BAB 44

4 0 0
                                    

Day 13 - Part 2

Aku melirik Zafar yang duduk di seberangku, entah mengapa aku tidak menemukan raut cemas atau khawatir di wajahnya. Padahal aku tahu, dia juga menyadari jalan berbeda yang kami lewati kali ini.

Akhirnya aku pun memberanikan diri untuk angkat suara, "Maaf, Pak Jack, bukankah ini jalan yang berbeda menuju tempat pacu kuda?"

Pertanyaan aku barusan membuat yang lain seketika menengok ke jendela, dan memerhatikan keadaan dengan teliti.

"Iya nih, Pak. Kenapa jalannya berbeda?" ucap Kak Daran.

Pak Jack di depan mengangkat telunjuk, mengarahkannya kepada kami di belakang tanpa menoleh. "Kalian tenang saja. Dan jangan berisik!" tuturnya penuh intimidasi.

Feby langsung menghadap belakang dan berkata, "Lin, kita mau dibawa ke mana?"

Aku sama sekali tidak mempunyai ide untuk pertanyaan Feby.

***

Di sore hari, aku dan seluruh peserta HC Looking for Talents sudah berada di lapangan pacu kuda kemarin. Bersiap untuk mendengar pengumuman tentang mekanisme perlombaan hari ketiga belas ini.

Di sekelilingku terdapat banyak cameraman yang sibuk mencari angle yang baik untuk direkam. Di bagian paling depan, terdapat beberapa kru dan cameraman yang sudah siap merekam pertandingan hari ini dari arah depan.

"Seperti yang sudah kalian lihat dan perhatikan sebelumnya, pertandingan hari ini adalah berpacu kuda. Peraturannya masih sama seperti dua pertandingan sebelumnya. Yaitu hanya perwakilan tim saja yang bertanding. Tim 1 diwakilkan oleh Aldric, tim 2 oleh Valerie, tim 3 oleh Frey."

Sebelum maju, Aldric dan Zafar sempat bertos ria terlebih dahulu. Kejadian tadi pagi benar-benar mengejutkanku dan telah membuat Zafar menghentikan sandiwaranya dengan Aldric. Aku juga diajak bertos ria bersama Aldric.

"Lin, kamu tahu tidak, kalau sebenarnya dulu Aldric bercita-cita untuk menjadi atlet pacu kuda."

Aku yang sudah duduk di tribun penonton sederhana menoleh kepada Zafar. "Pantas saja dia sudah terlihat sangat lihai dalam menunggangi kuda."

"Nah."

"Kamu tidak sedang membual tentang itu kan, Zaf?" tanyaku yang menyadari perubahan ekspresi di wajah Zafar.

Zafar tertawa renyah yang tiba-tiba saja terdengar menyebalkan di telingaku.

Aldric sudah duduk di atas kudanya lengkap dengan perlengkapan berkuda. Ia terlihat sangat gagah sekali dari sini. Di samping kanannya terdapat Valerie yang kharismanya terlihat sangat kuat. Dan di samping kanan Valerie, terlihat Frey yang tidak kalah gagah dari Aldric. Mereka bertiga terlihat sangat keren.

Pertandingan sudah dimulai. Mereka harus memutari lapangan dengan menunggangi kuda sebanyak tiga kali. Di putaran pertama, Frey yang memimpin. Sedangkan Aldric berada di paling belakang. Aku berusaha berpikir positif kalau yang dilakukan Aldric itu merupakan strateginya untuk menang.

Di akhir putaran kedua, Aldric berhasil menyalip Valerie dan Frey. Kini Aldric memimpin dan memacu kudanya menjadi sangat cepat. Frey dan Valerie jelas tidak ingin kalah, mereka berusaha untuk membalap Aldric. Pertandingan pacu kuda yang mereka suguhkan benar-benar membuat jantungku berdetak kencang tidak karuan. Sesekali berteriak menyuarakan nama Aldric supaya ia tambah semangat.

Di tengah putaran ketiga, tiba-tiba saja sesuatu terjadi kepada kuda Frey. Kuda yang Frey tunggangi perlahan melambat dan meringkik keras—membuat Valerie berhasil mengambil posisi Frey.

"Kudanya Frey kenapa, Zaf?"

"Aku tidak tahu," jawab Zafar sambil mencondongkan tubuh ke depan.

Frey masih berusaha untuk membuat kudanya berlari, walau aku yakin ia sadar kalau ia sudah tidak bisa mengejar ketertinggalan lagi. Karena Aldric baru saja melewati garis finish, disusul Valerie beberapa saat kemudian. Aku bertepuk tangan merayakan keberhasilan Aldric, sekalipun dengan sedikit ganjalan di hati. Karena pikiranku masih terarah pada kondisi kuda yang ditunggangi Frey.

Frey masih bersusah payah mengajak kudanya untuk kembali bekerja sama lagi setidaknya sampai garis finish.

"Sepertinya kuda yang ditunggangi Frey terserang penyakit badmood dari kuda-kuda di depannya. Mari kita lihat, apakah Frey mampu membawa kudanya sampai melewati garis finish?" ujar komentator, yang membuatku tertawa kecil setelah mendengar prediksinya tentang kondisi kuda yang ditunggangi Frey.

Dan akhirnya Frey bersama kudanya berhasil melewati garis finish walau kami harus menunggunya lumayan lama. Kalau dari sepenglihatanku, kondisi kuda yang ditunggangi Frey baik-baik saja. Dari cara si kuda berlari pun terlihat normal. Namun entah kenapa, tiba-tiba saja si kuda melambat seakan enggan untuk melangkah lebih jauh lagi, sampai harus dicambuk berkali-kali oleh Frey.

Anggota tim yang tidak bertanding diizinkan untuk turun oleh para kru HC, menghampiri anggota tim lainnya yang bertanding di lapangan.

"Frey, kudamu kenapa?" tanya Kak Daran tanpa basa-basi.

"Tidak tahu nih, tiba-tiba saja menjadi males!" tutur Frey terdengar kecewa.

"Selamat ya, Al!" ucapku pada Aldric.

"Terima kasih, Lin."

Aku yang berdiri di hadapan Aldric berjinjit, dan berbisik tepat di telinganya, "Aku tahu kamu yang akan menjadi pemenang di hari ini."

Aldric membalas dengan tersenyum. Lalu yang lain ikut mengucapkan selamat kepada Aldric. Waktu telah berhasil menciptakan kekompakan di antara kami, sehingga secara tidak langsung kekompakan itu menimbulkan rasa sportifitas yang kuat. Aku jadi merasa beruntung bisa bergabung dalam pertandingan HC Looking for Talents dan bertemu dengan mereka. Walau perjalananku di pertandingan HC Looking for Talents tak selalu indah.

Setelah penyematan pin di rompi yang seluruh peserta HC Looking for Talents pakai, Pak Hammond dipersilahkan maju ke depan dan mengambil alih atensi acara.

"Berdirinya saya di sini bertujuan untuk memberitahu kepada peserta HC Looking for Talents dan pemirsa di rumah yang sudah setia menonton acara ini. Seperti yang kalian ketahui sebelumnya, pertandingan final HC Looking for Talents selalu dilaksanakan di luar sekolah. Jika kalian mengira pertandingan itu akan diselenggarakan di Kota Lembang, kalian salah besar.

Karena untuk pertama kalinya, kami memilih tempat pelaksanaan pertandingan HC Looking for Talents di luar Indonesia. Tepatnya di Kota Sisilia, Italia. Sekaligus untuk merayakan hari jadi Hammond Company yang ke 37 tahun tepat di hari pertandingan yang ke lima belas serta merayakan terlaksananya pertandingan HC Looking for Talents selama 10 tahun. Sampai bertemu lagi di Kota Sisilia!"

Setelah mengatakan itu, Pak Hammond segera berjalan menjauh dari area yang disorot kamera.

Sisilia, Italia. Kota yang jaraknya sangat jauh dari tempatku sekarang berdiri. Kota yang konon dijuluki sebagai tanah kelahiran mafia. Aku tahu, perjalananku di sana tidak akan mudah. Tetapi sudah tidak ada kesempatan untuk menghindar. Karena aku harus mengakhiri sesuatu yang telah dimulai.

"Hal itu yang menjadi alasan mengapa pertandingan hari ini terlihat sangat singkat dan mudah. Karena kami memberikan waktu lebih bagi kalian, para peserta untuk bersiap mengejar penerbangan ke Italia, dini hari nanti."

Pembawa acara yang aku tahu kalau ia adalah salah satu kru HC pun menutup acara dengan sedikit basa-basi.

***

Enigma TersembunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang