○ Chapter 33

319 47 3
                                    

Maaf chapter ini sedikit, karna aku lagi kurang enak badan... mohon pengertiannya, tapi aku usahain update kok🤗

-


He likes you because you look like him, not the real you...

-Ningning


Suara bunyi bel pulang berbunyi, Semua bergegas memasukan buku kedalam tas bersiap untuk pulang.

"Besok semangat!!" Teriak Jessi selaku wakil kelas, sementara Junkyu sudah malas pikirannya sudah ingin segera pulang.

"Apalagi tim dance tuh, jangan sampe ada salah gerakan" Lia mengingatkan.

"Kyung pulang sama siapa? Bareng gue ayo, sekalian gue tepatin janji beliin lo boba" ajak Felix.

"Duh, gue udah janji sama Renjun. Lain kali aja ya?"

Felix menghela nafasnya, "Hm iyadeh, gue duluan"

Somi dan Yuqi memilih langsung pulang, sedangkan Nakyung menunggu Renjun di dalam kelas hingga tidak ada seorangpun selain dirinya.

Terdengar suara pintu terbuka, Nakyung kira itu Renjun ternyata bukan. Ia menoleh lalu melihat Ningning dan Karina, mereka mendekati Nakyung.

Nakyung mundur begitu teringat perlakuan Ningning waktu itu.

"Puas lo udah buat gue malu di depan orang? Sebenernya ini rencana lo kan dari awal?!" Suara Ningning terdengar menggema di ruangan.

"Terus kenapa?"

"GAUSAH NANYA BALIK!" Ningning membentak, Nakyung terkejut.

"Gue mau pulang, minggir" kata Nakyung hendak pergi. Karina menarik tanganya ke belakang dan memojokannya, membuatnya tau jika ia hari ini tidak akan selamat dari mereka.

"Karena lo udah buat Ningning malu, lo harus dapet imbasnya!" Karina menatap Nakyung tajam. Karina menarik rambut Nakyung lalu melepaskannya dengan kencang.

"Jadi cewe tuh harus punya etika! Jangan bisanya bikin malu sesama perempuan, dasar ga punya hati!"

Nakyung tak tinggal diam, ia kini menarik kembali rambut Karina.

"YAAAAK!!" Hal itu membuat Ningning geram dan ikut menarik rambut Nakyung.

"Beraninya keroyokan, dasar pengecut!!" Teriak Nakyung sembari terus menarik rambut Karina dan juga Ningning.

"U-udah le-lepasin!" Pinta Ningning.

Dengan Nafas yang saling memburu, mereka kini saling menatap.

"Lo kenapa benci gue sih? Gue punya salah apasih sama lo?!" Tanya Nakyung yang sudah muak dengan semua drama Ningning.

"Karena lo persis kaya Ara"

"Maksud lo?"

"Dari sifat, sikap dan bahkan setiap lo senyum pun sama persis kaya senyuman Ara. Itu yang ngebuat gue benci sama lo, seolah lo itu reinkarnasi Ara!" Jawab Ningning terlihat marah.

"Jadi cuma karena semuanya lo sebenci itu sama gue?"

"Jauhin Renjun, itu yang terbaik buat lo" Ningning keluar kelas, diikuti Karina dibelakangnya.

"Kenapa harus gue yang jauhin dia? Semestinya elo!" Jawab Nakyung tak terima.

Ningning berbalik, "Inget kata-kata dari gue. He likes you because you look like Ara, not the real you Nakyung"

"Jadi gausah berharap apapun lagi sama dia" lanjut Ningning sebelum akhirnya pergi.

"LO BOHONG, GUE GA PERCAYA!" Teriak Nakyung, namun Ningning dan Karina mengabaikannya.

Masih dengan nafas yang menggebu, Nakyung mencoba memahami perkataan Ningning.

"Lama ya?" Tanya Renjun yang baru saja datang.

"Aku mau pulang" Nakyung langsung memakai tasnya.

"Kenapa?"

"Gapapa"

"Tadi bahas buat lomba besok dulu"

"Bukan itu yang perlu di kasih penjelasan"

Renjun semakin tidak mengerti perkataan Nakyung.

"Apa yang perlu dijelasin?"

"Soal Ara"

"Bukannya waktu itu udah jelas?"

"Pilih aku atau Ara?"

"Kyung"

"Jawab aja!"

"Apa-apaansih? Kenapa tiba-tiba bahas Ara?"

"Kamu suka aku karna mirip dia kan?"

"Kamu gatau Ara kaya gimana, udah ya jangan bahas dia lagi"

"Aku tau dia, dia itu udah jadi mayat!"

Deg

Mendengar hal itu Renjun merasa tak terima, memang benar Ara sudah meninggal. Tapi apa tidak bisa, Nakyung membicarakan nya secara baik-baik?

"Kalo aku udah milih kamu buat aku sukain, ya berarti emang kamu yang aku suka. Sampe sini paham?"

Nakyung bungkam, ia menunduk tak berani menatap Renjun. Karena ia tau, Renjun pasti sedang marah sekarang.

"Kamu emang ga salah nyebut Ara itu mayat, tapi pengucapan kamu yang salah"

"Maaf" lirih Nakyung.

"Siapa yang bikin kamu mikir kaya gitu?" Tanya Renjun, karena ia tau kalau Nakyung gampang terprovokasi ucapan orang lain.

Nakyung hanya menggeleng.

"Oke, kalo emang gabisa cerita sekarang. Lain kali jangan terlalu denger omongan orang, ya?"

Nakyung mengangguk, Renjun langsung merangkul nya mengajaknya ke gramedia sesuai janjinya.

"Beli yang ini atau yang ini?" Tanya Nakyung dengan menunjukan dua buku berbeda.

"Dua-duanya aja" Renjun tak mau ambil pusing.

"Ih kan mahal kalo beli dua"

"Kan aku yang bayar, kenapa kamu yang ribet?"

"Iyasih hehe"

Akhirnya Nakyung membeli dua buku yang tadi dan Renjun membeli boneka moomin.

"Kenapa harus boneka kudanil gembrot sih? Padahal tadi boneka beruang nya lucu" Nakyung cemberut.

"Dia moomin bukan kudanil gembrot"

"Kudanil gembrooot" ledek Nakyung.

"Kalo kangen aku peluk dia aja"

"Gamau kan kamu ga gembrot kaya dia"

"Mau aku peluk?"

Seketika pipi Nakyung memblushing.

"Udah ah, ayo pulang. Nanti kesorean"

"Lucu kalo lagi salting gini" Renjun mengacak rambut Nakyung.







"Mau sebaik apapun elo sekarang, itu udah percuma! Karena lo gakan bisa ngeubah segalanya menjadi seperti dulu lagi"

"Maaf... maaf.."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
My Coldest Boyfriend | Huang RenjunWhere stories live. Discover now