[20] RUMIT

2.9K 363 34
                                    

"Ini kisah tentang kita.
Tentang kamu yang suka melukai, dan aku yang selalu memaklumi."
•••

Baru saja dia sampai dan menaruh tas di bangku sekolahnya, Nanda dan Tari langsung duduk di sampingnya, menghimpit Zalea dengan tampang sinis macam kakak kelas yang ingin merundung adik kelasnya.

"Kemarin gue sama Tari liat cewe sama cowo di pinggir jalan lagi ketawa-ketawa, kayanya seru banget." Nanda berucap dengan nada sarkas.

"Ho'oh, kaya ba,ha,gi,a, banget." Tari menekan setiap kalimatnya.

Zalea melirik kedua sahabatnya bergantian dengan canggung. "S-siapa tuh?" Tanyanya ragu-ragu. Sebenarnya dia sudah punya feeling bahwa dirinya dan Aksa yang mereka maksud tapi Zalea harus memastikan dulu jangan sampai masuk jebakan.

Nanda menggebrak meja meja dengan keras. "Masih mau bohong ni anak!" Sewotnya.

Tari ikut-ikutan sewot, dia menunjuk wajah Zalea dengan penuh penghakiman gadis itu berkata. "Kita liat ya, lo sama Aksa dipinggir jalan lagi ketawa-ketawa. Lo udah jadian sama dia'kan?" Tuduhnya penuh keyakinan.

"Ngaku ajadeh, lo. Di depan kita kalian pura-pura gak ada apa-apa, tapi di belakang ternyata---" Nanda tidak sanggup melanjutkan kalimatnya.

"Lo takut gue nagih traktiran mie ayam apa gimana, hah?" Tanya Tari lagi. "Lo bisa nego ke gue jadi tiga hari kok, gak perlu ngumpet-ngumpet gini." Ucapnya.

Lea yang mendapat serangan pertanyaan dari keduanya di buat pusing. Gadis itu akhirnya menjawab agar kedua sahabatnya todak lagi heboh. Bisa gawat kalau ada anak lain yang dengar. "Iya gue udah jadian." Ucap Lea pelan yang hanya mereka bertiga yang dapat mendengar.

"KAN! BENER, KAN?!" teriak keduanya heboh.

Zalea menutup kedua mulut sahabatnya dengan telapak tangan, memberi pelototan penuh ancaman agar keduanya terdiam. "Jangan berisik dooong!" Ucapnya frustasi.

Nanda dan Tari ngangguk-ngangguk lalu meminta maaf, menyuruh Zalea menjelaskan sementara mereka mendengarkan dengan tenang. "Aksa yang minta backstreet. Katanya dia gak mau hubungan kita di jadiin bahan bercandaan sama temen-temen." Akunya.

Tari mengerutkan keningnya. "Jadi kemarin waktu si Dinda nempel-nempel ke Aksa, status lo udah jadi pacar Aksa?" Tanya Tari dan di jawab anggukan oleh sahabatnya. Hal itu sontak menyulut amarah Tari lagi. "Lo tolol atau gimana sih? gue kalo jadi lo, gue jambak tuh cewe berani nempel-nempel cowo gue." Sewotnya.

"Ya, Dinda gak tahu kalau Aksa pacar gue." Saut Zalea.

"Tapi minimal Aksa bisa nolak buat jaga perasaan lo." Bahkan Nanda yang biasa mendukung Aksa sekarang ikut menyalahkan. "Aduh, ini baru awal aja udah gak bener. Apalagi Dinda itu rada gak tahu diri. Kadang yang pacaran terang-terangan aja dia masih genit tebar pesona, apalagi lo berdua diem-diem. Gak merasa dosa dia." Ucapnya.

Zalea tahu ucapan Nanda ada benarnya. Tapi seperti kata Aksa kemarin, yang menjalani hubungan ini mereka berdua dan Aksa sudah jadi miliknya. Zalea tidak perlu khawatir harusnya. "Nanti ada waktunya sendiri kok orang bakal tahu hubungan kita."

Tari dan nanda saling melirik, agak ragu.

"Yaudah, tapi kalo nanti aksa macem-macem, gue patahin batang lehernya!" Ancam Tari, Lea tau temannya itu hanya bercanda, jadi dia hanya tertawa.

"Selamat ya, akhirnya lo dapetin apa yang lo perjuangin." Ucap Nanda tulus walau dibagian hati paling dalamnya dia takut temannya di sakiti.

•••

"Sa, nomor gue yang baru masukin ke grup kelas dong. Lo salah satu adminnya, kan?" Ucap Aidan yang duduk di samping Aksa.

"Masukin sendiri." Aksa memberikan handphone nya pada Aidan karna cowo itu sedang sibuk membaca buku fisika.

AKSALEA [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now