SinB x Hendery WayV

587 73 14
                                    


Lelaki paruh baya itu berdehem.

"Okay, BAB 2 udah saya kasih revisi, dikit kok, kamu tinggal kerjain revisi terakhir yang saya kasih, terus lanjut ke BAB selanjutnya."

Pandangan Sinbi yang sedari tadi tak pernah lepas dari tumpukan kertas di atas meja, kini beralih menatap seorang lelaki paruh baya yang duduk di hadapannya. Kedua manik matanya sontak berbinar mendengar penuturan yang diucapkan lelaki itu—Dosen Pembimbing skripsi-nya.

"Beneran, Pak? BAB 2 udah dapet acc?"

Melihat Pak Dosen menganggukkan kepalanya mantap, membuat seulas senyuman perlahan terpatri di bibir Sinbi. Ia tanpa sadar menghela nafas lega.

"Kamu udah dapet informan-nya? Mau berapa orang?" Dosen itu menyeruput kopi panas miliknya, lalu menatap Sinbi lamat.

"Eung.. rencananya sih, saya baru mau nanya adik saya, Pak. Kebetulan dia juga sekolah di sana. Nanti saya mau minta kontak-kontak anggota club fotografi lewat adik saya." Sinbi menjelaskan rencananya, yang membuat dosen itu mengangguk paham.

"Jaman sekarang sudah canggih. Kalo kamu mau pake kuesioner gitu, kamu minta aja masuk atau join sementara ke group chat mereka. Pasti mereka punya group chat kan? Gak perlu ribet nyari kontak ini-itu, pasti semua anggota ada di sana. Tanya aja di sana." Dosen itu memberi saran.

"Baik, kalo begitu, Pak. Terima kasih sarannya. Saya permisi.." Sinbi berujar ramah, seraya tersenyum. Ia memasukkan kembali berkas-berkas miliknya ke dalam sebuah map plastik dan totebag miliknya, lalu membungkukkan badannya sedikit sebelum meninggalkan ruangan milik dosennya itu.

"Eh, Hwang Sinbi," Sinbi menoleh sebelum ia berhasil menutup pintu.

"Iya, kenapa, Pak?"

"Kamu tau mahasiswa anak Humas yang namanya Hendery gak?"

"Oh.. Hendery, anak Humas angkatan 17 bukan, Pak?"

"Iyaa, dia.. sebelum kamu yang bimbingan, dia bimbingan duluan ke sini, tadi pagi. Ini laporan dia ketinggalan. Kalo ketemu, tolong kamu kasiin, ya.." Pinta sang Dosen seraya menjulurkan setumpuk kertas yang tidak terlalu tebal. Sinbi melangkah mendekat, matanya sedikit membelalak kala ia menangkap banyaknya coretan bertinta merah memenuhi lembaran cover.

'Hmm, laporan job training..'

"Siap, Pak. Nanti saya kasih ke dia. Kalo begitu, permisi, Pak, selamat siang.." Sinbi mendekap berkas laporan itu ke dadanya lalu melangkah keluar ruangan.

Gadis itu kini mengangkat berkas itu di hadapannya. Menatapnya lekat, lalu membuka lembar demi lembar karena merasa penasaran.

'Ckk, revisi sampe mampus!'

Sebenarnya Sinbi tidak terlalu mengenal sosok mahasiswa bernama Hendery ini. Namun ia mengingat saat ia pernah ikut kepanitiaan beberapa event fakultasnya. Dia ingat ada salah satu panitia yang bernama Hendery dari jurusan sebelah, jurusan Hubungan Masyarakat, angkatan 17, yang berarti adik tingkatnya. Ya.. meskipun bukan satu divisi kepanitiaan, tapi ia sempat beberapa kali mendengar nama itu disebutkan oleh beberapa panitia lainnya selama sebelum dan sesudah event terlaksanakan.

Sinbi yang memiliki sifat acuh dan tidak peduli sekitar, membuat dirinya hanya mengenal orang-orang yang dianggapnya cukup penting dan berpengaruh di hidupnya saja. Untuk apa pusing-pusing memikirkan orang lain? Dirinya sendiri sudah repot dengan urusan hidupnya. Gadis itu terlalu fokus pada dirinya. Dia juga tidak pandai mengingat wajah orang-orang asing. Terkadang ia hanya ingat nama, tapi tidak tau orang atau wajahnya, juga kadang sebaliknya, ingat wajah tapi tidak ingat namanya.

instant-story [SinB]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora