Hari Kelulusan Taehyung

1.2K 230 12
                                    

Suasana bahagia nan haru kini menghiasi ruangan yang luas tersebut. Karena pada hari ini, mereka telah siap untuk meninggalkan status dan menuju ke jenjang yang baru. Fase hidup yang lebih kompleks.

Taehyung memeluk sang ibunda dan ayahnya bergantian. Ucapan terimakasih mengalir begitu saja dari mulutnya. Pun ketika ia melihat dua sahabat kentalnya, matanya kian memanas. Sadar bahwa mungkin mereka tak akan bertemu sesering biasanya.

"Idih najis, cengeng lo pada" ucap Joshua dengan mata sembab menghampiri Taehyung dan Jimin. "Besok pake rok deh" lanjutnya yang langsung mendapat tinjuan ringan dari Jimin.

"Ngaca, bego"

"Ganteng"

"Najis"

Dan hanya dengan itu mereka mampu membuat satu sama lain tertawa. Hal yang sangat sederhana, namun sungguh berarti karena persahabatan mereka yang mereka bangun sejak menginjak SMA pertama kali.

"Bakal kangen gue sama lo, nyuk" Taehyung meninju bahu Joshua. "Sering-sering kita nongkrong nanti" Joshua tertawa.

"Gak bisa kayaknya"

"Dih, sok sibuk lo" celetuk Jimin.

"Yeh si anjing" Joshua menghela napas lelah. "Ngikut bokap ke Malang gue"

"Tiba-tiba banget?" Tanya Taehyung yang terkejut mendengar pernyataan sang sahabat. "Gue udah pernah cerita ke lo pada, ler. Lagian gampang kok, tiket kereta sering diskon ini" Tak ingin kedua sahabatnya terlalu larut dalam kesedihan, Joshua memilih untuk mencairkan suasana.

Melanjutkan pendidikan di luar daerah sebenarnya tak pernah terlintas sedikit pun di benaknya. Namun ketika sang ayah berkata demikian, itu seolah menjadi perintah absolut yang harus ia turuti. Lagipula Malang adalah tempat yang bagus. Walaupun butuh waktu, namun ia yakin bisa beradaptasi. Karena jika menolak perintah sang ayah, ia jujur tak kuat hidup dengan sang ibu. Sadar betul keluarganya sedang tidak baik-baik saja, dan ia hanya bisa mengikuti alur yang dibuat oleh kedua orang tertua di keluarga tersebut. Ia dan sang adik memilih untuk bersabar dan tetap kuat, karena Joshua yakin kedua orangtuanya hanya butuh waktu untuk sendiri beberapa saat. Joshua sadar betul, membina rumah tangga tidak semudah yang terlihat.

"Nyokap lo tapi tetep disini?" Jimin membuka botol air mineral dan meneguknya. Joshua mengangguk, "Mana mau dia ninggalin kerjaannya" Joshua terkekeh diakhir.

"Susah sih, nyokap lo udah another level of independent women. Salut gue jujur"

"Tapi jadi gak keurus gue sama adek gue, ler. Jadi bokap yang pegang peran ibu di rumah"

"Kuat-kuat brodi, mereka cuman lagi mumet aja itu"

Joshua mengangguk lalu menatap Taehyung. "Lo lagi berantem, nyuk?" Pertanyaan tersebut yang dilontarkan Joshua sembari menatapnya kontan membuat ia bingung. "Berantem gimana?"

"Jennie gak keliatan" Joshua menjelaskan maksud kalimatnya. "Lagi ada masalah?"

"Aman, kejebak macet dia katanya"

Memang sedari tadi gadisnya itu belum terlihat sama sekali. Bahkan Ibunda Taehyung juga menanyakan keberadaan gadis itu. Tapi Taehyung tak jadi khawatir ketika pesan dari sang gadis masuk mengatakan bahwa dirinya tengah ditahan oleh kemacetan ibu kota diselingi dengan swafoto gadis itu yang sedang merengut lucu.

Rangkaian-rangkaian acara terus berlanjut.

Tak mau sombong, tapi Taehyung sudah maju tiga kali sebagai siswa berprestasi. Mendapat sorak sorai dari teman seangkatannya dan melihat wajah kedua orangtuanya yang bahagia sungguh menenangkan hati Taehyung. Walaupun di dalam hatinya sedikit kecewa karena sampai saat ini gadisnya belum juga terlihat. Sempat melihat jam yang melingkar di tangannya, Taehyung agak khawatir karena ini sudah menuju penghujung acara.

Dan benar saja. Ketika MC mengucapkan terimakasih dan salam perpisahan, gadis itu belum juga sampai. Apa memang separah itu lalu lintas menahan gadisnya?

Mengeluarkan ponselnya, pemuda itu justru tambah khawatir mengetahui gadisnya tak bisa dihubungi. Tidak aktif. Pesannya tidak terkirim. Dan Taehyung membenci itu. Bahkan panggilannya tak kunjung mendapatkan nada sambung. Dengan tidak sopannya rasa khawatir memenuhi hati dan pikirannya.

Ketika semua teman seangkatannya memintanya untuk foto bersama di photobooth yang ada, ia harus menolak. Memilih untuk keluar venue, menunggu sang pujaan hati yang sungguh sial, Taehyung tak bisa menghubunginya.

"Kamu dimana sih, Jen?" Pemuda itu mengacak rambutnya frustasi, menepis pikiran buruk yang dengan seenaknya melintas di otaknya.

Sudah panggilan ke lima kali namun masih belum ada kabar dari gadis itu. Bahkan pesannya juga tak kunjung terkirim. Hendak putus asa, mungkin ia akan menghampiri gadisnya setelah acara usai. Harusnya seperti itu hingga suara melengking favoritnya masuk ke dalam pendengarannya.

Dia bisa melihat dengan jelas presensi gadis itu yang kini tengah menatapnya dengan senyum yang menghiasi wajah manis itu. Tangannya penuh dengan buket bunga yang besar dan boneka beruang yang, serius itu sangat besar sehingga gadis itu terlihat kesusahan memegangnya. Ditambah dengan pakaian yang gadis itu pakai hari ini, membuat gadis itu kesulitan berjalan.

Sadar betul bahwa sang kekasih khawatir, maka ketika ia berdiri tepat dihadapannya ia langsung berbicara tanpa disuruh.

"Ponsel aku mati. Tadi jalanannya macet banget, kak. Aku juga harus ambil buket bunga sama boneka ini dulu. Mana tadi pesanan aku ini keselip kata mbak nya. Jadi nunggu mbaknya cari dulu deh. Udah gitu ya, aku dituduh belum bayar padahal aku tuh udah transfer. Langsung aja aku kasih bukti transfernya, baru deh dia minta maaf" Alis gadis itu menukik, masih kesal dengan kejadian yang tadi ia alami. "Udah gitu ya, Hazel tuh belum isi bensin ternyata. Udah tahu jalanan macet, dia malah lupa isi bensin. Jadinya aku mampir bentar tadi buat isi bensin. Dan kamu tahu kan Hazel itu nyebelin? Dia minta kopi kenangan ke aku pas liat spanduk ada promo. Ish, pokoknya itu lama deh soalnya si mbaknya tuh belum siap gitu tapi si Hazel maksa terus. Dan jalanan di depan itu tuh, gak tahu ya tapi macet banget. Aku sampe harus turun di jalan tadi terus jalan kaki ke sini, mana aku pake heels. Sakit tahu"

Taehyung hanya tersenyum mendengar Jennie yang terus berbicara, menjelaskan apa yang membuatnya telat hadir. Ditariknya pelan gadis itu, menenggelamkan gadis itu dalam pelukannya yang hangat. Merasa lega karena akhirnya gadisnya ini sudah berada di pelukannya. Sadar dari keterkejutannya, Jennie membalas pelukan itu tak kalah erat.

"Happy graduation, gantengnya aku" Taehyung terkekeh mendengarnya. Mengelus rambut Jennie sayang, pemuda itu menjawab, "Makasih cantiknya aku".

Jennie melepas pelukan itu sembari tertawa, sementara Taehyung mengambil buket bunga dan boneka dari tangan gadisnya. Jennie merapikan rambut Taehyung yang sudah berantakan, mungkin karena tadi menunggunya. "Acaranya udah selesai semua, kah?"

Pemuda itu menggeleng, "Tinggal acara foto-foto di photobooth gitu sih"

"Terus kenapa kamu masih disini? Ayo, kamu juga harus foto"

"Males ah aku, rame banget tau"

"Ish, pokoknya harus" Jennie menarik lengan Taehyung agar kembali memasuki venue. "Pokoknya harus ada foto kita sama foto bareng Ayah Bunda. Aku belum ketemu mereka, lho"

Maka Taehyung tak bisa menolak, membiarkan lengannya ditarik masuk kembali ke dalam Venue. Dan ketika gadisnya itu sudah melihat sang Ibunda, gadis itu langsung melepas Taehyung dan berbincang hangat. Bahkan Ibundanya dengan tak segan memeluk Jennie dan memuji gadisnya itu. Hangat sekali melihatnya.

Dan dirinya kini sudah ditarik untuk mengantre photobooth oleh teman-temannya. Memotret momen ini untuk menjadi sebuah kenangan.

Dan sesuai keinginan gadisnya, Taehyung foto berdua dengan Jennie dan juga kedua orangtuanya. Menjadikan hari ini sebagai hari kelulusan Taehyung yang membahagiakan.

RELATIONSHIP GOALS!Where stories live. Discover now