18. End of the story

1.9K 311 22
                                    

" Mark Lee, saya tidak bodoh. "

Kyungsoo berjalan meninggalkan pemakaman. Kemarin ia mendapat kabar dari salah satu anak buahnya jika Mark sudah meninggal. Entah karena apa?

Lalu, siapa yang akan percaya begitu saja? Tidak ada. Kyungsoo tau si Lee yang satu itu hanya memalsukan kematiannya supaya bisa kabur dari hukumannya.

Soal Lee Jeno, ia sudah di temukan. Tadi pagi, di sebuah apartemen yang sedikit jauh dari rumahnya. Jeno bersembunyi disana selama ini.












Selang satu minggu setelah penangkapan Jeno, akhirnya Kyungsoo menemukan lokasi Mark. Ia hampir saja lolos dan pergi ke Busan. Untung saja Kyungsoo dan petugas polisi yang lain datang tepat waktu.

Dan hari ini. Adalah hari eksekusi keduanya. Mereka akan datang ke pengadilan dengan seragam tahanan dan menunggu keputusan hakim untuk memberi hukuman.
















Pengadilan bersifat tertutup. Hanya ada beberapa polisi, hakim dan para saksi. Ah, juga wanita paruh baya bernama Tiffany, Ibu rumah tangga keluarga Lee.

Jeno dan Mark di giring masuk kedalam dengan keadaan tangan yang di borgol. Mereka di dudukkan di kursi.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya para hakim datang. Pria yang duduk di tengah sana terus menanya-nanyai semua saksi. Juga memeriksa rincian bukti.

" Ah, saya dengar ada satu saksi lagi? "

Jeno dan Mark mendongak bersamaan. Bukankah mereka ini semua sudah merupakan seorang saksi? Ada lagi?

Pintu di buka oelh petugas kepolisian, lalu masuklah seorang pemuda dengan stelan celana hitam dan juga jas hitam itu. Membuat pesona nya memancar.

" Lee Taeyong? "

Ya, itu Lee Taeyong. Jeno menoleh, kearah Mark yang nampak terkejut juga mengeraskan rahang. Kenapa Jeno tidak terkejut ya?

Taeyong duduk di kursinya. Matanya menatap kedua netra Mark yang juga balik menatapnya. Jujur saja, ia masih takut dengan sosok Mark.

" Saudara Lee Taeyong, boleh kah saya bertanya? " pertanyaan sang hakim diangguki oleh Taeyong.

" Bukankah anda termasuk seorang korban, mengapa anda bisa dalam keadaan baik-baik saja seperti ini? "

Pertanyaan sang hakim mewakili rasa penasaran Mark. Taeyong menarik nafas dalam-dalam lantas tersenyum Ia kembali menoleh pada Mark.

" Mark. Lo ceroboh. " gumamnya.

" Saya belum meninggal hari itu. Hanya saja pura-pura meninggal. Saya bekerja sama dengan para polisi. Dua hari sebelum kami di temukan... "

Taeyong menjeda kalimatnya.

" ... Mark Lee, dia mencoba membunuh saya juga. Kepala saya di pukul menggunakan sesuatu yang berhasil membuat kepala saya rasanya mau pecah... "

" ... setelahnya saya dan Doyoung di seret menuju danau. Mark, dia mencoba menenggelamkan saya kedalam danau. Awalnya saya mencoba menyelamatkan diri, namun akhirnya saya diam. Berhenti bernafas dan membuatnya percaya bahwa saya sudah tiada. Namun nyata nya itu cuma drama. Saya masih bernafas saat Mark beralih menyiksa Doyoung di pinggir danau. Ya meski rasanya saya sekarat melihat Doyoung di siksa di depan mata saya... "

Rahang Mark semakin mengeras. Ia membenci dirinya, juga seorang Lee Taeyong. Ia benci mengapa ia bisa seceroboh iru dan mengapa Taeyong sepandai itu.

" ... Jeno, selama dia menghilang, saya yang membawanya. Setelah jasad Doyoung dan saya di bawa ke rumah sakit, saya membeli sebuah apartemen yang kecil. Tempat saya bersembunyi juga memantau keadaan. Sampai akhirnya saya menyadari bahwa Mark kemungkinan juga akan membunuh adiknya, Jeno... "

TRAGEDI [END]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora