○ Chapter 47

220 22 5
                                    

"Apa mau kalian" Yangyang menghampiri mereka.

"Serahin cewe itu" tunjuknya pada Nakyung.

"Ga akan gue serahin"

"Serahin dia atau lo bakal habis di tangan kita" ujar lelaki berotot kini berhadapan dengan Yangyang.

"Sini, ga takut gue"

Dengan geram di tariknya kerah baju Yangyang, lelaki tersebut kemudian mendorong tubuhnya.

"Hari ini lo gue bebasin"

"Halah pengecut, badan doang gede" gumam Yangyang.

Karena mendengar ucapannya, lelaki tersebut berbalik dan mendaratkan satu pukulan diwajah Yangyang.

Membuat Yangyang sedikit terkejut karenanya.

"Udah, kita pergi aja dari sini" Nakyung mencoba menarik tubuh Yangyang, namun Yangyang malah menghajar balik.

Yangyang memukul dan menendang tanpa ampun, terus melayangkan pukulannya.

"Berani nya lo pukul di wajah gue, sialan!"

Kini mereka menghajar Yangyang, membuat Yangyang kewalahan karena jumlah mereka yang cukup banyak.

"By one anjing! Jangan beraninya kreyokan" Teriak Yangyang.

Mereka sudah cukup babak belur olehnya, hingga tersisa seorang yang masih kuat untuk menghajar.

"Maju lo sini" ucap Yangyang terengah-engah.

"Jangan pernah munculin wajah kalian lagi di depan gue!" Ucap Yangyang jijik dan langsung melayangkan pukulannya.

Tanpa disadari sebelah tangan lawannya tidak kosong melainkan memegang pisau kecil, Nakyung menyadari hal tersebut.

Nakyung mencoba mencari sesuatu untuk dilemparkan, ia melemparkan batu berukuran sedang.

"AKH!"

Namun ia salah sasaran, batu tersebut malah mengenai kepala Yangyang.

Lawannya mendorong jauh tubuh Yangyang, lalu mereka melarikan diri.

"Ayo cabut!"

Nakyung menghampiri Yangyang dengan ragu.

"Soryy gue niat bantu tapi malah-"

"Ceroboh!"

"Maaf..."

"Gue bilang diem malah berulah"

"Heh lo juga salah ya, udah dibebasin malah ngehajar balik mereka!" Nakyung tak mau terus disalahkan.

"Salah mereka lah pukul wajah gue"

"Lagian luka dikit dasar lebay!"

"Aset negara ini!"

"Bodoamat!"

Tanpa beban lelaki yang terlihat sangat berantakan itu memasuki ruangan, ternyata Renjun sudah sadar.

"Lo berantem?"

"Winter, lo ngapain disini?"

"Jawab, lo abis berantem?"

Yangyang diam tak menjawab, ia mengalihkan pandangannya.

"Gue pergi dulu"

"Woy Yang, leher lo berdarah anjir itu" ucap Jeno yang melihat bercak darah di leher Yangyang.

Yangyang meraba belakang kepalanya lalu melihatnya dan benar saja jika ia berdarah, pantas saja sedari tadi ia terus merasakan perih.

"Kyung" Nakyung menoleh, ia mengerti bahwa mereka semua penasaran apa yang terjadi pada mereka berdua saat dalam perjalanan.

My Coldest Boyfriend | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang