Happy Reading
.
.
.Selamat membaca 🤗🤗🤗
--------
Paginya, Nathan dan Dhika datang kerumah. Anin yang sedang mencuci piring terlonjak saat mendengar suara pintu yang dibuka kasar. Mencuci tangan dibawah keran air wastafel, Anin berjalan kedepan dan seketika senyumnya terbit melihat sosok suaminya. Namun ketika melihat luka lebam diwajah sang suami, senyum Anin surut.
Anin menghampiri Nathan yang sedang berjalan kearahnya atau lebih tepat kearah kamar, ia memegang lengan kekar cowok itu. "Kak, itu muka kakak kenapa? Kenapa lebam gitu?" Anin bertanya khawatir, wanita berdaster biru motif batik itu menyentuh ujung bibir Nathan.
Tapi belum juga ia menyentuh, Nathan dengan kasarnya menepis tangan Anin hingga tangan Anin terdorong kesamping. Nathan juga menyentak tangannya sampai tangan Anin lepas.
"JANGAN SENTUH GUA!" teriak Nathan marah, wajahnya yang tadi putih tapi datar kini berubah merah total dengan rahang mengeras menampakkan otot-otot lehernya.
Anin yang mendengar teriakan Nathan terlonjak kaget, ia reflek mengelus perutnya seolah menenangkan bayinya didalam sana. Wanita berusia 16 tahun itu menatap sendu suaminya.
Nathan mendengus dingin, ia berjalan dan dengan sengaja menyenggol bahu Anin membuat Anin sedikit terhuyung lalu masuk kekamar.
Didalam kamar Nathan mengambil koper yang berada diatas lemari, memasukkan semua pakaiannya kedalam dan beberapa buku mata pelajaran. Tak lupa ia juga memasukkan beberapa jaket kedalam. Yang tidak Nathan masukkan ialah, surat akta nikah. Lalu Nathan melepas cincin pernikahannya dan diletakkan diatas nakas.
Sedangkan Dhika melipat tangan didada, bahu kiri menyandar pada dinding, cowok bertato rajawali itu tersenyum miring melihat pertengkaran secara live didepan matanya. Senyum smirk-nya kian lebar kala melihat wajah Anin yang begitu minta dikasihani.
"Kasihan banget idup lu. Ck ck ck!" Dhika geleng-geleng menatap Anin dengan muka pura-pura sedih.
Anin mengahlikan tatapannya pada Dhika dan ia baru sadar ada Dhika. Wanita itu dengan cepat mendekati Dhika dan bertanya beruntun. "Kak, itu muka kak Nathan kenapa? Dia kenapa? Ngomong kak! Kak Nathan kenapa?" desak Anin.
"Mata lu buta?! Muka lebam gitu masih ditanya!" sarkas Dhika menatap Anin sengit.
Anin yang mendengar itu menatap Dhika tak percaya. Pria itu berubah sama seperti Nathan. Tatapan matanya sudah tak bersahabat lagi, digantikan dengan tatapan penuh kebencian. Cara dia ngomong begitu kasar tidak seperti dulu yang selalu bicara lembut.
"I–iya Anin tau, maksudnya kenapa kak Nathan kayak gitu? Dia habis berantam sama siapa?" tanya Anin takut-takut.
Melihat wajah Anin, Dhika bukannya iba, ia malah emosi melihat wajah polos Anin yang seperti tidak pernah melakukan apa-apa. Dengan kasar cowok itu mendorong badan Anin hingga punggung Anin membentur dinding dengan keras.
Anin meringis merasakan punggungnya berdenyut nyeri. Cewek itu menatap Dhika takut, badan Anin perlahan bergetar saat Dhika kini memojokkan dirinya dengan kedua tangan cowok itu menyentuh dinding.
Dhika menatap Anin sengit, ia memiringkan kepalanya. "Lu tau Nin? Penyesalan yang terbesar dalam hidup gua adalah, gua kenal sama lu. Gua nyesal pernah kenal lu, dekat sama lu, baik sama lu. Gua nyesal!" desis Dhika diakhir kalimatnya.
Anin ingin bertanya kenapa tapi lidahnya terasa kelu membuat pertanyaan itu tertahan ditenggorokan. Wanita itu menunduk takut menatap wajah Dhika yang tak pernah ia lihat sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHAN [ SELESAI ]
Teen Fiction[ END ] Cerita remaja # Teenfiction SEBELUM BACA CERITA INI FOLLOW AUTHOR DULU YA GAESS!!! 🔞 ada unsur mature-nya Archimosh adalah nama geng motor yang Nathan bentuk saat ia kelas 2 Smp dibawah kendali oleh seorang pria yang mengenalkan Nathan du...