Bab 3

25 3 0
                                    

Selain berkebun, ada hal yang rutin ia lakukan di saat pagi. Jogging ditaman yang hanya berjarak setengah kilometer dari rumahnya sangat efektif untuk menyehatkan fisik juga pikirannya. Seharusnya Mirae masih sempat untuk itu, tapi sekarang Mirae memilih pagi berkualitasnya untuk mencatat teori bahan makanan yang diperlukan untuk memasak berbagai makanan.

Di meja makan itu. Sambil menahan perutnya dengan roti panggang isi sosis, Mirae dengan semangat menulis, belajar, dan menghapal step memasak yang praktis dari website di ponselnya untuk ia terapkan setelah ini.

"Sedang apa?"

"Astaga!" wanita itu sampai tercekat.

Namjoo tiba-tiba muncul entah dari mana sampai mengejutkan Mirae, sampai ia menutupi catatan resep dengan kedua tangannya. Sementara Namjoo dengan santai menarik kursi lalu duduk tepat di samping Mirae.

"Kau terlihat seperti anak sekolah yang lupa mengerjakan tugas matematika." Guraunya sambil mengumpul nyawa.

"Faktanya rumus matematika lebih mudah dari pada membuat bumbu kimchi." Itu versinya. Masalah tingkat kesulitan urusan belakangan, yang terpenting usaha dulu.

Setelah menarik napas dalam wanita itu dengan yakin ingin membuat beberapa menu yang menurutnya mudah saja. Dengan langkah percaya diri wanita itu berjalan menuju lemari pendingin. Namun... sial, sejak kapan isi kulkasku seperti tak berpenghuni. Mirae berdecak kesal di depan lemari pendingin meratapi satu kaleng kornet dan tiga butir telur saja di dalamnya.

Sekuat tenaga Namjoo menahan tawanya saat ia melihat wajah Mirae yang bingung. Faktanya Namjoo sering kelaparan saat tengah malam. Tentu saja bahan makanan habis karena ulah Namjoo. Namun dengan santainya ia bertanya, "Kenapa?"

"Sepertinya kita harus pergi ke Supermarket." Sangat bersiaga Mirae berjalan ke arah kamar. Tentu saja ia ingin mengambil tas dan uangnya.

Terkesiap, pun Namjoo langsung berdiri dan mengikuti Mirae, "Tunggu sebentar, aku ambil kunci motornya dulu."

Tunggu...

Naik motor???

Mirae berhenti mendadak, membuat hidung Namjoo terbentur oleh kepalanya dari belakang. Melihat sang suami yang mendesis ngilu, wanita itu langsung memutar badan dan terkekeh keheranan.

"Kalau ke supermarket naik motor lalu barang-barangnya diletakkan di mana?"

Namjoo tak berpikir sampai sana berkat nyawanya yang masih berterbangan. "Iya juga." Katanya polos.

Satu jari Mirae terulur menuju ujung mata sang suami. Sementara Namjoo masih sibuk mengusapi hidungnya yang sakit pun merasa aneh kenapa Mirae mengusap singkat ujung matanya.

"Lihat. Kotoran di matamu berceceran. Cepat pergi mandi. Kau harus mengantar istrimu berbelanja dalam keadaan keren."

Memalukan. Besok-besok Namjoo akan langsung cuci muka setelah bangun tidur.


👫👫👫👫👫



Terkadang Mirae terhanyut pada detik di mana ia merasa kacau dengan dirinya sendiri. Kalau sudah begitu dia akan diam saja selama isi kepalanya penuh dengan kecemasan. Wanita itu memiliki emosi yang tidak stabil, terkadang ia bisa sangat bersemangat kadang juga ia bisa merasa sangat jatuh.

Mirae bukannya tidak suka ketika sosok Namjoo kini yang beralih memegang kemudi. Sebelumnya memang tidak ada laki-laki selain Taesung yang dapat menaiki mobilnya.

Ya, apalagi yang Mirae rasakan sekarang kalau bukan memikirkan mantan kekasihnya itu. Meskipun sudah ada Namjoo, presensi Taesung masih sering berputar-putar di kepala sampai membuatnya pusing.

The Human Being | KNJWhere stories live. Discover now