19 - Talk and Talk

131 33 3
                                    

~ Happy Reading! ~
⚠️Kata-Kata Kasar⚠️

" Oh iya gue mau ngasih tau sesuatu. "

" Ngasih tau apa? "

Wilona diem. Agak ragu pas dia ngomongin hal ini.

" Eh iya, gue belum salat ashar, numpang di rumah lo ga apa? "

Wilona mengangguk. Mereka berdua lalu beranjak dari sana dan kembali ke rumah Wilona.

Setelah salat ashar, Wilona masih ragu buat bilang ini. Tapi Haris sendiri juga lupa. Cowok itu langsung pulang selepas salat ashar. Jadi dia mending nunda dulu buat dikasih tau ke Haris.

Salah satu hal yang ngebuat tiba-tiba overthinking terus ngomong kayak tadi itu juga perkara ini. Kayak merasa gak seharusnya buat bilang. Tapi ya udah terlanjur mau gimana lagi. Kata orang, gak semua harus diconfessin, iya bener banget.

Termasuk saat kita punya perasaan lebih ke teman dekat kita sendiri.

Memang sih hubungan mereka gak terlalu canggung, tapi si cewek merasa aneh setelah confess beberapa bulan yang lalu. Habis itu dapet kabar ini, makin menjadi-jadi dah tuh pikirannya Wilona.

" Pa... Ini harus banget Wilona ikut pindah ke Surabaya? Kan Wilona bisa tinggal di Jakarta bareng Kak Jina, " ucap Wilona sambil masuk ke kamar orangtuanya.

Safin yang baru saja membereskan berkas-berkas itu menoleh. " Iya, Wilona.Baru nanti kalo kuliah, kamu gak papa di Jakarta sama kakak kamu. "

Usaha yang sia-sia.

Kalau tidak salah pagi tadi pas sarapan, Papanya bilang kalau mereka bakalan pindah ke Surabaya setelah lebaran nanti. Itu artinya saat kelas 12 nanti Wilona juga ikutan pindah. Sedihnya, ia tidak tau sampai kapan akan menetap di ibu kota Jawa Timur itu. Yang pasti setelah Wilona lulus, ia mendapat sedikit kebebasan untuk tinggal di mana.

" Kenapa? Sedih gak ketemu Haris lagi? " tebak Jina pas Wilona masuk ke kamar kakak perempuannya itu.

Wilona mengangguk.

Kakaknya juga orang pertama yang ia beri tau perihal perasaannya selama ini. Makannya perempuan yang setahun lebih tua itu gencar banget buat ngegodain mereka kalo lagi bareng. Termasuk orang pertama yang ia beri tau perihal yang terjadi di villa saat malam tahun baru yang lalu.

" Lo sih make ciuman segala. Gini-gini selama pacaran sama Mahes, bibir gue masih terjaga, " ucap Jina lagi.

" Lo kan habis ini tinggal sendiri, menjadi-jadi dah lo habis ini sama si Mahes, " timpal Wilona sambil ia nutupi wajahnya dengan bantal.

" Ngawur! "

Jina lalu menyusul adik perempuannya itu buat tiduran di kasurnya.

" Dulu gue juga sama kek lo, bedanya emang si itu aja agak kek tai, " ucap Jina lagi.

" Si Daffa itu? "

Jina mengangguk.

" Untungnya belum sempet gue confessin, eh ternyata modelan kayak begitu tuh anak. Pinter-pinter tapi sayang, " tambah Jina.

" Untung ketemu Kak Mahes kan. Dikenalin Kak Mira tuh gegara adek pacarnya, " ujar Wilona.

" Gue bersyukur banget ditemuin Kak Mahes after lepas dari si Daffa bangsat itu. " Jina bangkit dari rebahannya. " Btw lo sama Haris sudah sejauh mana? Maksud gue, lo belum ngapa-ngapain selain tempel-tempel bibir kan? "

" Cuman itu doang anjeng! Plis gue gak mau inget! Awkward banget. " Wilona menutupi badannya dengan selimut.

Jina sebagai kakak tuh marah banget pas denger cerita adiknya itu. Dia jaga bener-bener buat gak ngelakuin hal kayak gitu, tapi adiknya malah ngelakuin. Pas cerita tuh Jina pengen langsung otw rumah Haris terus nendang si cowok.

" Gue masih marah jujur! " balas Jina.

" Iya maaf. "

" Hm.. Terus gimana habis itu? Maksud gue, habis lo pada kayak gitu, hubungan lo begimana? " tanya Jina.

Wilona nyusul kakaknya buat duduk. " Ya kayak biasa. Jalan bareng, belajar bareng, cuman suatu saat perlakuan dia kek kerasa berbeda. Di satu sisi gue risih, tapi disisi lain gue seneng-seneng aja. "

" Ya cewek mana sih yang gak baper, " timpal Jina sambil manyun-manyun gak jelas. " Terus sekarang gimana? "

" Gak gimana-gimana. Tetep temenan, " jawab Wilona.

" Friendzone tolol! Benci banget gue! " sungut Jina. " Pengen gue tendang barangnya Haris, biarin noh ga bisa reproduksi entar! "

" Ngawur! Udah ah lagian juga maunya sama-sama kek gitu, kok. Ya lo salahin noh suaminya Mama yang tau-tau nyuruh gue ikut ke Surabaya, " balas Wilona.

Jina menoyor kepala adiknya itu.

" Tapi jujur gue nyesel pas itu ikutan confess. Gak tau kek tiba-tiba ikutan confess. Sekarang gue kalo main sama cowok berasa selingkuh, sedangkan Harisnya sendiri ada kali kepergok pergi bareng temen SMP-nya, " ucap Wilona lagi.

" Bawa gue ke rumah Haris sekarang! " Ini Jina udah ancang-ancang mo pergi, tapi ditahan sama Wilona. Alias Jina baru tau cerita ini." Biar gue hajar sini! Beraninya bikin adek gue nambah goblok gini. "

Jina minum air mineral yang ia sediakan di nakas sebelah kasurnya.

Permasalahan utama Wilona disini tuh perkara dianya yang confess. Sekarang sudah lewat beberapa bulan aja masih kepikiran. Bodo amat masalah ciuman, masalah dia confess jauh lebih penting.

" Lo udah bilang ke Haris kalo lo mau ke Surabaya pas kenaikan nanti? " tanya Jina.

Wilona menggeleng. " Kemaren mau bilang ke buru dianya balik. "

" Sejauh ini gue cuman tau cerita dari lo, sedangkan cerita dari sisi Haris gue gak tau. Gue bingung mau nanggepin gimana. Lo berdua udah gede, dah bisa nyelesain masalah lo ini, " ucap Jina memberi wejangan.

×××

" Habis ini puasa gak sih? "

" Lah iya, duh syukur utang gue udah lunas. "

" Gue puasa full tahun kemaren. Sumpah siklus gue rada bermasalah, anjir. "

Mereka cewek-cewek lagi pada kumpul di tribun pinggir lapangan. Nyaksiin cowok-cowok mereka yang lagi main basket.

Biasa pelajaran olahraga.

" Wilona... lo jadi gak sih pindah ke Surabaya? " tanya Jihan.

Wilona mengangguk. Sudah seminggu pasal ia memberi tau perkara dirinya yang mau pindah ke Surabaya kepada kedua sahabatnya itu.

" Yah... sepi entar gak ada lo. Habis ini puasa, lebaran, ujian kenaikan kelas, rapotan, dan terus lo pindah, " tambah Jane bikin makin sedih.

" Gue juga ga bisa nolak. Bokap gue keukeuh buat kek gitu. Asal belum lulus SMA, gak harus masih bareng orang tua katanya, " balas Wilona.

" Haris udah lo kasih tau? " tanya Jihan lagi.

Lagi-lagi Wilona menggeleng.

" Buruan kasih tau. Lo kan sama dia udah lama, tau-tau kepisah gitu ga enak. Iya sih cuman setahun, tapi ya tetep aja, " sahut Jane.

" Udah yuk ga boleh sedih. Toh kita kan masih bisa telpon, video call, chattingan juga, " ucap Jihan memecah kesedihan diantara mereka.

Jane dan Jihan lalu memeluk Wilona yang kebetulan ada di tengah-tengah mereka.

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

Haii. Jam 2 malem, keknya hobby banget, ya, update jam segini.

So gimana part ini? Aku harap kalian suka ya. Jam lupa vote dan komennya.

See u..

[✓] Bukan Teman BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang