[1] MATI SEBELUM TUMBUH

14.3K 875 60
                                    

"Kenapa menyuruhku berhenti, bahkan di saat aku belum mengatakan perasaanku padamu sama sekali ?"

••••

"Eh, Lea. Ada Mas Crush!"

Salah satu temannya berseru. Sontak gadis itu langsung menoleh ke belakang dan matanya menangkap seorang anak laki-laki yang sedang berjalan memasuki area kantin sekolah dengan wajah dinginnya.

Aksara Yusuf namanya. Salah satu anak paling pintar di SMA Pancasila. salah satu cowo yang di idamkan banyak murid perempuan termasuk Zalea. Memiliki pangkat disekolah sebagai Pembina Pramuka dan ahli sekali dalam pelajaran Matematika.

Zalea menyukai Aksa sudah hampir empat tahun. Pertama kali bertemu saat dulu dirinya masih duduk di bangku SMP. Saat itu Zalea sedang main di rumah temannya, Nanda. Terpesona mungkin istilah yang tepat untuk menggambarkan kenapa dia bisa jatuh cinta. Karna wajah dingin itu, dia terpesona karna itu. Sampai-sampai Zalea masuk ke sekolah ini hanya karna satu keinginan nya yaitu, agar bisa lebih sering bertemu dengan seorang Aksara.

"Jangan sok gak liat gitu, dia jalan kesini tau." Nanda menaik turunkan alisnya untuk menggoda temannya.

Gadis itu terlihat panik lalu menatap kedua sahabatnya penuh ancaman. "Diem. Awas lo kalau Cepu. Dia gak boleh tahu kalau gua suka sama dia." Ucapnya.

Zalea memang menyukai Aksa diam-diam selama ini. Ya, meskipun gerak-gerik nya setiap berhadapan dengan Aksa sudah sangat menunjukan. Tapi sampai sekarang belum ada yang membocorkan mengenai perasaannya terhadap Aksa.

"Lo sekretaris kelas XII IPS 3, kan?" Suara berat itu membuat tubuh Zalea membeku seketika.

Seorang Aksara mengajaknya bicara saat ini!

Seketika jantung Zalea langsung bergedup kencang bagai genderang perang. Dia melirik pada sahabatnya berusaha meminta bantuan karna dia bingung bagaimana harus menjawabnya. Padahal tinggal di jawab saja, tapi memang beberapa orang akan jadi bodoh jika berhadapan dengan orang yang dia suka.

"Eh Aksa, kenapa?" bukan Zalea, melainkan Nanda yang menjawab karna Zalea masih shock di tempat duduknya.

"Ikut gue ke kantor guru sebentar." Ucap aksa pada Zalea.

Zalea mendongak, menatap anak laki-laki di hadapannya yang juga sedang menatapnya dengan wajah dinginnya.

Nanda mempersilahkan dengan mendorong pundak temannya itu agar bangun dari duduknya. "Silahkan. Lo bawa kabur juga kayanya dia ikhlas-ikhlas aja." Goda Nanda yang langsung mendapat tatapan sinis dari Zalea.

"Bisa ikut gua, gak?" Cowo itu bertanya lagi, kali ini terlihat sedikit tidak sabaran.

"Ma-mau ngapain?" Tanya Zalea gugup.

"Lo sekretaris kelas XII IPS 3 kan? kepala sekolah nyuruh gua manggil semua sekretaris kelas buat bagiin surat pemberitahuan ujian." Ucapnya dengan wajah dingin.

"Oh, yaudah ayok." Gadis langsung bangun dari duduknya, Aksa pun berjalan mendahuluinya.

"Buru kejar sana, jarang-jarang lu jalan di samping dia, gandeng kalo bisa." Bisik Nanda dengan wajah menggoda.

Zalea memegang kedua pipinya yang bersemu. "Diem lo." Sautnya sambil menahan senyum malu-malunya, diapun menyusul aksa.

•••

Di lorong sekolah menuju ruang guru, Lea berjalan di belakang Aksa. Langkah kakinya mengikuti langkah kaki besar Aksa. Diam-diam gadis itu menunduk, sambil memegang kedua pipinya yang bersemu sejak tadi karna salah tingkah. Sedangkan siswa laki-laki itu terus berjalan di depannya tanpa bicara sedikitpun. Berjalan berdua walau tidak bergendengan saja sudah menciptakan sensasi bahagia. Mungkin jika di gambarkan seperti di anime-anime, sudah banyak bunga-bunga yang sedang berputar-putar mengelilingi Zalea saat ini.

Saat mereka berdua sampai di ruang guru, Aksa memberikan beberapa surat yang di tugaskan untuk di bagikan pada sekretaris setiap kelas. Cowo itu menatap Zalea yang terus senyum-senyum saat berada di sampingnya. "Ini suratnya, nanti lo bagi'in ke temen sekelas lo. Yang gak masuk lo pegang dulu aja, atau titip ketua kelas. Nanti pas orangnya masuk baru kasihin." Pesan Aksa.

"Oke, siap." Saut Zalea dengan senyum manisnya.

Hening sebentar, Aksa memperhatikan tingkah gadis itu, seperti sedang menelisik. Zalea yang sadar sedang di perhatikan lalu merubah ekspresinya, dia agak menjauh.

"Oh sorry, udah kan? kalo gitu gua ke kelas dulu ya." Pamit Zalea namun tidak ada jawaban apapun dari aksa, hanya tatapan dingin. Lalu gadis itu berbalik badan hendak keluar dari ruangan.

"Tunggu." Panggil Aksa.

Gadis itu berbalik lagi dengan wajah bingung. "Iya?" Tanpa di duga Aksa menarik tangannya dan membawanya pergi dari ruang guru. Seperti di hipnotis, Zalea tidak mengatakan apapun saat Aksa menggandeng tangannya dan membawanya ke koridor sekolah.

Rasanya Zalea ingin teriak saat Aksa menatapnya begitu lekat. Koridor sekolah begitu sepi, mungkin semua murid berada di kantin. Saat ini, hanya ada mereka berdua yang berdiri berhadapan.

"Kenapa ya?" Tanya Lea berusaha mencairkan suasana canggung di antara mereka berdua karna sedari tadi Aksa hanya menatapnya.

Cowo itu melirik ke kanan dan kiri seolah-olah sedang memastikan kalau tidak ada siapapun disana. "Lo suka sama gue?" Lalu pertanyaan tidak terduga itu keluar dari mulut Aksa.

Tubuh Zalea menegang seketika. "Eh? hah?" Gadis itu bingung seketika. Wajahnya berubah pucat.

SIAPA YANG MEMBERI TAHUNYA TENTANG INI?

Zalea merasa begitu gugup. Kenapa Aksa bisa tau? Selama ini Zalea hanya menyukainya diam-diam. Nanda dan Tari juga tidak akan membocorkan ini, dia yakin.

"Jangan pura-pura bego. Gua bisa tau bahkan bahkan dari sorot mata dan sikap lo saat di depan gua." ucap Aksa, masih dengan nada dan wajah dinginnya.

Wah sialan, ternyata tingkahnya selama ini terbaca. Bodoh memang Zalea.

"Itu ... "

"Jangan suka sama gua!" Belum sempat Zalea memberikan penjelasan Aksa lebih dulu berkata memperingatinya.

Ada sensasi nyeri dihatinya ketika mendengar ucapan cowo di depannya ini. "Kenapa ?" Tanya Zalea dengan wajah lesu.

"Gua gak suka cewe kayak lo. Berisik, manja, genit, ceroboh, bego." Ucap Aksa, enteng sekali mulutnya berucap. "Belajar aja yang bener. Gak usah ngarepin gue. Gue gak akan ngelirik lo, sedikitpun." ucap Aksa penuh penekanan.

Setelah mengatakan itu Aksa langsung pergi meninggalkan Zalea yang masih berdiri dengan tatapan kosong. Rasanya dadanya begitu sesak, dia tidak pernah merasa sesakit ini sebelumnya.


Bersambung.

Untuk baca cerita lengkapnya bisa langsung beli novelnya. Untuk pemesanan bisa hubungi nomor dibawah ini. 

 

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
AKSALEA [SEGERA TERBIT]Onde histórias criam vida. Descubra agora