Part 5 Masalah Keluarga

209 14 1
                                    

Baiklah, aku memilih berdamai dengan keadaan. Memangnya Andi pikir aku tidak bisa bertahan hidup tanpanya. Aku berjalan ke dapur, membuka kulkas, ternyata banyak bahan makanan dan beberapa buah-buahan di sana. Karena langsung emosi, aku tidak berfikir untuk mencari makanan di sana. Ku ambil satu buah apel dan satu kotak susu, lalu membawanya ke ruang keluarga untuk menonton televisi.

Sebuah pesan masuk ke ponselku dari kontak bernama Mas Tedi.

[Hai Al]

Aku mengernyit heran. Kenapa Tedi tiba-tiba mengirimiku pesan. Ah, ini pasti Siska.

[Hai Sis, kenapa?]

[Lagi ngapain?] Apa sih Siska ini, basa-basi banget.

[Lagi makan, kenapa?]

[Makan apa?] Ini sih fix, Siska lagi gabut banget. Sampe makanan orang aja ditanyain.

[Makan apel]

[Makan kok cuma apel. Lagi diet ya?]

Kali ini pesannya hanya kubaca, males menjawabnya.

[Kok dibaca aja? Ini tuh bukan koran Al]

Kenapa sih hari ini orang-orang seneng banget bikin aku kesel.

[Enggak, ibu mertua aku lagi nginep di rumahnya kakak ipar aku, jadi gak ada yang masak.] Puas?

[Memangnya di rumah kamu gak ada asisten rumah tangga?]

[G.]

[Singkat banget sih balesnya, kayak males gitu] tak ku balas.

[Al?]

[Al?]

[Halo ... Ada orang di sana?] Masih tak ku balas.

[Suami kamu beruntung yah dapetin kamu. Udah cantik, pinter, supel, friendly, dan seksi] Kalimat pujian seperti ini membuatku tergerak kembali untuk membalas pesan Siska.

[Suami kamu juga beruntung dapetin kamu, kamu orangnya kan keibuan. Pasti bisa masak dan mengurus rumah dengan baik. Pasti ibu mertua kamu bangga punya menantu seperti kamu.]

[Memasak dan mengurus rumah itu tidak penting Al, itu bisa dikerjakan sama asisten rumah tangga. Yang penting itu bisa menyenangkan suami, dan tidak malu-maluin kalau dibawa kemana-mana. Bukannya hanya bikin sepet mata suami.]

[Hahaha] balasku disertai emote ngakak.

[Coba aja kita bertemu lebih awal]

[Maksudnya?]

[Kalau kita bertemu lebih awal, mungkin kamu yang duduk di sampingku sebagai pengantin?]

[Kamu l***i Sis?]

[Kenapa kamu berpikir kalau aku adalah Siska?]

[Jadi ini bukan Siska?]

[Bukan]

[Ini mas Tedi?]

[Iya]

[Maaf mas, kirain Siska.]

Sebuah panggilan masuk dari nomor Tedi.

“Halo,” sapaku begitu panggilan terhubung.

Hai,” ucap Tedi.

“Ada apa mas?”

Suami kamu ada di rumah?”

“Gak ada, kenapa?”

Boleh video call?”

“Boleh.”

Panggilanpun berganti menjadi video call.

Pernikahan Pasangan Populer (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang