12. The unbeautiful sunset

1K 281 12
                                    

" Jeno gimana? "

Haechan yang baru saja datang langsung menghampiri Jaehyun yang sedang bersantai di ruang tamu apartemennya.

" Gimana apanya maksud lo? " tanya Jaehyun setelah menyeruput secangkir kopi.

" Introgasi. Lancar gak? "

Anggukan dari Jaehyun membuat Haechan bernafas lega. Ia ingin mencurigai Jeno, namun ia tak tau atas dasar apa ia harus curiga pada si Lee itu.

" Kenapa? " Jaehyun kembali bertanya kala melihat raut wajah Haechan yang nampak bingung.

" Lo ga inget? Jeno kemarin kacau banget. Gue tau dia emang udah berantakan semenjak yang lain pergi. Tapi kalau boleh gue bilang, Jeno kemarin berlebihan. " jelas Haechan panjang lebar.

" Mungkin karena dia yang nemuin Lucas? "

Asumsi Jaehyun bisa diterima. Namun harusnya tak separah itu. Lucas hanya keracunan, bahkan tak ada luka di sekujur tubuhnya. Kondisi jasad nya tak mengerikan.

Jeno kenapa sih?

" Udahlah, jangan nethink gitu. Katanya mau ke rumah Chenle, sana pergi. "

Haechan mencebik kesal, dia di usir. Memang ia berencana pergi ke rumah Chenle, menemaninya yang masih dalam duka setelah kehilangan Renjun.

Bagaimanapun juga Renjun itu sudah seperti kakak kandung bagi Chenle. Renjun yang menjelaskan apapun yang Chenle tak mengerti selama ini.











" Makan gih, maag nya kambuh nanti. " bujuk Haechan yang entah keberapa kali.

Chenle masih kukuh dengan keputusannya yang tak ingin makan. Menyentuhnya pun tidak. Ini sudah dua minggu dan Chenle masih sama.

Jarang makan ataupun tidur. Sering menangis tiba-tiba.

" Le, badan lo udah kurus gini. Renjun ga suka loh lihat lo kaya gini. " ujar Haechan lirih.

Pemuda kelahiran Sanghai itu menoleh pada Haechan. Ia kembali menitikkan air mata. Melihat betapa rapuh nya si Zhong, Haechan mendekat lantas memeluk tubuh yang sudah kehilangan berat badan itu.

" Udah dong. Gue kangen Chenle yang dulu. Lo ga mau ketawa lagi? Ayo yang kenceng, ketawanya... bukan nangisnya. "

Chenle menyembunyikan wajahnya di pundak Haechan, membasahi kaos yang dikenakan Haechan. Sedangkan yang lebih tua hanya bisa menepuk-nepuk punggungnya.

" Kangen Bang Renjun.. "












Haechan pulang. Pukul 21.34

Ia benar-benar menghabiskan waktu di rumah Chenle. Menemani pemuda itu melakukan semuanya. Mulai dari memaksanya makan, mandi atau mencari hiburan. Bahkan ia tetap disana saat Chenle hanya mau duduk dan melamun.

Tak banyak yang dilakukannya namun jujur, punggungnya pegal. Ia meregangkan otot-ototnya.

Daerah rumahnya sudah sepi. Ia berjalan santai, menikmati angin malam yang menerpa kulitnya.

Tap tap tap.

Langkahnya terhenti. Ia mendengar derap langkah dari gang di sebelah kanannya. Matanya memicing, namun tak menemukan apapun disana.

Karena tak kunjung menemukan sesuatu, akhirnya ia memutuskan untuk kembali melanjutkan langkahnya. Namun, baru satu langkah kaki itu berjalan, mulutnya lebih dulu di bekap dengan kain yang diberi bius.

Pandangannya kabur, lantas menjadi gelap.













Haechan mengerjap saat sinar matahari menembus kelopak matanya. Ia sedikit tersentak melihat tempat sekitar.

TRAGEDI [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt