Bab 2

24 5 0
                                    


Lokasi rumah Mirae benar-benar tipenya, selain jauh dari kata keramaian, halaman rumahnya juga terlihat bersih dan terawat berkat beberapa tanaman bunga yang tumbuh. Tampak seperti sebuah taman sungguhan.

Masih pukul tujuh pagi, Namjoo memutar badan ke belakang. Matanya tak menangkap keberadaan Mirae. Bahkan sampai detik ini Namjoo masih bingung, sedikit tak percaya bahwa ia telah menikahi seorang wanita pilihan ayahnya.

Terlihat lucu, bagaimana bisa ada dua ranjang terpisah di kamar pasangan suami istri. Ranjang yang satu terlihat rapi karena sudah dibereskan oleh pemiliknya. Namun ranjang yang satunya lagi tampak lusuh. Maka dari itu Namjoo dengan mandiri merapihkan tempat tidurnya sendiri dan keluar kamar untuk memulai aktivitas.

"Mirae kau sedang ap..." Namjoo menjeda. Tidak ada Mirae di dapur. Ia berjalan menuju meja makan, dan Mirae belum masak apapun. Tangannya beralih mengambil sebuah gelas, ada roti tawar juga selai srikaya di sana. Dan sarapan Namjoo kali ini di mulai dengan sederhana.

Seperti biasa, hal pertama yang Namjoo temui setelah bangun tidur adalah makanan.

Namjoo kembali mengitari setiap sudut ruangan rumah. Ketika ia membuka pintu belakang, ada beberapa tanaman konsumsi yang tumbuh subur. Ketika ia melawati pintu samping kiri, ia melihat beberapa tanaman hias dengan warna hijau yang mendominasi dan terbungkus dalam pot yang menarik, alasnya berhiaskan rumput buatan, juga ada satu ayunan di sini. Terlihat jelas di desain khusus untuk bersantai.

Namjoo kembali berjalan, di bagian kanan rumah ia menemukan Mirae sedang sibuk memetik bunga yang tumbuh di sisi kiri kolam renang berukuran sedang.

Namjoo pikir saat menikah nanti ia akan disambut oleh pemandangan sang istri yang sedang memasak, lalu nantinya Namjoo ikut bergabung untuk mengganggu atau membantu.

Tapi ini bukan masalah selagi kegiatan sang istri itu positif.

Mirae sedikit terperanjat ketika terdengar suara pintu bergeser, dan seseorang keluar dari sana "Oh hai... selamat pagi..." sapanya tersenyum canggung.

"Kau sangat handal dalam memanfaatkan lahan di setiap sudut rumah." Namjoo kemudian berjalan mendekat ke arah Mirae. "Kau juga sangat pandai berkebun."

"Berkebun adalah salah satu aktivitas favoritku ketika libur bekerja. Dan pagi hari adalah waktu yang pas untuk memetiknya." Seketika kegiatan Mirae terhenti. Mirae lupa dengan statusnya saat ini. Bagaimana dia bisa sebodoh ini. "Ah ya ampun, apa yang aku lakukan. Seharusnya aku memasak setelah bangun tidur. Maafkan aku ya Namjoo." Buru buru Mirae melepas sarung tangan kotornya.

Detik itu juga Namjoo terkekeh pelan, lalu menahan tangan Mirae agar tidak jadi pergi. "Hei... selesaikan dulu kegiatanmu. Lagi pula aku tidak terbiasa makan berat saat pagi hari."

"Yang benar?" sungguh Mirae tidak enak hati. Lalu ia berinisiatif lain, "kalau begitu aku buatkan roti panggang dan... kau lebih suka apa? Teh hangat atau kopi?"

Yang ditanya justru tidak menanggapi dan malah mengambil posisi jongkok. Untuk pertama kali Namjoo mencoba menggunakan gunting pemetik untuk memilih bunga tercantik yang ia berikan pada Mirae saat itu juga. "Aku sudah mengisi perutku dengan tiga helai roti tawar tadi. Tidak perlu khawatir. Ayo lanjutkan kegiatanmu, aku juga ingin membantumu."

"Tunggu, pakai sarung tangan dulu kalau ingin memetik. Nanti tanganmu kotor." Mirae dengan sigap mengambil sarung tangan bersih lalu memakaikannya ke tangan Namjoo.

Mirae menggit bibir dalamnya sedikit, degup jantungnya sudah mengetuk kuat di pagi hari. Walau sederha tapi ia merasa ini sangat manis. Dan Mirae langsung menyadarkan diri dengan mengambil ponselnya.

The Human Being | KNJWhere stories live. Discover now