BAB 32

4 3 0
                                    

Day 9 - Part 3

"Pak Alex Hammond? Maksud kamu, pemimpin HC sebelum Pak Theo yang meninggal sekitar lima atau enam bulan lalu?"

Zafar mengangguk. "Iya."

"Terus maksud anak emas yang kamu bilang apa?"

"Dulu, aku sempat bertemu dengan Pak Alex saat aku mengikuti olimpiade sains internasional di Jepang. Begitu aku keluar sebagai pemenang, Pak Alex datang menghampiriku dan seiring berjalannya waktu, kita menjadi dekat."

Waw. Aku baru tahu kalau Zafar pernah memenangkan perlombaan bertaraf internasional. Dari sini saja, aku mulai setuju dengan kata Papa kalau Zafar bukan laki-laki biasa.

"Dekat?"

"Iya. Pak Alex sampai menganggapku seperti anaknya sendiri. Katanya, aku adalah anak terpilih yang akan mendampingi cucunya ketika menjabat sebagai pemimpin HC dalam beberapa tahun ke depan. Seperti Pak Jack yang sekarang menjadi tangan kanan Pak Theo."

"Sebentar, orang tuamu mengetahui hal ini?" tanyaku.

Zafar mengalihkan pandangan ke depan. "Tentu. Dan mereka mengizinkanku karena mereka mengira aku adalah anak yang paling beruntung."

"Oh begitu, terus?"

"Semakin aku mengenal Pak Alex, lama kelamaan aku jadi mengetahui bahwa bisnis yang dikelolanya merupakan kesalahan."

"Kenapa?"

"Pak Alex sering mengajakku untuk menyaksikan hal-hal yang menurutku salah. Mulai dari merampas, mendengarkan para petinggi HC menyusun rencana yang super licik, bahkan mereka tanpa segan membunuh orang. Mungkin mereka kira aku akan semakin tertarik dengan hal-hal yang mereka kerjakan. Tetapi kenyataannya, aku sangat muak."

Aku mengelus pundak Zafar pelan. Pasti ini tidak mudah baginya.

"Pada akhirnya, aku menemukan jawaban atas pertanyaanku tentang siapa mereka sebenarnya saat mereka mengajakku ke Kota Sisilia, Italia. Yang mana merupakan tempat di mana Mafia Eropa memulai bisnisnya."

Aku menutup mulut tak percaya, walau aku sudah tahu hal itu dari beberapa hari lalu, aku tetap saja terkejut dan takut ketika mengetahui fakta bahwa ada sekelompok penjahat yang berada dekat sekali denganku.

"Aku tahu kamu sudah mengetahui itu sejak kemarin lusa."

"Hah?"

"Kamu sempat mencuri dengar pembicaraan Pak Theo dan Pak Jack. Itu juga yang menyebabkan kamu ragu untuk makan malam di restoran mewah."

Aku menatapnya terkejut. "Kok kamu tahu?"

Dia terkekeh. "Aku ada di dekat kamu saat itu. Kamu saja yang tidak menyadarinya."

Aku memiringkan kepala. "Masa, sih?"

Zafar mengangguk.

"Oke, aku tahu ceritamu belum selesai. Lanjutkan," pintaku.

"Setelah aku mengetahui itu, aku memikirkan bermacam cara supaya bisa lepas dari HC. Dan, kamu pasti pernah dengar kabar kalau misalnya Pak Alex jatuh sakit. Dia kolaps. Aku memanfaatkan kondisi saat itu untuk lari dari mereka semua."

"Lari? Bagaimana caranya?"

"Kamu tahu aku sering dipanggil Mike oleh keluargaku dan keluargamu, kan?"

Aku mengangguk.

"Itu karena Mike adalah namaku yang dulu."

Saking terkejutnya mengetahui itu, aku sampai mengubah posisi tubuh yang tadinya menyamping jadi menghadap Zafar. "Serius?"

Enigma TersembunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang