4.

45 8 1
                                    

🌹🌹🌹

Kencan buta yang direncanakan Seora.

Tidak ada salahnya aku mengikuti kemauan Seora untuk pergi ke kencan buta. Aku menunggu di cafe yang sudah diatur Seora dengan pakaian se-feminim mungkin. Dress cantik dengan tatanan rambut yang bergelombang. Harusnya aku biasa saja, tapi aku menghargai laki-laki yang katanya langsung mau ikut kencan ini setelah Hoseok menunjukkan photoku. Aku tidak tahu photo mana yang Hoseok tunjukkan, aku tidak peduli. Aku tidak diberitahu siapa laki-laki yang kencan denganku, hanya diberi tahu kalau aku harus duduk di kursi atas nama Seora.

Ketika aku menerima satu pesanan machalatte, Namjoon menghubungiku. Aku malas sekali untuk mengangkat telphone darinya, jadi aku hiraukan. Begitu aku hendak meminum machalatte, seorang lelaki berdiri di depan mejaku.

Aku mendongkak untuk melihat wajahnya. Parasnya rupawan, rahangnya tegas dan tulang pipinya tinggi. Paras yang sempurna, bibir yang mengoda serta hidung yang mancung dengan tahi lalat kecil di ujungnya. Aku hampir melongo karena ternyata dia lebih tampan dari yang aku kira.

"Selamat malam, aku tidak menyangka kalau kau datang lebih awal." Bibirnya tersenyum, aku menelan ludahku. Sialan sekali temannya Hoseok ini. Terlalu rupawan.

"Aku tidak sengaja datang lebih awal." Ucapku. Aku berdeham, "Aku tidak suka membuat orang lain menunggu." Aku tersenyum ramah, memperbaiki diri dari kesalahan yang tadi.

"Aku tidak membuatmu menunggu lama kan?"

"Tidak, kau tidak terlambat. Silahkan duduk, maaf karena aku datang lebih awal." Aku berdiri dan menunduk sekilas padanya, sikapku harus kuperbaiki kalau ternyata teman Hoseok ini pribadi yang lebih tegas dan tampan.

"Tidak perlu meminta maaf, aku justru yang tidak enak membuatmu menunggu walau aku tidak datang terlambat." Dia tersenyum, mungkin tidak bermaksud menyindir, tapi aku agak sensitif akhir-akhir ini. "Terimakasih kau mau datang malam ini." Dia menunduk dengan sopan, sifatnya melembut. Dia duduk dengan gerakan luwes. "Hoseok tidak memberitahu apapun mengenaiku?"

Aku menggeleng, "Tidak, sengaja katanya." Aku hampir merona dia terus menerus menatapku dengan tatapan puja. "Aku Yoon Jaelin." Aku dengan segera mengenalkan diri.

Dia tersenyum, "Aku tahu, Yoon Jaelin Jurusan Teknik Biologi tahun kedua. Aku selalu berharap bisa bertemu denganmu." Aku mengerutkan keningku, "Namaku Kim Taehyung."

Seolah aku pernah mendengar nama itu, "Kim Taehyung?"
Oh, tidak. Dia pangeran jurusan Agrobisnis yang sering diidolakan banyak mahasiswi.
Aku membulatkan mataku, Taehyung menyadari sesuatu dariku.

"Namaku memang agak pasaran."
Dia tidak mengakui kalau dirinyalah yang dipuja-puja para mahasiswi. Rendah hati sekaligus membuatku ciut.
Kenapa Taehyung mau-mau saja kencan buta denganku?

"Tapi, aku pikir di Jurusan Agrobisnis hanya ada satu nama Taehyung." Kataku.

"Aku belum memberitahumu jurusanku." Aku menyumpah mulut emberku.
"Tapi, nama Taehyung di jurusanku banyak. Aku bukan Taehyung yang dirumorkan banyak orang."
Dia mengangkat tangan pada salah satu pelayan yang berada di meja kasir.

Aku mengangguk menyetujui apa yang dikatakan Taehyung. Tidak mungkin seorang casanova mau berkencan buta dengan perempuan sepertiku. Mana ada Hoseok berteman dengan idola kampus?

"Boleh kita pesan sekarang?" Taehyung bertanya padaku ketika pelayan menghampiri.

Aku tersenyum dan mengangguk, "Tentu," ucapku.

****

Taehyung mengantarku sampai depan gedung apartemenku. Aku berterimakasih padanya, Taehyung menginginkan pertemuan lanjutan, maka dia meminta nomor handphoneku. Aku dengan senang hati memberikan nomor ponselku.
Lelaki itu memiliki pribadi yang ramah secara alamiah, juga sopan. Dia bisa mencairkan suasana, bercanda disaat yang tepat, dan memuji disaat yang tidak terduga.

He Don't Love Me || JJKWhere stories live. Discover now