Bab 1

84 9 2
                                    

"Kau tinggal seorang diri di sini?"

Tak banyak yang Lee Namjoo ketahui mengenai perangai istrinya. Hari ini Namjoo berpindah tempat tinggal. Tentu, karena ia baru saja menikah kemarin. Tidak seperti pasangan kebanyakan, dimana seorang pria yang justru membawa wanita ke rumahnya. Tak perlu dipermasalahkan, seorang pasangan hanya perlu tinggal terpisah dengan orang tuannya.

Membangun keluarga dengan harmonis tanpa campur tangan orang tua, meskipun menempati rumah milik sang istri. Itu jauh lebih baik. Dari pada menempati rumah Namjoo yang notabene rumah itu masih milik orang tuanya.

Song Mirae adalah sosok tak banyak bicara, tapi di saat kepalanya sibuk memikirkan sesuatu yang membuatnya khawatir. Mirae mendadak seperti patung hidup yang hanya berjalan dengan tatapan lurus kedepan.

Mirae gugup, perasaannya tak dapat di presentasikan. Ia seolah tak percaya dengan fakta bahwa dirinya akan hidup di satu tempat bersama seorang pria yang baru saja menikahinya kemarin. Sebelum ia menekan pasword rumahnya sendiri, Mirae memejamkan mata sambil mengambil napasnya dalam guna mengurangi keresahan.

"Kau baik-baik saja?" tanya Namjoo bernada panik. Yang Namjoo lihat Mirae seperti mau pingsan.

"Tidak apa-apa, sinar mataharinya terik sekali tadi sampai mataku sakit." Katanya berdalih kemudian Mirae berdehem pelan lalu melanjutkan membuka pintu.

Tak ada yang berubah dari rumahnya. Mirae pikir sang ayah mertua yang luar biasa baik akan sedikit merubah suasana rumah semi mewahnya dengan memajang banyak foto pernikahan. Dan syukurlah ternyata tidak. Mirae sangat memahami betul bagaimana watak ayah Namjoo yang terkadang terlalu bersemangat dan agak sedikit berlebihan.

Sesekali Mirae mengatur napasnya sembari berjalan menuju kamarnya sendiri dengan membawa satu koper milik Namjoo. Ia pun mulai mendorong tuas pintu kamar. Aku belum siap dengan ini semua, aku belum yakin kalau harus tidur bersama dengan Namjoo. Mirae berpikir lumayan lama.

Membuat Namjoo di belakangnya bertanya, "Aku paham serumit apa isi kepalamu sampai menahanku berdiri di ambang pintu kamarmu hampir sepuluh menit. Katakan saja, aku tidak akan keberatan." Berlebihan, bahkan tidak sampai lima menit. Tapi Namjoo sangat mengerti.

Mirae memutar tubuhnya kebelakang, menatap Namjoo dengan perasaan ragu. "Aku sampai tidak enak hati ingin mengatakannya padamu. Aku..."

"Aku juga tidak siap harus tinggal serumah bersamamu. Ah... maksudku belum siap. Kita tidak saling mengenal sebelumnya. Aku pikir seiring berjalannya waktu, kita bisa saling terbiasa. Kita hanya butuh waktu." Dan Namjoo mengambil alih suara dengan tegas.

Mirae sedikit agak lega.

"Namjoo, aku minta maaf." Mirae menundukan kepalanya sedikit.

Dan seketika tangan Namjoo menyelipkan poni rambut Mirae kebelakang telinga lalu menepuk pundak Mirae pelan dan berucap, "Maafkan ayahku yang telah membuatmu bingung seperti ini Mirae... Sebagai orang baru dalam hidupmu, aku akan berusaha mengerti bagaimana perasaanmu." Namjoo mengakhirinya dengan senyuman.

"Terimakasih banyak Namjoo."

Sungguh kesan awal yang sangat manis. Namjoo benar-benar pria yang baik. Mungkin Mirae sedang menyesal, kenapa tidak dari awal bertemu Namjoo.

Mirae dan Namjoo berada di posisi yang sama. Pernikahan ini berjalan monoton. Keduanya tidak pernah saling menginginkan. Namun bukan pula seperti pasangan yang terjalin karena perjodohan. Masa bodo apa yang orang lain pikirkan, tapi yang Mirae butuhkan adalah status. Sedangkan Namjoo... tidak tahu. Namjoo juga tidak tahu bagaimana harus menyikapi jalan hidupnya sendiri.

"Lalu bagaimana?" Namjoo memastikan kembali.

Tiba-tiba dari arah pintu utama, seorang pria paruh baya yang biasa menjaga rumah Mirae datang dengan langkah yang terburu-buru. Lalu mengatakan sesuatu pada Mirae, "Maaf Nyonya... aku lupa membawakan kunci pintu yang lainnya." Setelahnya pria itu lekas memberi kunci yang dimaksud kepada Mirae dan segera pergi.

The Human Being | KNJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang