[24] BAYANGAN MASA LALU

3.2K 333 53
                                    

" Apa benar aku telah memiliki hatimu ? atau sebenarnya selama ini hatimu milik orang lain yang tidak aku ketahui ?"
•••

Pagi ini kelas XII IPS 3 dihebohkan oleh wajah teman sekelas mereka yang terpampang di feed Instagram salah satu cowo idaman SMA Pancasila. Ya, Aksa memposting photo baru dimana photo itu menampakan wajah Zalea dari samping yang sedang tertawa ceria. Photo itu di ambil saat mereka kencan kemarin.

"Ya, tuhan. Aku kapan?" Ucap Tari setelah melihat postingan terbaru Aksa dengan wajah merana.

"Ayo coba di list dulu, yang mau ikut pindah ke pluto siapa aja? Buminya mau di gulung soalnya sama si Aldian." Ejek Kurnia, padahal Aldian sedari tadi sedang anteng menyalin tulisan Nanda di mejanya.

Aldian melirik sinis pada Kurnia lalu berdecak. "Jangan di dengerin, Nda." Ucapnya pada Nanda yang duduk disampingnya seolah takut cewe itu cemburu.

"Buruan salin, gue ambil sekarang, ya." Ancam Nanda yang langsung membuat Aldian buru-buru nulis lagi tanpa memperdulikan Kurnia yang terus mengajaknya bercanda.

"Eh, gue punya lagu yang cocok buat lo berdua." Kurnia menghampiri Aldian dan Nanda sambil membawa gitar kesayangannya.

"Apa'tuh?" Tanya Aldian penasaran.

"Dengerin, ya." Ucapnya lalu mulai memetik gitar.

"Tidak'kah cukup

Yang engkau lihat

Pertemanan ini sungguh berat ..." Senandungnya dengan penuh penghayatan sambil melirik Aldian dan Nanda bergantian.

"Tidak'kah indah bila kita bersama

Tapi tidak dimimpi saja ..."

Sontak satu kelas langsung bersorak menggoda Aldian dan Nanda. Nanda sekuat tenaga menahan diri untuk tidak tersenyum sementara Aldian hanya manggut-manggut saja lalu lanjut menyalin tulisan lagi. Tidak peka, atau mungkin sengaja tidak mau peka.

•••

Zalea membuka gerbang rumahnya dan mengeluarkan sepeda. Mama menyuruhnya pergi ke warung sayur yang jaraknya cukup jauh dari rumah. Saat dia keluar, matanya melihat Aksa yang sedang mengelap motornya, sepertinya baru selesai mencuci motor.

"Aksa," Panggilnya.

Aksa menoleh dan tersenyum untuk menyauti panggalin Zalea. Cowo itu mendekati gerbang dan menumpu satu tangannya. "Mau kemana?" Tanyanya.

"Mau ke warung sayur yang di depan. Di suruh mama beli cabe karna persediaan di kulkas sudah abis." Jawab Zalea. Gadis itu meninggalkan sepedanya dan malah berjalan menghampiri Aksa. "Kamu baru cuci motor ya?" Tanyanya basa-basi.

"Iya."

"Oh, iya. Akum au tanya." Lihat anak gadis satu ini, disuruh pergi ke warung malah ngajak ngobrol pacarnya.

"Aku kepikiran. Kan' kamu juga pertama kali pacarana sama aku'kan?" Tanya Zalea yang langsung mendapat anggukan dari sang pacar. "Berarti aku ini ... cinta pertama kamu?" Tanyanya penuh harapan Aksa akan menjawab 'ya' lalu dia akan terbang tinggi karna bahagia.

Namun Aksa hanya diam saja. Hal itu membuat harapan Zalea pupus.

"Aku bukan cinta pertama kamu, Sa?" Zalea berusaha biasa saja. Lagipula dia tidak perlu khawatir karna yang penting adalah masa sekarang. Dan sekarang, Aksa adalah pacarnya itu artinya dia mencintai Zalea sekarang.

Zalea tertawa untuk mencairkan suasana. "Okey, I know. Setiap orang punya masa lalu. Aku juga pernah suka sama orang lain kok sebelum sama kamu." Ucapnya memaklumi.

"Siapa?" Tanya Aksa.

"Lee Minho." Jawab gadis itu dengan tampang polosnya lalu dia tertawa sendiri. "Jadi kalau kamu mau cerita juga aku gak masalah. Aku gak cemburu, janji." Ucapnya.

Aksa menghela nafas. Dia menarik tangan zalea untuk di ajak duduk di bangku panjang depan rumahnya. Cowo itu mulai bicara. "Dia teman aku waktu kecil. Anaknya pintar. Dia pernah belain aku waktu aku di bully saat SD dulu. Dia berani banget, aku kagum sama dia." Ucap Aksa dan bisa Zalea lihat bahwa Aksa sangat amat mengaguminya.

Zalea mengangguk. "Oh, cinta monyet?" Aksa menoleh, wajahnya tampak tidak setuju dan Zalea sadar dia salah berkata barusan. "T-terus dimana gimana ke kamu?" Tanyanya mengalihkan suasana.

Dan Aksa tetap melanjutkan ceritanya. "Dia nganggep aku teman, aku gak pernah nyatain perasaan aku ke dia sampai dia pergi ke luar negeri setelah lulus SMP."

"Kenapa dia pergi?" Tanya Zalea penasaran.

"Orang tuanya cerai, terus dia ikut ayahnya yang di pindah tugas ke luar negeri. Dia udah pindah kewarga negaraan setahu aku, tapi disini masih ada ibunya." Jawab Aksa.

Zalea sadar, dia mulai menemukan benang merahnya. Cinta pertama Aksa adalah orang yang sangat Aksa rindukan itu. Yang dia ceritakan saat pulang kencan waktu itu. "Dia teman yang kamu rindukan banget itu?" Tanya Zalea.

Aksa mengangguk. "Iya, dia orangnya."

Hati Zalea seperti di hantam rasa takut seketika. Aksa punya masa lalu yang sangat berkesan di hidupnya. Walaupun orang itu entah siapa dan dimana, dari cara Aksa menceritakannya bisa Zalea sadari bahwa Aksa masih amat sangat menaruh perasaan pada gadis itu.

"Kenapa?" Tanya Aksa saat melihat lea hanya diam dengan pandangan kosong.

Gadis itu menggeleng lantas tersenyum. "Gak apa-apa. Aku ke warung dulu ya, aku sampai lupa mau beli cabe buat mamahku." Ucapnyalantas pergi sambil membawa sepedanya.

Tidak lama mobil hitam milik ayahnya sampai, Aksa langsung masuk dan menyambut kepulangan ayahnya. Seperti biasa saat ayah pulang keluarganya langsung berkumpul diruang tamu dengan mama yang langsung membawa teh hangat. Ayah akan bertanya soal kegiatan Aksa di sekolah dan nilainya.

"Nilai ujian terakhirmu gimana, Sa?" Tanya ayah.

"Stabil, yah."

Ayah tersenyum bangga. "Kalau nilai ijazahmu cukup, kamu bisa di terima di universitas luar negeri. Di jerman, tempat ayah dulu kuliah disana." Ucapnya.

Aksa juga dulu sangat mengejar itu. Mimpinya dan plan hidupnya tidak pernah berubah namun kenapa saat ini dia malah ragu membicarakan mimpi lamanya. Butuh waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikan kuliah, dan jika dia tinggal diluar negeri maka dia dan Zalea ... bagaimana hubungannya dengan gadis itu nanti.

"Oh iya, Aksa. Kamu inget teman masa kecil kamu, Muthia ?" Tanya ayahnya.

Aksa yang tadi sedang memikirkan Zalea lantas terdiam hanya karna satu nama yang disebut ayahnya barusan. "Ingat, Yah. Muthia kenapa ?" Tanyanya.

"Dia mau pulang ke Indonesia. Belum lama ini papa ketemu dengan papi nya Muthia. Beliau bilang Muthia ingin bertemu mamanya dan bertamu kamu makanya diam au pulang ke Indonesia sementara waktu." Ucapan sang ayah sukses membuat Aksa terdiam.

Dia bahagia, karna orang yang dia rindukan akhirnya pulang. Namun kenapa Muthia pulang disaat Aksa sudah bersama gadis lain. Kenapa tidak dari dulu dia kembali, saat Zalea belum datang ke hidupnya. 

Bersambung.

AKSALEA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang