Part 18 Sunset di Bukit Cinta

117 8 0
                                    

“Kita mau kemana mas?” tanyaku.

“Besok pagi kita terbang ke Labuan bajo, malam ini kita menginap di apartemen,” jawab Tedi.

Labuan Bajo merupakan salah satu desa dari 19 desa dan kelurahan yang berada di kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

“Baiklah ....” Aku menyandarkan punggung ke kursi mobil.

“Mau makan dulu Al?” Tanya Tedi.

“Aku gak laper mas.”

“Tapi aku laper Al, gimana dong?”

“Ya udah kita makan aja dulu.”

Mobil berhenti di salah satu Restoran yang kami lewati. Jaraknya tak jauh dari apartemen yang kami tuju. Tedi turun terlebih dahulu dan membukakan pintu untukku. Kami masuk ke dalam restoran dan duduk di salah satu meja yang kosong.

“Mau makan apa Al?” tanya Tedi seraya melihat-lihat daftar menu.

“Aku gak laper mas, minum aja deh. Hemmm ... Strawberry milkshake aja.”

Tedi lalu menoleh ke arah pelayan Restoran yang menunggu kami memesan makanan, “tenderloin steaknya satu, strawberry milkshakenya satu, ice lemon teanya satu ya mbak.”

“Baik mas, di tunggu.”

Pesanan pun tersaji. Tedi memegang pisau dengan tangan kanannya, dan garpu di tangan kirinya. Ia menikmati suapan demi suapan makanan di hadapannya.

“Kamu yakin gak laper Al?” tanya Tedi, menyadari aku memperhatikannya.

Melihat Tedi makan seperti itu, tiba-tiba aku jadi merasa lapar juga.

“Boleh coba gak mas?” tanyaku malu-malu.

Tedi memberikan satu potongan steak ke arahku. Aku menyambutnya dengan mulut terbuka. Setelah aku cicipi, ternyata rasanya enak. Tedi terus menyuapiku sampai makanan di depannya habis.

“Mau tambah lagi Al?”

“Engga ah, aku kenyang.” Jelas saja kenyang. Makanan milik Tedi habis olehku. “Perasaan tadi mas deh yang bilang laper, kok jadi aku yang makan.”

“Melihat kamu makan, aku jadi ikut kenyang,” ucapnya seraya tersenyum.

Kami meninggalkan restoran tersebut setelah Tedi membayar billnya.

***

Pesawat yang akan kami tumpangi akan berangkat pukul 6 pagi. Kami sudah standby di sana satu jam sebelumnya.

“Mas, kalau aku resign, apa aku harus mengembalikan mobil inventaris kantor?”

“Mobil itu milik kamu, bukan inventaris kantor Alya.”

“Tapi apa kata Andi nanti kalau mobil itu tidak aku kembalikan?”

Tedi menghembuskan napas berat, “Al, bisa gak, gak usah ngomongin dulu suami kamu saat ini?”

“Mas cemburu?” godaku.

Tedi diam. Perhatiannya terfokus pada surat kabar di tangannya.

“Mas ....” Aku menggelayut manja di tangannya.

Merasa diabaikan, aku membalik paksa wajah Tedi agar menatapku, “mas ... Maaf.”

“Hemmm ....” Tedi kembali memfokuskan pandangannya pada surat kabar di tangannya.

Karena tidak tahan diabaikan aku mendekatkan wajahku ke arahnya. Satu kecupan aku layangkan di pipinya. Dan hal itu sukses membuat Tedi menoleh ke arahku. Senyum menyeringai ku lihat di wajahnya.

Pernikahan Pasangan Populer (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang