Three

341 69 11
                                    

⚠️ Warning

Masih dengan peringatan yang sama, banyak kata-kata kasarnya. Jangan ditiru ya...

Best regards,
Hikari Chiyo

.

.

.

.

.

Kau yang menanamkan luka, kau pula yang menawarkan obatnya. Jika memang kau ingin aku mencintai, mengapa harus membuatnya begini?

-HH-

.

.

.

.

.

Hinata berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengumpat lebih hanyak dari yang seharusnya. Dia tidak ingin membuat Sasuke senang dengan memberinya alasan untuk mengganggunya seharian. Jadi patuh adalah jalan yang tepat untuk melawan kekeraskepalaan pria itu.

Lain Hinata, lain pula dengan Sasuke. Pria itu merasa di atas angin dengan kepatuhan Hinata. Merasa bahwa langkahnya membuat Hinata jatuh dalam pelukannya semakin mudah. Hanya tinggal masalah waktu. Sasuke yakin akan hal itu. Sekalipun akan terdengar bodoh jika didengar oleh orang lain.

"Berhenti menatapku seperti orang bodoh, Sasuke. Aku tidak suka!" sentak Hinata dengan wajah memerah penuh amarah.

Sasuke tersenyum. Bukannya marah dengan Hinata, pria itu justru merasa semakin dicintai dengan semakin banyaknya Hinata memakinya. Dengan memaki, Hinata akan lebih banyak berinteraksi dengannya. Dengan banyaknya interaksi, akan menimbulkan perasaan saling terkait satu sama lain. Bukankah hal itu sudah cukup romantis?

"Kau selalu menjadi semakin cantik setiap kali aku menatapmu. Kurasa aku sangat beruntung karena sebentar lagi aku akan memilikimu."

Hinata begidik ngeri mendengar kalimat Sasuke itu. Bagaimana bisa pria itu merasa beruntung ketika dia merasakan siksaan yang amat berat karenanya? Sasuke memang benar-benar sakit jiwa!

"Dalam mimpimu saja. Kau mungkin bisa memiliki jiwaku, Sasuke. Tapi selamanya hati ini akan menjadi milik Naruto."

Sasuke terkekeh geli mendengar penuturan Hinata. Dengan lembut dibelainya kepala gadis itu. "Kau akan mencintaiku suatu saat nanti. Aku yakin akan ada satu waktu di mana kau tidak akan melepasku. Walau itu akan lama terjadi, aku yakin hal itu toh akan terjadi juga."

Hinata mendecih tidak suka. Menatap tajam ke arah Sasuke yang langsung membuatnya mendapat hadiah desisan dari Hikari, sang ibu, yang tidak setuju dengan perilaku tidak sopan yang Hinata tunjukkan.

"Mencintai kau yang penuh dengan kelicikan dan tipu muslihat ini? Huh!! Kalau kau mengatakan hal itu adalah cinta, coba berkacalah kembali. Cinta tidak akan menyakiti. Sementara yang kau lakukan? Kau menyakitiku, Dan kau masih berani mengatakan bahwa hal itu bagian dari cinta? Itu hanya obsesi bodoh yang kau balut dengan nafsu tak berdasar."

Sasuke tertawa dan malah memutuskan merangkul bahu Hinata. Dibisikkannya kalimat santai penuh dengan keyakinan yang justru membuat Hinata semakin marah dibuatnya.

"Kita lihat saja nanti. Apakah benar yang kau katakan, atau apakah benar yang aku ucapkan. Dalam hal ini, Hinata, aku tidak pernah salah perhitungan."

Hinata nyaris mendorong Sasuke kuat-kuat jika saja pria itu tidak semakin mengeratkan pelukannya dan malah mengecup pelipis Hinata dengan santai di depan seluruh keluarganya.

Before You GoWhere stories live. Discover now