XIX. Ayah Pamer (2)

2.1K 264 18
                                    

Malam telah tiba, kemarahan laopo masih belum redah. Laogong tidak di perbolehkan masuk ke kamar. Sebab itu malam ini dia tidur di kamar Chengling.

Sebenarnya, dia bisa saja memaksa masuk ke kamar dan tidur tanpa mempedulikan Zishu yang marah. Tapi karena ia tidak ingin istrinya menjadi sakit. Akhirnya Tuan Lembah mengurungkan niatnya tersebut.

Wen Kexing tidak tidur di samping Chengling. Tempat tidur Chengling tidak besar, hanya bisa menampung satu orang. Karena itu malam ini ia tidur di atas lantai. Bawahnya telah di lapisi oleh kain dan di atas sudah ada bantal serta selimut. Dengan hati yang sedih, Wen Kexing bersiap untuk tidur .

~~~wuhu~~~

Penyihir dan Tuan Ketujuh baru saja kembali dari hutan. Di hutan, mereka mengumpulkan tanaman obat. Penyihir membutuhkan tanaman tersebut untuk membuat ramuan obat. Sebab itu, Tuan Ketujuh menemani Penyihir pergi bersama.

Tetapi karena mereka keasikan mencari, keduanya sampai lupa jika hari sudah petang. Alhasil, mereka berdua jadi pulang larut malam.

Saat mereka telah kembali, Liyu datang menghampiri. Liyu lalu berkata " Maafkan karena kelancangan saya tuan. Mengapa Tuan Penyihir dan Tuan Ketujuh terlambat kembali ?"

"Ada apa nona Liyu ?" tanya Penyihir.

"Sore tadi, Tuan Zhou memarahi Tuan Lembah. Saya tidak mengerti, mengapa mereka berdua bertengkar ?Tetapi saat akan tidur, para pelayan datang menghampiri saya. Pelayan memberitahu bahwa mereka berdua tidak tidur bersama malam ini. Sepertinya mereka berdua masih belum berdamai. Saya sangat khawatir pada tuan Lembah. Ia terlihat sangat sedih" jelas Liyu.

Penyihir terlihat khawatir setelah mendengar penjelasan Liyu. Sedangkan Tuan Ketujuh hanya bisa tersenyum memaklumi perbuatan temannya.

"Maafkan kami nona. Kami berdua lupa waktu saat mencari tanaman obat. Kami akan mencoba membujuk Zishu. Kau tenang saja !" ucap Penyihir sambil menepuk pundak gadis pelayan Wen Kexing.

"Terima kasih Tuan. Saya akan kembali ke kamar" pamit Liyu.

Kemudian Penyihir bergegas ke kamar Zishu. Tetapi Tuan Ketujuh langsung menghalangi Penyihir.

"Ada apa Beiyuan ?" tanya Penyihir.

"Wuxi, kembalilah ke kamar. Aku akan mengurus Zishu. Jangan khawatir ! " jawab Tuan Ketujuh

"Baiklah"

~~~wuhu~~~

Zishu tidak bisa tidur. Berkali - kali dia mencoba untuk tidur. Namun tetap saja tidak bisa. Sekarang laopo menjadi sangat frustasi.

Matanya kemudian tertuju ke meja kamar. Zishu melihat jubah suaminya yang terlipat rapi di atas meja tersebut. Jubah itu sangatlah bagus.

Kemudian tangannya terulur mengelus jubah laogong. Tanpa ia sadari, dirinya tersenyum memikirkan Wen Kexing.

Tiba - tiba terdengar suara ketukan pintu. Zishu kemudian bangkit untuk membuka pintu itu. Setelah di buka, tampaklah seseorang yang berdiri di depannya. Itu adalah Tuan Ketujuh, dia tersenyum melihat Zishu.

"Zishu, bolehkah aku berbicara sebentar dengan mu ?" tanya Tuan Ketujuh.

"Tentu saja" jawab Zishu

Lalu mereka berdua duduk bangku kayu itu. Zishu menuangkan secangkir teh yang masih hangat. Tuan Ketujuh tertawa lucu melihat Zishu yang gemuk berjalan di depannya.

"Ada apa ? Mengapa kau tertawa seperti itu ?" tanya Zishu sambil melirik Tuan Ketujuh dengan wajah yang jengkel.

"Zishu, kau sangat lucu. Hahaha" ucap Tuan Ketujuh menahan tawa.

Wuhu Family (After Word of Honor) | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang