saatku menangis untuk menghiburku.

"Kamu itu adik abang satu-satunya, asal kamu tahu. Abang gak akan dateng kalau kamu lagi bahagia, cukup kamu nikmati aja kebahagiaan itu sendiri." Dia mengelus rambutku saat kami di balkon ruang atas.

"Tapi, kamu harus inget. Kalau lagi sedih tolong dateng ke abang, karena abang orang pertama yang akan bikin kamu bahagia lagi," lanjutnya.

Dia tertawa melihatku, tubuhku segera menghambur kearahnya. Entah kenapa rasanya mataku memanas, akupun menangis dipelukannya.

"Heyy, kamu kenapa? Kaget banget ya sampe nangis gitu?" Aku menggeleng pelan.

"Hiks ... Hiks ... " Bang Aydan mengusap kepalaku yang tertutup hijab, dia mengeratkan pelukannya.

"Udah dong, masa Abang pulang kamu malah nangis."

Pelukan kami melonggar, air mataku di usap oleh tangannya.
"Bentar ... ingus kamu berarti nempel dong di baju abang? Allahu akbar dek, abang baru aja ganti baju barusan." Dia menggeleng pelan, aku tahu dia sedang menghiburku.

Di sela-sela tangis, aku tertawa begitu mendengar perkataannya barusan. Begitupun dengan Ayah dan Bunda, mereka menggelengkan kepala melihat kelakuan kami.

"Jadi, mobil di depan itu punya abang?" Tanyaku saat kami sedang makan malam di ruang makan.

Dia mengangguk, "kenapa? Mau jalan?" Dia memang kakakku, tahu saja apa yang kumau.

"Traktir ya abangku sayang? Ya ya ya? Hm?" Mataku menerjap-nerjap dan menampilkan pupy eyes. Ayah dan Bunda hanya menggeleng melihatnya.

====

Sesuai perjanjian kemarin bersama Bang Aydan, kini kami sedang berada di salah satu mall di daerah jakarta. Bang Aydan juga meminta izin untuk membawa Kak Nissa pergi bersama kami.

Hubungan mereka memang sudah ke jenjang serius, bahkan tinggal menghitung bulan saja untuk ke tahap halal. Mereka taaruf, kenal melalui perantara.

Mereka juga dua bulan kemarin mengalami hubungan jarak jauh, karena pekerjaan Bang Aydan yang mengharuskan mereka berjauhan. Namun, qadarullah mereka kembali bertemu dan akan segera menuju kejenjang pernikahan.

Aku banyak bercerita dengan Kak Nissa saat di dalam mobil, sesekali Bang Aydan juga menimbrung. Saat Bang Aydan merantau, Kak Nissa selalu berkunjung ke rumah walaupun Ayah dan Bunda selalu melarang.

KISAH KASIH KITATahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon