03

252 34 26
                                    

Insatiable

Sepanjang hari itu, Wu Xie tidak bisa berhenti memikirkannya. Kenapa dia melihat pria tampan padahal dia adalah orang lain? Dan kenapa dia menyukai ciuman itu? Mengapa jantungnya berdetak lebih cepat ketika dia memikirkan orang asing dan ciuman itu? Apakah Pangzhi salah lihat karena dia juga mabuk?

Ya, itu mungkin kesimpulan yang masuk akal.  Si gendut tidak melihat orang asing tampan yang mencium Wu Xie tapi mungkin dia melihat pemuda lain di parkiran.

Rekan sekantornya, seorang gadis manis yang ceria, Bai Haotian, menyadari perubahan sikap Wu Xie yang terlihat tidak fokus pada urusan pekerjaan. Gadis itu mencoba menyapa Wu Xie, khawatir pemuda itu sedang dalam tahap awal depresi akibat tekanan pekerjaan dan juga tidak punya pacar.

"Kau terlihat bingung seharian." Gadis itu menyeret kursi putar yang dilengkapi kaki-kaki dengan roda kecil, merapat ke arah Wu Xie yang tengah menyangga dagu dengan telapak tangan. Laptop di hadapannya menampilkan laman pencarian yang berkedip-kedip tetapi tatapan Wu Xie tertuju ke arah lain.

Wu Xie terkesiap, dagunya terjatuh secara mendadak saat sikutnya bergeser karena terkejut.

"Huft, kau mengejutkanku," ia merengut.

"Sejak datang ke kantor, sikap dan ekspresimu aneh, yah---kau tampak lelah dan stress."

"Stress??" Wu Xie nyaris memekik.

Apakah seburuk itu?

Bai Haotian menahan tawa, memainkan ujung rambut dengan jari, dia melirik berkali kali pada Wu Xie, sebuah gagasan melintas di benaknya.

"Kau mungkin jenuh dengan pekerjaan dan kehidupan pribadimu yang sepi, bagaimana kalau sabtu malam nanti kau menemaniku makan malam atau nonton bioskop?"

Kehidupan pribadi yang sepi terdengar sangat sial dan mengenaskan. Wu Xie meringis, gadis di sampingnya ini benar-benar satir. Dia bahkan mengasihaninya dengan mengajukan tawaran bermalam minggu.

Wu Xie menghembuskan nafas panjang. 

"Ada film bagus pekan ini?" dia mencoba memikirkan untuk menerima ajakan Bai Haotian.

Gadis itu tersenyum lebar, "Tentu saja. Film Zombie, itu akan membuat suasana bioskop jadi ramai dan penuh teriakan."

Astaga, zombie? Dirinya bahkan sudah merasa jadi zombie hari ini. Pergi bekerja dengan kepala masih pusing, kantung mata abu-abu kehitaman, pipi cekung dan benak yang dipenuhi adegan ciuman nan cabul.

Tetapi Wu Xie tidak ingin memperburuk suasana hatinya yang sudah kacau. Dia akan berdebat dengan Bai Haotian jika nanti sudah tiba di bioskop. Jadi untuk saat ini dia akan menyetujui apa pun terlebih dahulu.

"Oke. Terserah kau saja."

Ekspresi Bai Haotian diselimuti  kegembiraan, dia berkata lagi dengan senyuman semakin lebar.
"Baiklah, kita akan makan malam kemudian menonton film. Aku menjemputmu atau kamu menjemput aku?"

Wu Xie memutar bola mata, "Aku seorang gentleman. Biar kujemput di apartemenmu. Kau masih tinggal di lingkar Bluesea Residence, kan?"

"Dari mana kau tahu? Kau tak pernah mampir ke tempatku!" Mata bulat gadis itu semakin membulat terkejut.

"Aku mendengar Pangzhi  membicarakan tentangmu pada kawan yang lain saat di kedai hotpot. Yeah, beberapa hari yang lalu. Sepertinya Pangzhi menyukaimu."

Wu Xie melempar lirikan geli pada Haotian, pikiran tentang pemuda asing di klub malam untuk sesaat teralihkan. Gadis itu bergidik mendengar ucapan Wu Xie dan melontarkan omelan, "Menakutkan, aku tidak menyukai si gendut itu. Dia sudah kuanggap sebagai kakakku, senior di kantor."

𝐅𝐚𝐥𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐈𝐧𝐭𝐨 𝐓𝐡𝐞 𝐃𝐚𝐫𝐤 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞) Where stories live. Discover now