Five

273 59 8
                                    

Membenci dan terus membenci.
Hingga aku sendiri kehilangan nurani.
Mengaburkan segala kebenaran yang terjadi.

Dan tanpa tahu kenyataan bahwa kau bukanlah objek kebencian ini.

-HH-

.

.

.

.

.

Neji menatap gusar kepada orang yang sudah bertahun-tahun ia sebut sebagai ayah.

"Puas sekarang? Atau anda masih memikirkan dendam bodoh yang bahkan tidak ada hubungannya dengan darah daging anda sama sekali?!" teriak Neji sembari memukulkan tinjunya ke bawah. Sebisa mungkin menahan kepalan tangan itu agar tak menyentuh wajah ayahnya.

"Sama sekali Ayah tidak berpikir sampai sejauh ini. Membuat Ibumu tewas dan adikmu ..."

"Hah! Brengsek betul!"

Neji terkekeh parau dengan air mata menggenang ke dua sudutnya. "Ibu bahkan berbisik kepadaku untuk tidak membenci anda di saat-saat terakhirnya. Di mana warasnya otak anda sebenarnya ketika menyabotase mobil Uchiha?! Dan apa kau tahu bagian paling menyakitkan dari segalanya? Aku adalah satu-satunya orang yang selamat dari mobil itu!"

"Neji ..."

"Anda ingin apa? Minta maaf? Sujud saja sana pada kaki Hinata. Mengakulah kalau selama ini kau yang jahat. Kasihan betul adikku harus menjadi objek balas dendammu terhadap Uchiha. Lalu setelah ini apa? Kau ingin menghasut Hinata untuk membunuh Sasuke sekalian? Lalu menjebloskan adikku pada rasa bersalah tak berjujung karena menjadi pembunuh?!"

Bahu pemuda itu bergetar hebat menahan tangisnya. Adiknya koma. Semuanya berantakan. Dia sendiri tak bisa menahan kemarahan Itachi. Jika saja Sasuke tidak berusaha menahan Itachi beberapa saat setelah Sasuke sadar, mungkin saat ini sudah ada peluru yang bersarang di kepalanya dan adiknya. Dan semua itu terjadi karena pemikiran picik ayahnya.

"Neji, kau anakku. Begitu juga dengan Hinata. Aku tidak mungkin berniat mencelakakan kalian seperti itu."

"Tapi sudah anda lakukan! Apa sekarang anda masih menyangka diri anda layak disebut sebagai Ayah? Aku menyesal telah lahir sebagai darah daging anda."

"Neji!"

"Jangan coba meneruskan dendam pada Hinata! Aku tidak ingin melihatnya melukai diri sendiri suatu saat nanti! Dendam ini tidak boleh dilanjutkan!"

"Uchiha yang bersalah tapi kau masih bersikeras menyalahkan Ayah?!"

"Uchiha mana yang anda maksud?! Uchiha Fugaku dan Uchiha Mikoto adalah orang baik!"

"Neji!"

"Dengan segala rasa hormat yang tersisa, aku mohon jangan tampakkan batang hidung anda pada Hinata. Biarkan aku mengurus adikku tanpa ada bayang-bayang anda di sana."

"Keterlaluan!"

Hyuuga senior itu menunjukkan amarah yang besar ketika meninggalkan putra semata wayangnya. Sementara Neji langsung meluruh ke lantai. Berusaha menghilangkan amarah yang menekan dadanya sampai terasa sesak. Bayangan kecelakaan maut itu. Dia yang diselamatkan oleh keluarga Uchiha tepat sebelum tabrakan terjadi ...

"Sial! Memiliki Ayah sepertimu memang benar-benar sial!" jerit Neji dengan putus asa. Hatinya luar biasa pilu. Harus dengan cara apalagi dia mengungkapkan kebencian atas keegoisan sang ayah. Tapi rupanya, Hiashi masih sama saja keras kepalanya.

.

.

.

.

Before You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang