✾ chapter 19 ✾

2.1K 174 19
                                    

Jangan pernah melakukan kebodohan hanya untuk mendapatkan satu keuntungan, karena hal itu hanya akan mendatangkan kerugian.

❃.✮:▹ Ⱨ₳₱₱Ɏ ⱤɆĐł₦₲ ◃:✮.❃

⋇⋆✦⋆⋇ 

Pagi ini cuaca terlihat mendung. Mentari lebih memilih bersembunyi di balik awan gelap daripada menampakkan sinarnya. Angin pun nampak dengan bebasnya berlarian ke sana ke mari menubruk pepohonan yang ada di depan rumah Clara.

Hari ini, adalah hari yang Clara tunggu-tunggu, hari pernikahannya dengan Reno.

Gaun pengantin berwarna putih melekat indah di tubuh Clara.Bagian bawah gaun itu menjuntai hingga ke lantai, menambah kesan mewah pada diri Clara. Tak lupa mahkota dan kalung berlian sederhana namun, mahal juga menunjang penampilan Clara pagi ini.

Seharusnya, hari ini Clara tersenyum bahagia karena pernikahannya. Namun, entah kenapa sedari tadi perasaannya tidak tenang. Berkali-kali ia menghubungi Reno, namun laki-laki itu tak kunjung menjawab chat maupun teleponnya.

"Non Clara kenapa, Non? Kok mukanya gelisah gitu?"

Bi Marni, satu-satunya asisten rumah tangga Clara yang mengurus Clara dari bayi. Dulunya, Bi Marni hanyalah baby sitter namun, karena Clara tak membolehkan Bi Marni berhenti bekerja, Bara menugaskan Bi Marni menjadi kepala pembantu di rumahnya. Karena usianya yang sudah tua, Bi Marni hanya diberi tugas untuk mengkomando asisten rumah tangga lain serta memasak.

"Clara nggak tau, Bi. Dari tadi perasaan Clara nggak tenang."

"Non harus bahagia. Andaikan Nyonya Clarissa masih hidup, beliau juga pasti bahagia melihat Non Clara memakai gaun pengantin ini."

Clara tersenyum lalu memeluk tubuh renta Bi Marni yang ada di sebelahnya.

"Kenapa, ya, Bi, Tuhan ngambil Bunda dari Clara?"

"Tuhan lebih sayang sama Nyonya. Tuhan tau Non Clara bisa tanpa Nyonya Clarissa, dan Tuhan tau Tuan Bara bisa menjadi ayah sekaligus bunda buat Non Clara, karena Tuhan memberi apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan."

"Makasih, Bi, udah rawat Clara dari bayi. Bibi adalah ibu kedua setelah Bunda yang Clara punya. Jangan pernah tinggalin Clara, Bi."

"Non, semua yang hidup pasti akan mati. Tua, muda, cepat, atau lambat kita pasti akan mengalami yang namanya kematian."

Hati Clara berdesir hebat saat mendengar kata 'kematian'. Perasaannya semakin tak karuan, ia takut akan ada sesuatu yang terjadi nantinya.

Bunda, perasaan apa ini?

⋇⋆✦⋆⋇ 

Mobil hitam yang berisi dua orang laki-laki itu diikuti oleh mobil-mobil lain yang dihiasi karangan bunga. Hanya suara deru mobil yang mengisi keheningan di antara mereka.

Rendi mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Muka dan tubuhnya nampak baik-baik saja, namun hatinya tidak demikian. Hatinya hancur, entah masih berbentuk atau tidak.

"Kalau kamu nggak rela Clara sama Kakak, Kakak bisa batalin pernikahan ini," ucap Reno membuat Rendi melirik sang kakak melalui ekor matanya lalu terkekeh.

"Jangan jadi pengecut, Kak. Kalian saling mencintai dan Kakak udah lama nunggu momen ini, kan?"

"Tapi kamu—"

"Aku nggak papa, Kak. Apa Kakak pikir setelah Kakak batalin pernikahan kalian bakal bikin Clara suka sama aku? Enggak, kan? Jangan pernah melakukan kebodohan hanya untuk mendapatkan satu keuntungan, karena hal itu hanya akan mendatangkan kerugian."

My Handsome Bodyguard (TAMAT) Where stories live. Discover now