Chapter 22 Hidden Desire - Apology

10.7K 567 261
                                    

Test ombak!
Komen pendapat kalian tentang Cover terbarunya HIDDEN DESIRE!

Test ombak! Komen pendapat kalian tentang Cover terbarunya HIDDEN DESIRE!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Previous Chapter

"Ray tetap akan bersamamu. Terserah kau suka atau tidak. Dia akan tetap mendampingimu," titah Willem dingin. Tanpa menghiraukan bagaimana keadaan Scarlett, Willem pergi meninggalkan nya.

Scarlett menatap nanar, melihat tingkah Willem yang sangat berubah. Mereka dekat, tapi Scarlett merasa asing. Willem yang bersamanya, seperti bukan Willem yang dia kenal.

"Semakin kesini aku semakin tidak mengenalmu Will. Kau siapa?"

***

Tetes keringat terus mengalir di pelipis hingga tubuh bagian atasnya. Sama sekali tidak berhenti untuk memukul samsak. Willem mencoba meluapkan amarahnya. Berharap setelah ini hatinya menjadi lega. Pikirannya menjadi tenang. Namun seperti percuma, sorotan tajamnya menjawab segalanya. Amarah itu tidak bisa dileburkan. Justru semakin membara.

Willem mengamati samsak di hadapannya seolah musuh. Kemudian melayangkan kembali tinjuan-tinjuan kuat disana. Willem berharap semua ini akhir. Semua yang terjadi mimpi. Dirinya hanya satu, miliknya, bukan milik orang lain. Sayangnya, semua yang terjadi ini adalah kenyataan. Kenyataan yang tidak bisa ia hilangkan.

Pada akhirnya, Willem berteriak nyaring menumpahkan seluruh kerisauannya. Deru napasnya memburu, sedang dadanya naik turun. Tidak ada udara, tanpa cahaya, gelap. Ruangan ini menjadi sesak. Lama kelamaan Willem tidak tahan. Ia pergi meninggalkan ruangan itu, dengan segudang kegundahan yang tercipta.

Suara air shower menjadi tujuan Willem sekarang. Ia butuh mendinginkan diri untuk menenangkan pikiran. Tidak ada yang tahu, kapan dia akan tertidur lagi.

Membiarkan air mengalir ke seluruh tubuhnya, Willem mendongakkan kepala, menikmatinya. Ditengah kedamaian itu Willem teringat sesuatu. Masih ada satu hal yang harus dia selesaikan. Willem mematikan shower, tangannya meraih handuk dan dililitkan ke pinggang.

"Terkadang seseorang harus melakukan hal manis untuk mendapatkan apa yang diinginkan." Willem menyeringai.

***

Untuk pertama kalinya, selama sepanjang hidupnya Scarlett kehilangan fokus dalam pekerjaan. Tubuhnya memang bekerja, tapi otak dan pikirannya melalang jauh, memikirkan kenapa Willem bisa bersikap seperti itu.

Otoriter, kasar, dan terlalu posesif.

Tiga sifat itu adalah yang paling Scarlett hindari dalam bentuk apapun. Sesuatu yang membuatnya terkekang. Dan merasa sulit dari sekedar bernapas.

Menurut Scarlett, pondasi dalam sebuah hubungan adalah kepercayaan. Jika kita tidak bisa menumbuhkan hal itu kepada pasangan kita, untuk apa kita harus menjalin sebuah hubungan?

Hidden Desire Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang