09| Pindahan Pengantin Baru

2.4K 170 12
                                    

Suasana ricuh mengisi taman belakang rumah, pasalnya kami sedang bbq dan makan-makan. Suasana siang hari yang biasanya sepi karena penghuni sibuk tidur siang, kini ramai seperti di dalam mall.

"Enak? Eza suka?" Tanyaku pada keponakan yang baru saja berusia lima tahun.

Dia hanya ingin duduk dipangkuanku, begitupun dengan makanan yang kusuapi.

Dengan mulut penuh dia mengangguk, lalu kuusapi bibirnya yang terdapat kecap dengan tisu.

"Tateu, mau lagi!" Serunya saat mulutnya sudah kosong.

"Sini sama Bunda aja sayang. Kasian loh, itu tanteunya mau makan." Tegur Kak Sela pada anaknya.

"Nda mau! Mau tateu aja!" Teriaknya sambil memelukku erat. Aku hanya mengelusnya, "udah gapapa kok, kak."

Tiba-tiba saja sebuah sumpit yang sudah terdapat daging ayam dengan saus bbq berada di depan mulutku.

"Buka mulutnya," Kata Pak Raffa.

Selama bbq aku disuapin oleh Pak Raffa, walaupun tidak sepenuhnya disuapi. Hanya saja ketika Reza bawel ingin disuapi olehku.

"Mau ice cream?" Tanyaku pada Reza.

"Auu!!" Serunya sambil berjingkrak, aku tersenyum melihatnya.

Aku berjalan ke arah kulkas dan mengambil semua ice cream, "Siapa mau nih?"

Kalian tahu? Saat aku bertanya seperti itu sambil mengangkat tinggi salah satu ice cream dan satu plastik yang berisi ice cream semua keponakan dan sepupuku bersorak ramai.

"Mau mauu!!"

"Mau kakk!"

"Au tateu!"

"Aku mauu!"

"Aku mau kakk!"

"Sttt! Jangan berisik, sini bikin satu baris. Dari yang kecil dulu oke?"

"Aku dulu!"

"Gamau!"

"Awas ih!"

"Kalau tetep berisik gak bakal dikasih nih, udahlah disimpen lagi aja ya," Kata aku sambil hendak berbalik badan.

Tiba-tiba saja suasana menjadi hening, mereka sudah berbaris rapi. Para orang dewasa yang melihat adegan itu ada yang tersenyum geli, tertawa, dan menahan tawa. Begitupun denganku.

Setelah membagikan satu persatu ice cream, aku kembali duduk di samping Pak Raffa. Dia sedang asyik menyuapi Shila ice cream, kebetulan anak itu baru berusia tiga tahun.

Anehnya semua keponakan dan sepupuku sudah tidak sungkan lagi untuk menyuruh-nyuruh suamiku, dan bahkan bermanja-manja.

Padahal mereka juga baru saja kenal beberapa hari lalu, tapi sudah selengket ini.

Aku hanya memperhatikan ketelatenannya dalam menyuapi Shila, sambil memakan ice cream kesukaanku.

"Mau?" Tanyaku pada Pak Raffa, saat tatapan kami bertemu. Dia mengangguk, lalu aku menyuapinya.

"Udah cocok nih, dek." Celetuk Mbak Risa.

"Cocok apa kak?" Tanyaku tak mengerti dengan ucapannya.

"Punya anak loh, suaminya Papa able. Istrinya Mama able, udahlah buruan bikin." Jawab Mbak Risa yang mengundang gelak tawa penghuni.

Aku merona, menahan malu karena bertanya. Lalu menunduk seolah fokusku hanyalah pada ice cream.

Bang Aydan mendekatiku, "malu ya? Sampe merah gini mukanya" Katanya dengan mengangkat daguku agar mukaku terlihat jelas.

KISAH KASIH KITAWhere stories live. Discover now