BAB 26

7 4 0
                                    

Day 6 - Part 1

Aku terbangun dari tidur setelah terbawa ke suatu tempat dalam mimpi yang tidak asing bagiku. Aku sudah cukup lama tidak mengunjungi tempat itu. Tiba-tiba saja, aku mendapat pencerahan tentang masalahku dengan Kak Valerie. Sepertinya, di tempat itu aku bisa mendapatkan jawaban atas pertanyaan mengapa Kak Valerie membenciku.

Di pagi hari, aku sudah tampil rapi dengan hoodie berwarna putih yang dipadukan dengan jeans berwarna hitam. Kuikat rambut panjangku ke belakang.

"Mau ke mana, Lin?" tanya Keyla yang baru saja bangun dari tidurnya. Hari ini libur dan tidak ada jadwal apa pun, jadilah masih banyak siswa yang bermalas-malasan—Keyla menjadi salah satunya.

"Mau pulang," jawabku sambil memakai lip tint di bibir.

"Bukannya hari ini nggak ada jadwal perpulangan? Apalagi kamu peserta HC Looking for Talents."

"Aku tahu, tapi ini penting sekali. Aku ingin memberi kejutan untuk mamaku yang hari ini ulang tahun."

"Oh begitu? Hmm, bukannya kamu bisa memberikan ucapan lewat video call? Kenapa harus pulang? Aku tidak yakin Bu Astrid akan mengizinkanmu pulang."

Aku yang telah selesai merias wajah di depan cermin berbalik, menatap Keyla. "Ini beda, Key, bukan sekadar ucapan saja. Tapi juga kejutan yang memerlukan totalitas."

"Terserah kamu sajalah! Aku mau tidur lagi," kata Keyla sambil merebahkan tubuhnya kembali. Sedangkan Mita, sedari tadi masih asik meringkuk dibalik selimut micky mouse miliknya.

Aku mengambil tas selempang di atas kasur. "Mending kamu mandi, Key. Sebentar lagi jam 8, Bu Jamilah akan patroli untuk membangunkan murid malas seperti kamu."

"Nah, maka dari itu, aku mandinya nanti saja. Saat Bu Jamilah sudah berhasil melakukan tugasnya."

Aku menggelengkan kepala heran. "Ya sudah, terserah kamu saja. Aku berangkat, ya!"

"Hmm."

Aku berjalan keluar dari kamar, meniti koridor asrama yang masih sepi. Lalu menuruni tangga. Sampai di bawah, aku melihat kantin asrama yang hanya dikunjungi oleh tiga siswi dan dua siswa. Mereka sedang asik menyantap sarapan. Aku memilih untuk langsung ke ruangan kepala asrama putri—tanpa sarapan terlebih dahulu.

Aku mengetuk pintu ruangan kepala asrama putri. Begitu pintu terbuka, aku langsung melihat Bu Astrid dengan kacamata persegi panjangnya yang berwarna hitam. Ia menatapku dari atas sampai bawah. "Mau ke mana kamu?"

"Sebelumnya, apa kita bisa ngobrol di dalam aja?"

"Oke, silakan masuk."

"Terima kasih, Bu."

Bu Astrid duduk di kursinya. "Duduk."

Aku menurut, duduk di hadapannya. "Saya mau izin pulang ke rumah, Bu."

Bu Astrid menurunkan kacamatanya. "Dengan alasan?"

"Saya ingin memberi kejutan untuk Mama saya yang hari ini berulang tahun."

"Saat weekend, siswa diizinkan menggunakan ponsel. Apa kamu tidak bisa mengucapkan happy birthday lewat video call?"

Aku langsung menggeleng. "Tidak bisa, Bu. Saya mau memberi kejutan, maka dari itu harus super totalitas. Kalau lewat video call saja tidak cukup."

"Kalau begitu, Ibu tidak memberi izin pulang buat kamu. Apalagi kamu peserta HC Looking for Talents. Nanti malam kamu ada acara bersama peserta lainnya."

"Yah, ayolah, Bu! Saya mohon. Saya janji deh, akan pulang sebelum jam 4 sore. Please!" pintaku.

"Tidak. Kamu kan sudah tahu bagaimana peraturan Cindrawana. Ibu tidak akan memberi izin pulang kepada siswa jika pada minggu itu bukan jadwal mereka pulang. Kecuali, orang tua kamu sendiri yang menelepon meminta izin kepada Ibu dengan alasan mendesak," tegas Bu Astrid.

Enigma TersembunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang