BAB 37

7 2 0
                                    

Pagi-pagi sekali rumah dengan nuansa putih terang itu ramai dengan teriakan Airin. Sang mamah terus saja berteriak agar Putrinya segera turun makan, karena sebentar lagi gadis itu akan pergi ke bandara. Meskipun masih terbilang lama, tapi Airin tidak ingin Putrinya sarapan dengan terburu-buru itulah mengapa ia sangat cerewet pagi ini-lebih tepatnya setiap hari.

"Putrii, sayangku, ayo dong turun! Mamah udah buatin cumi asam pedas kesukaan kamu lho ..."

"Iya mah sebentar, aku lagi pake sunscreen!" Putri teriak dari lantai dua. Mengipasi wajahnya sebentar, agar sunscreennya cepat meresap, gadis itu pun turun kebawah menemui keluarga kecilnya.

"Wangi banget!! aku bakalan rindu masakan mamah deh," gadis itu mencebikkan bibirnya sedih.

"Nanti kamu buat sendiri, kan udah mamah ajarain, ya sayang?"

Putri mengangguk saja. Ia mulai menikmati makanannya dalam diam, masakan Airin tidak pernah salah di lidahnya.

"Put, nanti kalo punya pacar orang sana bilang ya?" Papah berceletuk.

Putri mendelik kecil. "Dih, aku disana buat belajar pah!"

"Ya barangkali aja, kan? Papah ngomong salah mah?" Ezra bertanya pada Airin.

Airin tertawa kecil. "Nggak dong, barangkali aja, itung-itung buat tambah semangat ke kampus nak."

"Yayaya gimana kalian deh,"

Gadis itu sudah selesai dengan sarapannya. Setengah jam lagi dia akan menuju bandara, meninggalkan mereka-sahabat dan keluarganya.

"Masih setengah jam lagi sayang, kamu mau ngapain?" mendengar pertanyaan Ezra, Airin ikut menatap sang Putri dengan teduh.

Gadis itu tampak berfikir. "Kayaknya aku mau nemuin mamah deh ..."

Ezra terdiam sebentar sebelum akhirnya bibirnya melengkung ke atas. "Yaudah, mau papah anter nak?"

"Aku sendiri aja gapapa pah?"

Ezra melirik Airin, lalu Airin mengangguk mengisyaratkan bahwa putrinya itu hanya ingin menghabiskan sisa waktunya disini bersama sang mamah seorang diri.

"Yaudah, hati-hati ya cantik. Kalo ada apa-apa telfon papah!"

"Oke papahkuuu," gadis itu beranjak dan mencium kedua pipi Ezra penuh sayang.

"Dah Mamah, Papah!"

"Hati-hati sayanggggg!" Airin berteriak.

***

"Hai mamah, aku kesini lagi!" Putri duduk dengan perasaan campur aduk. Senang dan sedih lebih mendominasi. "Mah aku hari ini berangkat, mamah bakalan kangen aku ga? pasti iya sih, soalnya aku emang ngangenin." gadis itu tertawa sendiri atas ucapannya.

"dua puluh menit lagi mah, rasanya aku mau disini terus deh sama mamah." air matanya tiba-tiba jatuh tanpa diminta. "Ah aku harus pulang, padahal baru sebentar ya? mah doain aku ya, banyak banget hal-hal yang pengen aku capai, terutama ... ketemu sama mamah, hehehe,"

"Ngelantur banget omongan kamu!"

"Becanda ih!" Putri mengusap air matanya pelan. Kemudian bangkit untuk mencium nisan yang bertuliskan nama mamahnya dengan penuh sayang dan hormat. Memejamkan matanya dengan segala doa yang dirapalkan dalam hati, setidaknya ia harus bisa membuktikan pada sang mamah di atas sana kan?

"Kamu disana hati-hati ya sayang, jangan lupa buat kabarin papah setiap kamu abis kegiatan di kampus!"

Putri berdecak. "Pah udah berapa kali papah bilang itu? Putri bukan anak kecil lagi kali,"

Three Slave Girls Love [On Going] Where stories live. Discover now