BAB 16

54 26 37
                                    

"Heh!" Acha tiba-tiba masuk menggebrak meja yang di tempati oleh Putri.

Putri berdecak malas. "Apaa si?"


"Sensi amat lo!" Acha berbicara ketus. Kemudian ia duduk di bangkunya, sambil mengeluarkan ponsel.


"Bacot." gadis itu menelungkupkan kepala di atas meja.

"Napa si??? Pms??" tanya Acha penasaran. Ia mulai menggeser bangkunya agar lebih dekat dengan meja Putri.

"Ihhh lo tau nggak si?" Putri mendongak, ia mengerucutkan bibirnya sebal.

"Nggak." jawab Acha dengan polosnya.

"Ahh anjing."

"Yaa, lu belum bilang apa masalahnya anjing!" kan-kan Acha jadi ngegas.


"Nathan."

Acha memutar bola matanya malas, emang cuma gara-gara Nathan doang si, sahabatnya ini jadi sensi.

"Kenapaa? belum bales?" tanyanya tepat sasaran. Putri mengangguk, ia mengeluarkan ponsel dari dalam saku.


"Nih liat." gadis itu menyodorkan ponsel kehadapan Acha.


Acha mulai berfikir keras. "Lah iya. Kok nggak di bales ya? ini terakhir diliatnya tadi loh anjir."

"Mangkanya itu. Dia ... juga bikin sg!" ucap Putri. Kini wajahnya berubah menjadi sendu.

"Sg apa? Sini coba liat."

Putri mulai mengotak-ngatik ponsel nya. "Nggak ada, udah di hapus. Tapi tadi gue screenshot kok."

"Yaudah mana cepet." Acha tak sabaran.

Putri menghela nafas panjang, Ia menyodorkan ponselnya lagi ke hadapan wajah sahabatnya itu.

"HAH???? GILA?!" Acha teriak bak orang gila. Ia menggebrak-gebrak meja, matanya masih fokus kearah ponsel.

Siswa lainnya yang ada di dalam kelas mendengus kecil, tak heran dengan tingkah laku Acha yang seperti itu. Memang berisik, menganggu, dan bisa memekakan telinga. Tapi mau bagaimana lagi?

Putri menjambak rambutnya frustasi, wajahnya ia tekuk Habis-habisan. Acha di sampingnya masih teriak seorang diri seperti orangg kesetanan. "GILA WOI ANJINGGGG!!!"

"Apaaa sih Cha? Heboh banget!" ucap siswa bername tag Aurora itu.

Acha menoleh tidak enak, "Sorry-sorry hehhee!"

"Ih Putrii nya Achuuu, sabar ya." Acha mendekati Putri yang sedang menelungkupkan wajah nya di atas meja.

"Gini emang, nggak enaknya virtual tuh!" Acha ikutan sedih.


Putri mendongak, ia tersenyum kecil. "Yaudah nggak papa." jawabnya lalu menelungkupkan kepala lagi.


Acha mencebikkan bibirnya sedih, "Kalo mau nangis, nangis aja nggak papa." nasihatnya.

Putri menggeleng "Ini di sekolah bego." bisik Putri terdengar lirih. Mungkin saat ini ia sedang mati-matian menahan tangis.

"Emang ... kapan?" tanya Acha pelan.

Three Slave Girls Love [On Going] Where stories live. Discover now