04. AWAL PENDEKATAN

34.4K 2.2K 57
                                    

Kalau masih ada typo yang bertebaran tolong tandain ya guys!


🍃-Happy Reading-🍃

Pagi hari yang cerah, menyambut seorang laki-laki yang masih bergelut dengan alam mimpinya. Cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah ventilasi kamarnya tidak membuat tidur laki-laki itu terganggu. Padahal waktu menunjukkan pukul 06.45 yang artinya lima belas menit lagi gerbang sekolah akan di tutup.

Ketukan yang berasal dari pintu kamarnya serta teriakan seorang wanita paruh baya tak membuat laki-laki itu bangun dari tidur nyenyak nya malah kian mengeratkan pelukannya pada bantal guling.

Ceklek.

Pintu kamar terbuka, yang ternyata tidak di kunci. Sedangkan wanita paruh baya itu yang tak lain adalah Diajeng hanya bisa menggelengkan kepalanya lelah. Membangunkan anaknya sangat menguras tenaga dan kesabaran di pagi hari.

"Arlan bangun, Udah siang!" Ucap Diajeng menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Arlan.

"Nanti, Bun." Gumam Arlan dengan mata yang masih setia terpejam.

"Gak ada nanti-nanti, Ini udah siang Arlan cepat mandi!" Tekan Diajeng di setiap kata.

"Argh... masih, ngantuk, Bun." Erang Arlan merasa terganggu karena bundanya terus mengganggu nya dengan menggoyangkan badannya.

"ARLANNNNNN!!" Teriak Diajeng yang mulai jengah dengan putra sulungnya.

"Ck, iyaa iya." Arlan bercedak kesal, kemudian bangun dari kasurnya menuju kamar mandi untuk bersiap-siap.

***

Bel sekolah telah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Namun yang Arlan lihat saat ini adalah murid-murid SMA Garda Satya nampak tengah bersantai di depan kelas, Karidor dan Lapangan sekolah.

Ya, saat ini semua kelas tengah free Class di karenakan guru sedang mengadakan rapat dadakan.

Arlan mendengus sebal. Jika tau begini untuk apa dirinya harus tergesa-gesa? Coba saja jika sang bunda tidak memaksanya untuk bangun!

Pandangan mata Arlan kini terpaku pada satu titik. Di depan sana Arlan melihat seorang gadis tengah berjalan santai, sesekali menyedot susu kotak rasa strawberry di tangannya.

Ya, kalian pasti tahu bukan? Gadis itu adalah Farsya. Farsya terlihat tengah fokus menatap kearah sekeliling sekolah, seolah tengah menikmati suasana sekolah yang terlihat ramai dengan murid-murid yang bertebaran dimana-mana.

Arlan melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda, saat dirinya hampir mendekati gadis tersebut, Farsya melihat kehadirannya. Perempuan itu berjalan menghampiri Arlan lalu menyapanya.

"Haii, kak Alan!" Sapa Farsya dengan ceria, perempuan itu melambaikan tangannya pada Arlan.

"Alan?" tanya Arlan dengan bingung. Pasalnya yang biasa memanggilnya dengan sebutan 'Alan' hanya sang Bunda, dan dirinya tidak suka saat ada orang lain memanggilnya seperti itu.

Namun, Entah mengapa Arlan sangat menyukai jika gadis yang berada di hadapannya memanggilnya dengan sebutan 'Alan seperti sang bunda.

"Iya, kenapa? Nggak boleh yaa kalau aku manggil Kakak 'Alan?" Tanya Farsya dengan nada sedikit murung. "Semalem kata Bunda, aku boleh kok manggil gitu." Lanjutnya.

Arlan tersenyum tipis mendengarnya, laki-laki itu kemudian mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Farsya.

Arlan menatap wajah Farsya dengan seksama, laki-laki itu menipiskan jarak di antara keduanya membuat Farsya refleks sedikit mundur. "Boleh. Nanti pulang sekolah bareng gue, Gue tunggu di parkiran. Nggak nerima penolakan!" Ujarnya sambil mengusap puncak kepala Farsya.

A R L A N [HIATUS]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora