Nine

315 58 11
                                    

Ketika mengingat hari itu, saat kau ucapkan sumpahmu.
Begitu banyak hal yang menggiring kita pada duka.
Ah, kau bahkan tak ingin mengatakan apa yang membuatmu begitu terluka.
Apa aku benar-benar hanya menjadi fantasimu saja?
Dan bukankah seharusnya ikatan ini membuat kita saling terbuka?

-HH-

.

.

.

.

.

"Kekkon Omedetou."

Beberapa confetti diledakkan. Senyum para undangan membuat suasana ruangan menjadi ceria. Sangat kontras dengan wajah yang ditampilkan sang pengantin wanita. Gadis yang sebelumnya memiliki nama Hyuuga itu hanya tersenyum tipis. Layaknya senyum datar pada topeng noah. Tidak ada ekspresi yang bisa diterjemahkan di sana.

"Kalian serasi sekali. Semoga kalian memiliki pernikahan yang bahagia."

"Terus menua bersama dan sejahtera."

"Semoga diberkahi kesehatan dan bisa terus bersama hingga menutup mata."

"Selamat atas bersatunya kalian."

Banyak sekali ucapan yang terdengar. Saking banyaknya hingga terasa menggema. Menimbulkan desahan sakas dari bibir Hinata sebelum wanita itu memasang topengnya kembali.

Tidak ada yang bisa membuatnya bahagia. Tidak dengan pernikahan ini. Hinata seolah memang tidak memiliki kesempatan untuk sekedar merasakan bunga indah bermekaran di hati. Atau kebahagiaan murni sekalipun dulu ketika dia masih kecil.

Entah mengapa nasibnya bisa menjadi begini. Yang dia ingat selama ini adalah hidupnya tidak pernah terasa benar. Keluarganya memang kaya. Tapi kebahagiaan hanya bisa dicecapnya beberapa kali. Ibunya adalah orang yang baik. Sangat perhatian dan memberikan banyak sekali kenangan manis. Tapi keluarga mereka tak lagi sama setelah kepergiannya. Dan hal itu terjadi hanya karena rencana pernikahannya dengan pria menyebalkan itu.

"Kau sangat cantik, Hime. Aku mencintaimu," bisik Sasuke setelah mereka selesai melakukan minuet. Hinata hanya diam dan menunduk sebagai bagian akhir dari dansa yang mereka lakukan.

"Tidak ada kecantikan yang berguna saat ini. Aku lelah," balas Hinata datar.

"Kita akan istirahat setelah acara ini selesai. Bertahanlah."

Bertahan?

Bagaimana jika Hinata sudah merasa lelah dengan hubungannya bersama Sasuke? Apa pernikahan ini bisa dihentikan segera? Sepertinya tidak.

.

.

.

Sasuke tersenyum menyambut Hinata yang baru saja selesai dari acara mandinya. Sementara Hinata tidak peduli apa yang akan terjadi pada dirinya malam ini. Hatinya sudah mati rasa. Jadi ia biarkan Sasuke menariknya dan mendudukkannya di pangkuan pria itu.

"Kau tidak akan pernah membayangkan betapa bahagianya aku berada dalam momen ini, Hinata. Aku mencintaimu. Aku ingin kau tau itu."

"Kurasa kau sudah mengatakan itu sampai membuatku muak."

"Kalau begitu kau akan jauh lebih sering mendengarkan kalimat itu sejak kita menikah. Aku akan memastikan kau tidak kesakitan dan bahagia."

"Terserah saja."

Hinata tidak ingin memperpanjang debat karena hatinya benar-benar sudah dalam keadaan yang tidak baik. Dia akan mempercepat apa yang diinginkan pria itu.

Before You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang