31. Anak itu Punya Banyak Rahasia

1.6K 187 47
                                    

''Tidak perlu memaksa! Cepat atau lambat, rahasia itu pasti akan terbongkar juga.''

💎Happy reading💎

"Ya udah, gue minta maaf. Gue emang salah udah nuduh lo yang enggak-enggak. Gue salah karena udah nuduh lo celakain Dirga, tapi sekarang 'kan Dirga udah baik-baik aja. Gue pikir semenjak gue enggak ada, lo malah nyakitin Dirga kayak biasanya," kata Fian kepada Fino. Mungkin ini sudah permintaan maaf yang kelima kali semenjak Dirga kembali ke kamarnya tadi.

Fino lelah dengan semua. Selama Fian tak ada di rumah, ia sendiri yang mati-matian merawat Dirga yang kondisinya melemah. Fino benci saat ia sudah mati-matian berusaha, malah berakhir dengan ia yang dijadikan tersangka utama. Kalau saja malam itu Dirga sampai meregang nyawa, Fino pastikan sekarang ia sudah berada di penjara. Menjalankan hukuman untuk kesalahan yang tak pernah ia lakukan.

"Gue tau kok. Gue emang enggak pernah baik di mata lo. Bahwa gue ... orang yang ada di hadapan lo sekarang enggak lebih baik dari seorang buronan," balasnya. Dada anak itu sudah sesak sejak pertama kali Fian menuduhnya mencelakai Dirga.

Fian tahu di mana letak salahnya. Fian sadar kalau ucapannya tadi membuat kembarannya terluka. Harusnya dari awal Fian percaya, bahwa sosok di hadapannya kini benar-benar sudah berubah. Sialnya Fian malah beranggapan sebaliknya. Sekarang ia harus menerima konsekuensi dari apa yang keluar dari mulut asal bicara miliknya.

"Bukan gitu maksud gue. Dulu 'kan lo ... maaf bicara nih, ya. Dulu 'kan lo suka nyakitin Dirga. Kalau enggak dengan pukulan, ya dengan omongan."

"Gue masih bisa sakitin Dirga kayak yang lo bilang. Kalau itu emang cocok buat gue, bakal gue lakuin. Kalau lo emang suka sikap gue yang kayak gitu, gue enggak keberatan buat ngulangin semua yang pernah gue lakuin ke Dirga."

"Astaga, Fin. Enggak gitulah. Malahan gue bersyukur banget sama lo yang udah mau berubah. Udahlah ... kita lupain aja masalah ini. Kondisi Dirga jauh lebih penting untuk dibahas kayaknya."

Bantingan topik yang Fian lakukan ternyata berefek luar biasa. Buktinya saja tatapan menantang dari Fino seketika berubah menjadi lebih tenang. Sepertinya anak itu cukup tertarik untuk merajut obrolan seputar kondisi Dirga. Makanya saat Fian seenaknya mengganti topik, Fino sama sekali tak masalah. Padahal biasanya anak itu akan marah-marah, kalau topik yang sedang panas-panasnya diganti begitu saja. Namun, kali ini respon Fino jauh berbeda. Untunglah, sekarang Fian bisa berbicara tenang tanpa harus meninggikan nada bicaranya.

"Maksud lo?"

Benar saja. Fino begitu saja masuk ke percakapan baru yang Fian bawa. Sama sekali tak protes saat percakapan dibanting begitu saja. Itu artinya Fino benar-benar peduli pada kondisi Dirga. Rasanya Fian bisa menemukan orang berbeda dalam raga yang sama, tapi Fian suka.

"Lo tau 'kan Dirga itu lemah. Dulu juga ayah sering bilang kalau Dirga itu 'berbeda' dan ayah selalu nitipin pesan buat selalu jagain Dirga. Menurut lo kenapa ayah sampai segitunya nyuruh kita buat jagain Dirga? Dirga 'kan udah enggak bocah lagi tuh, terus kenapa harus dijagain segala? Satu lagi ... obat yang Dirga minum itu jenis obat apa?"

Iya. Sepertinya ini akan menjadi topik yang sempurna untuk dibahas. Daripada berdebat dengan hal-hal yang membuat kepala sama-sama terasa panas. Kondisi Dirga yang tak pernah baik tentu akan menjadi topik paling pas.

"Kenapa enggak tanyain langsung sama ayah? Atau, enggak, tanyain langsung sama Dirga."

"Dan lo pikir Dirga bakal jawab gitu aja? Dari tampangnya aja udah keliatan kalau tuh anak suka sok-sokan kuat."

Benar juga. Sepertinya bertanya kepada Dirga tak akan menghasilkan apa-apa. Anak itu jelas keras kepala kalau itu menyangkut kondisi tubuhnya. Contohnya saja saat tadi ia berkata akan pergi ke sekolah besok hari. Padahal anak itu jelas masih kesusahan saat berdiri. Akan tetapi, tak ada salahnya mencoba bertanya. Bukan kepada Dirga, tapi kepada Sang Ayah.

Satria Dirgantara [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang