06

258 33 34
                                    

Tidak tahu siapa dirinya?

Kedengarannya seperti omong kosong. Sesaat Wu Xie tidak tahu harus berkata apa, hanya menatap kosong dalam jeda panjang. Otaknya yang malang berpikir keras.

"Itu mustahil," akhirnya ia berkata.

"Aku berkata jujur."

"Bahkan kau tidak ingat siapa namamu?" desak Wu Xie lagi.

Gelengan kepala lagi.

"Lalu apa yang kamu lakukan di sini?"

Pemuda asing itu menatap Wu Xie lekat-lekat, diam-diam bertanya-tanya apakah suatu peristiwa, entah bagaimana, telah menyulapnya dengan kehilangan dirinya di masa lalu.

"Aku ingin menemuimu." Jawaban yang berarti sama dengan alasan pertemuan absurd mereka sebelumnya.

Wu Xie memandanginya, rambutnya, pakaiannya dan si pemuda asing menemukan dirinya merasa sadar diri dan kikuk di bawah pengawasannya.

"Sebenarnya, kita tidak saling kenal," desah Wu Xie, ada nada kecewa dalam bisikannya.
"Aku-seperti juga dirimu-tidak paham mengapa saat berjumpa, ada rasa tertarik yang kuat. Bahkan ... kau tahu hal konyol apa yang telah terjadi."

Kata-kata yang dia ucapkan merujuk pada peristiwa ciuman yang membuat Pangzi shock malam itu, dan sepertinya si pemuda asing memahaminya.

"Aku juga tidak tahu. Tiba-tiba saja aku menyukaimu," ia menimpali. Suaranya terdengar sedih dan jauh, membuat Wu Xie tiba-tiba merasa bersalah karena bersikap sedingin ini.

"Sejujurnya, aku senang mendengar pengakuanmu." Wu Xie menggigit tepi lidahnya karena sesaat merasa terlalu berterus-terang.
"Tapi tahukah kamu, hanya aku yang bisa melihat wujud tampanmu. Entah bagaimana caranya, orang lain melihatmu sebagai Liu Sang."

"Liu Sang?" ulang pemuda itu terlihat bingung.

Demi dewa, Wu Xie memutar bola matanya membayangkan pemuda sinis berkacamata bertanya tentang dirinya sendiri.

"Ya, pemilik tubuh yang kau gunakan untuk berkomunikasi denganku," ia menjelaskan, nyaris frustasi. Apa-apaan, ia bicara dengan entitas linglung malam ini, dan membuatnya semakin bingung.

Tatapan pemuda itu menerawang untuk sesaat. "Kukira ... aku hanya melihat seseorang yang memiliki cahaya putih samar dalam dirinya, seperti lampu dalam ruangan di mana pintunya terbuka. Yah, semacam itu."

"Jadi maksudmu, tubuh Liu Sang sejenis ruang yang mengundang untuk kau singgahi?" Wu Xie mencoba membuat hal itu terdengar sederhana.

"Ya, kupikir begitu. Dan aku yang semula tersesat tanpa arah tujuan, memiliki alat untuk melakukan sesuatu."

Melakukan sesuatu. Sederhana sekali, batin Wu Xie rumit.

Menyentuhnya, menciumnya. Dan sialnya lagi, ia tak kuasa menolak. Jadi siapa yang lebih linglung di antara mereka berdua?

"Aku tidak tahu apa masalahmu, atau bagaimana kau bisa terjebak dalam tubuh Liu Sang berkali-kali. Tetapi aku ingin kau berhenti menggunakan tubuhnya," ujar Wu Xie hati-hati.

Tatapan pemuda asing itu menajam sekilas, kemudian melunak. Dia mengedipkan mata dua kali, pandangannya terfokus pada deretan pagar tanaman di sepanjang tepi jalan, dahan-dahan yang menggantung rendah, cahaya lampu jalan yang bersinar kuning suram menakutkan menembus dedaunan.

"Namun tanpa tubuhnya, bagaimana aku bisa menemuimu, dan bagaimana caranya agar kau bisa melihatku?" gumamnya lesu.

Mana aku tahu, pikir Wu Xie seraya meringis.

𝐅𝐚𝐥𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐈𝐧𝐭𝐨 𝐓𝐡𝐞 𝐃𝐚𝐫𝐤 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞) Where stories live. Discover now