Raiden-chapter 35

83.9K 9.6K 1.3K
                                    

Hello☄️

•••

Happy reading.

Cahaya matahari masuk kedalam celah jendela kamar seorang gadis yang masih berada di alam mimpinya. Mungkin karena pelukkan nyaman seseorang semalam bisa membuat Alena tidur senyaman ini.

Gadis itu perlahan membuka kedua mata lalu mengerjap pelan, namun ada terdengar langkah seseorang masuk kedalam kamarnya Alena dengan cepat kembali memejamkan mata.

Itu Geno Ayahnya, pria itu duduk ditepi ranjang sang anak mengusap kepala Alena penuh kasih sayang. "Maaf kalo Ayah egois, tapi ini demi kebaikan kita semua. Ayah yakin Arabella bisa menyembuhkan luka dihati kita semua."

Arabella? Batin Alena.

"Bunda tidak pernah hilang dihati ayah sayang, jangan pernah mengira ini hanya demi kesenangan ayah sendiri. Ayah ingin mengobati luka dihati anak-anak Ayah." Geno terus-menerus mengusap kepala Alena bahkan setetes air matanya telah lolos membasahi pipi pria tua itu.

Alena dengan sekuat tenaga menahan tangis. Perkataan Ayahnya begitu sangat terlihat jelas betapa dalam luka hati Ayahnya atas kepergian Bundanya.

Ya, Alena tidak mau egois demi kebahagian Ayahnya ia harus mengikhlaskan Ayahnya untuk kembali membuka hati mengobati luka itu.

Geno mencium pelipis Alena lama. "Anak Ayah jangan nangis lagi. Alena jangan salahin diri Alena lagi, ini sudah skenario Tuhan sayang. Kita coba sama-sama untuk ikhlaskan Bunda biar Bunda Alena tenang disana." Lirih Geno masih mencium pelipis Alena bahkan air matanya turun membasahi wajah Alena.

Pria itu beranjak pergi meninggalkan kamar Alena. Dan gadis itu kembali menangis.

Alena mengatur deru nafas, menghapus jejak air mata yang sudah membengkak 'kan kedua mata indah nya.

"Alena ayo bisa, jangan nangis, jangan nangis!" Gadis itu berusaha meyakinkan dirinya.

"Kasian Bunda kalo semuanya sedih terus." Gadis itu menghapus air mata dengan kasar. "Tenang aja Alena suatu hari nanti aku pasti bisa ketemu sama Bunda lagi." Gadis itu meyakinkan diri.

Dengan perasaan yang lebih tenang Alena beranjak dari kasur segera membersihkan diri karena harus berangkat kesekolah.

°°°

Dimeja ruang makan terdapat semua sudah berkumpul sedang melakukan sarapan. Raiden, lelaki itu dengan wajah datar duduk bersebelahan dengan gadisnya.

Hanya dentingan sendok yang terdengar. Tidak ada pembicaraan seperti biasa bahkan lontaran candaan. Alena tidak suka situasi ini. Semuanya terasa begitu asing.

Bahkan Samudra pun lelaki itu yang biasanya paling berisik kini membungkam mulut.

Sampai suara bariton Geno mengalih perhatian para semua remaja itu.

"Nanti malam Ayah akan mempertemukan kalian dengan Arabella. Calon istri Ayah."

"Secepat itu?" Sinis Devan.

"Lebih cepat lebih baik. Dia akan Ayah undang untuk makan malam bersama. Raiden ajak Ayah dan Bunda kamu untuk datang nanti malam."

Raiden. (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now