[31] YANG BERUBAH

5.3K 427 76
                                    

"Sosoknya ada di hadapanku, namun dia tidak sama seperti yang kukenal dulu."

...

Sekarang seluruh anak kelas XII sedang dilanda rasa berdebar karna sedang melaksanakan ujian nasional. Semua murid kelas XII berkumpul jadi satu baik IPA dan IPS. Namun mereka dibagi menjadi beberapa kelompok dimana ada ruang A,B dan C. Kebetulan sekali Zalea masih bisa melaksanakan ujian satu ruangan bersama teman-temannya namun disana juga ada Aksa.

Hal itu tentu membuatnya sedikit terganggu. Keduanya sudah resmi putus saat ini. Zalea tidak lagi bicara pada cowo itu meskipun rumah mereka depan-depanan. Meskipun begitu, dia tetap bersikap biasa saja pada orang tua Aksa karna mereka tidak tahu masalah apa yang menjerar kedua remaja itu.

Aksa melepaskannya begitu saja tanpa berusaha mencegah atau menjelaskan apapun. Ya, mau menjelaskan apa memangnya? Semuanya kan memang benar adanya, tidak perlu dijelaskan lagi.

"WOI BAYAR KAS LO SEMUA!" Nanda yang kebetulan ujian di ruangan C bersama Kurnia, rela datang ke ruang B membawa buku catatan keuangan kelas XII IPS 3 dan mendatangi Zalea, Tari, dan Aldian yang ujian di ruang B.

Kurnia yang sudah merasa kesenangan sebab dia fikir tidak akan di tagih minggu ini lantas berjengit keheranan. "Yaelah, nih orang udah mau lulus juga masih aja kas kos kas kos!" Ucapnya sambil berkacak pinggang.

Dengan wajah pongah, Nanda menyahut." Iyalah. Itu tanggung jawab gue sebagai bendahara. Justru karna kita udah mau lulus jadi gue rela dateng kesini cuma demi nagih. Karna besok-besok lo semua gak akan denger gue ngomel-ngomel sambil nagihin duit kas." Ucapnya.

"Woi, Al. Bayar dong," Kurnia yang berdiri disamping Nanda ikut bicara. "Malu-maluin anak IPS aja lo kas cuma dua ribu aja nunggak. Bayar!" Paksanya.

"Emang ngapain sih hari gini masih nagihin kas? Lo mau beli sapu apa penghapus kelas apa gimana? Itu udah bukan urusan kita, kita udah mau lulus." Kini Tari juga ikutan protes.

Kurnia yang menjabat sebagai ketua kelas XII IPS 3 maju untuk memberi informasi. "Kepala sekolah ngasih usul buat anak kelas XII tahun ini gak usah ngadain coret-coretan seragam buat ngerayain kelulusan." Baru berkata begitu, anak-anak langsung terlihat ingin protes. Kurnia mengangkat tangan, menyuruh mereka untuk tenang lalu kembali bicara. "Buat ngerayain kelulusan, anak kelas XII suruh datang ke hari terakhir sekolah pakai baju sesuai sama apa yang mereka cita-citakan.Sekolah bakal ngadain pensi di lapangan dan gue sebagai gitaris handal dan tari sebagai diva bakal meramaikan acara kelulusan kita."

Aldian mengangkat tangan. "Kalau yang gak punya cita-cita gimana?" Tanyanya yang sontak membuat teman-teman yang lain tertawa.

"Kalau masih bingung sama cita-cita, boleh pakai costum apapun. Sekreatif kalian aja."

"Kalau gitu gue mau pakai kostum Naruto." Ucap Aidan.

Kurnia mengernyit heran. "Ngapain lo? Ini acara kelulusan bukan event cosplay wibu." Ucapnya.

"Cita-cita gue'kan mau jadi Hokage. Nanti kamu pakai kostum Sakura ya, Dri. Biar kita couple'an." Ucap Aidan dengan wajah semangat.

"Naruto sama Sakura gak jodoh, bego!" Protes Kurnia yang mendadak emosi karna meladeni keanehan teman-temannya ini.

Aidan mengedikan bahu acuh. "Mereka jodoh, cuma gak nikah aja. Yang gak jodoh tuh mereka berdua." Ucapnya melirik Aksa dan Zalea yang sejak tadi diam saja tanpa bicara apa-apa.

Kurnia terkekeh lalu meledek. "Loh, mantan? Kok diem-diem aja, tan?" Ejeknya sambil melirik Aksa lalu bergantian pada Zalea.

"Diem lo." Tidak sengaja, keduanya menyahut bersamaan. Sontak hal itu semakin menimbulkan sorak sorai godaan dari teman-teman mereka.

AKSALEA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang