01 - Ah! Mungkin Bagi Dirimu

860 75 8
                                    

~ Enjoy Reading, All!! ~
⚠️ HARD WORDS!! ⚠️


" Akh... " Cowok itu terdengar meringis kesakitan saat luka di sikunya tengah diobati. " Pelan-pelan, anjing. "

Cewek yang menangani itu justru menekannya membuat cowok itu jauh lebih kesakitan lagi.

" Lo sih aneh-aneh. Ngapain coba naik-naik kek tadi. Dah tau badan lo gede, mana kuat papannya nahan. " Ia—Alveira Wilona Cahyadi.

" Mau ngambil hp tadi.Akh..., " Cowok itu terus membela dirinya.

" Haris... Haris... Tuh isinya pasti hal-hal 18 coret kan, " ucap Wilona ngasal. " Dah, lain kali ati-ati. "

Haris tersenyum. " Thanks... "

Wilona lalu membereskan beberapa peralatan yang ia gunakan untuk membersihkan luka. Kebetulan hari ini jadwalnya berjaga di UKS dari setelah istirahat pertama sampai sebelum zuhur nanti.

" Sekalian bolos di sini, yak? " ujar Haris sambil merebahkan tubuhnya ke ranjang.

" Terserah anda saja, " Wilona menjawab sambil tetap merapikan barang-barang yang ia butuhkan tadi.

Haris masih terus memperhatikan Wilona yang lagi beberes itu. Gadis yang sudah menjadi temannya sedari mereka telah dilahirkan di dunia.

" Om Hanan belom balik dari US, Har? " tanya Wilona disela-sela ia menulis beberapa laporan.

" Dua hari lagi, " jawab Haris. " Kenapa? Nyokap lo kangen ama mantannya? "

Ya seperti itu lah. Ibunya Wilona dan Ayahnya Haris pernah menjalin hubungan asmara sekitar 20 tahun yang lalu. Semasa mereka masih seumuran Haris dan Wilona.

" Iya nih, kata Mami pen tukeran suami sama tante Lisa, Hahahaha... " Wilona hanya bergurau mengatakan hal ini. Ya kali.

" Yaudah, mending kitanya aja. Ceritanya nerusin hubungan mak bapak kita yang kandas dulu. Gimana? " gurau Haris sambil menaik turunkan alisnya.

Wilona malah ketawa. Setelah itu ia melempar bantal kecil yang ada di dekatnya ke wajah Haris.

Antara serius sama gak serius tuh beda tipis Haris ngomong gitu. Kalo dibilang ga serius, nyatanya suka panas ndiri kalo liat Wilona deket sama cowok lain. Kalo serius, nyatanya males buat lanjut hubungan lebih dari temen dan ngomongnya suka diulang-ulang. Menghadeh sajalah.

" Sabtu mau nonton gak? " ajak Haris.

" Diajak Kak Jina pergi ke Puncak bareng kak Yuna sama Kak Jia, " tolak Wilona. " Besok mau? Sekalian mau nyari perlengkapan. "

" Kenapa gak sekalian aja sama Kakak lo? Kan bisa bareng? " Gak bermaksud nolak sih.

" Dah sama Kak Mahes dia. Biasalah, " jawab Wilona. " Tapi hari Sabtu gue minta tolong beliin sesuatu. "

" Apaan? "

Wilona lalu membuka ponselnya. Ia mencari foto barang yang harus ia inginkan dan kebetulan adanya cuman hari Sabtu pas dia pergi bareng Kakak perempuannya dan teman-temannya. Setelah itu ia mengirimkan foto itu ke ponsel Haris.

" Gue gak paham beginian, Wil, " ujar Haris begitu tau kalau yang dimaksud itu berupa alat make up.

" Udah tunjukin aja fotonya, toh yang dijual cuman itu, "  balas Wilona lalu merebahkan tubuhnya di ranjang lainnta. " Inget ini edisi terbatas, lo harus dapet karena cuman ada Sabtu besok. Ada sih jastip tapi bakal lebih mehong dan kadang gak kira-kira. "

Haris mengangguk pasrah.

Ceklek...

" Weh ada yang solob gak ngajak-ngajak. Mana pacaran lagi, parah-parah!!! " Suara seseorang pas baru masuk UKS. Siapa lagi kalo bukan Jevan—Sahabat permahoannya Haris.

[✓] Bukan Teman BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang