09 - Edisi Puncak

155 37 10
                                    

" Gais nyampe! Lah anj pada tidur semua! "

Mereka sampe di villa milik tantenya Jihan sekitar menjelang siang. Rencananya pas hari pertama mau pada di villa aja seharian.

" Ga bangun gue siram satu-satu! " ucap Jevan sekali lagi.

" Bacot! " Haris terbangun mendengar suara Jevan sedari tadi. " Hoam... Lo nyampe? Cepet banget? "

" Bacot banget si Jevan! " ucap Jane baru terbangun sambil rambutnya acak-acakan. " Wilona bangun weh. Entar lo dicipok Jevan. "

" Bangsat juga, ya, " balas Jevan sambil membuka bagasi. " Wildan! "

Usai pada bangun, mereka langsung membawa satu-satu barang mereka ke dalam villa sambil dibantu sama penjaga villanya. Mereka lalu membawa barang mereka ke kamar masing-masing sesuai yang sudah disepakati.

Villa milik suami tantenya Jihan bisa dibilang cukup besar. Ada satu kamar utama untuk para perempuan dan tiga kamar lainnya untuk para laki-laki. Ditengahnya pun ada kolam renang yang menjadi view saat baru buka pintu kamar.

" Gais katanya kalo mau renang, beeok aja. Belom dibersihin soalnya, " ucap Jihan sambil menaruh beberapa makanan di dapur.

" Hari ini mo kemana weh? " tanya Wilona sambil berjalan ke arah dapur.

" Di villa aja ga sih? Noh Jevan langsung tepar, " jawab Jihan.

Pada akhirnya mereka semua menghabiskan seharian ini di villa. Mengingat perlunya mereka untuk mengistirahatkan badan usai perjalanan dari ibu kota yang cukup lama karena sempat terjebak macet tadi. Jevan sudah tidur. Haris sibuk mencari sinyal. Wildan membuat mie rebus karena hawa yang lumayan dingin. Sementara para perempuan sibuk beres-beres sambil sesekali menganalisis perilaku manusia.

" Jihan! Di sini ada wifi kagak? Anjing ini hp gue ga ada sinyal dari tadi, " ucap Haris dari luar.

" Ada. Sini buruan! " jawab Jihan.

Haris menghampiri Jihan guna menyambungkan ponselnya dengan wifi villa mereka menginap.

" Thanks... "

Jihan menatap punggung Haris yang menjauh, setelah itu ia mengalihkannya ke arah Wilona. Feelingnya mengatakan kalau mereka ada sesuatu hanya saja pada gensi satu sama lain.

×××

Wilona terbangun. Jam menunjukkan pukul dua malam, padahal ia baru saja tidur dua jam yang lalu. Ia turun dari kasurnya. Lalu ia keluar, niatnya sih mau ke dapur mencari sesuatu untuk dimasukkan ke perutnya. Pas banget ia keluar, Haris dari kamarnya juga ikutan keluar.

" Begadang lo? " tanya Haris.

" Engga, ini juga kebangun, mo ke dapur, laper, " jawab Wilona.

Mereka sama-sama pergi ke dapur guna mengisi perut mereka. Wilona membuka lemari es dan menemukan makanan sisa tadi. Ia lalu mengeluarkannya sedikit dan menghangatkannya di microwave. Sementara Haris merebus air guna membuat mie instan.

Wilona lalu membawa makanannya ke ruang depan. Gak tau kenapa, hawanya rada serem malem-malem gini, mungkin karena dapurnya di outdor. Ia lalu menikmati makanannya dengan lahap.

Tuk.

Haris ikutan nyusulin WIlona buat makan di ruang depan. Ya dasarnya memang agak penakut dianya.

" Minta dong, " ucap Wilona.

Haris mengisyaratkan Wilona untuk mengambil sedikit makanannya.

Setelah menghabiskan makanan, mereka tidak langsung kembali ke kamar. Wilona mengambil snack di kamarnya dan minuman kaleng dingin di lemari es dan membawanya lagi ke depan.

[✓] Bukan Teman BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang