Kesialan

4.3K 511 96
                                    

©Putri_Sharaza
Pairing : All x Takemichi
Genre : I Don't now

.

.

.

"AAAAAKKK!"

Takemichi bangun dari tidurnya dengan napas terengah-engah, seminggu telah berlalu semenjak ia bertamu Draken. Mimpi buruknya semakin menghantuinya, sudah seminggu pula juga ia kekurangan tidur dan selalu paranoid. Tapi Takemichi tidak lupa berkarja, ia selalu ingin menyibukkan dirinya entah apapun ia akan kerjakan untuk mengalihkan pikirannya dari mimpi buruk.

Mencoba menenangkan degup jantung nya, Takemichi memejamkan mata dan mulai mengatur nafasnya. Semua akan baik-baik saja, lihat sudah seminggu yang kulihat itu hanya Draken, hanya Draken!.

Merasa semuanya sudah normal Takemichi melihat jam dinding, masih pukul 02 : 30. Jika sudah seperti ini Takemichi tidak bisa tidur kembali. Sepertinya hari ini ia akan mandi, membersikan kamar yang sudah bersih, lalu bekerja. Ia ingin melupakan semuanya. Semua yang membuatnya gila.

Bangun dari futonnya, Takemichi berjalan menuju kamar mandi dan mulai ritualnya. Air pagi ini benar-benar dingin.

Takemichi yang sudah berpakaian rapih sedikit menggigil. Ia melipat futon dan menaruhnya di pojok ruangan. Ia menyapu, lalu memasak untuk sarapan. Sebenarnya masih terlalu pagi untuk sarapan tapi, ingat kan ia akan melakukan apapun untuk mengalihkan pikiran?.

Selesai sarapan Takemichi memandang jam didinding kembali, pukul 04 : 45. Masih terlalu pagi. Takemichi memutuskan untuk joging saja selagi menunggu jam kerjanya.

Dengan kaos oblong putih dan levis selutut juga sepatu nik* bewarna abu-abu senada dengan levis. Rambut hitamnya yang acak-acakan menambah kesan manis.

Hari masih gelap matahari pun belum menunjukkan dirinya. Takemichi sedikit berlari-lari kecil menyusuri jalan, sangat sepi.

'Kami merindukan mu...

..Takemichi'

Lagi-lagi Takemichi mengingat perkataan Draken, dengan cepat Takemichi menggelengkan kepalanya. Kumohon hentikan. Takemichi tidak kuat, kenangan dari masa lalunya mulai masuk kedalam pikiran Takemichi.

"Akk.."

Rasanya, kepalanya mau pecah. Nafas Takemichi mulai tak terkendali, degup jantung berpacu, Keringat di dahinya semakin deras.

Lagi, lagi, dan lagi. Ini selalu terjadi. Bisakah mereka membuat Takemichi tenang sesaat. Tidak kuat menahan berat tubuhnya Takemichi jatuh tersungkur. Takemichi memejamkan mata dan menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil membisikan kata-kata penenang untuk dirinya.

Takemichi mendengar drap langkah kaki yang kian mendekat, ia rasa ada seorang pejalan kaki yang mulai aktifitasnya, biarlah orang tersebut menyebutnya gila atau apapun karena berdiam diri pinggir jalan perumahan.

"Takemichi?"

Mendengar suara yang dikenalnya Takemichi mengangkat kepala.

"Akkun!" Takemichi senang orang yang di angapnya hanya orang lewat ternyata teman sekaligus sahabatnya.

Akkun yang melihat Takemichi tersenyum hanya bisa tercengang. Bagaimana Takemichi masih bisa tersenyum saat penyakitnya mulai menyerang. Yah, Akkun tau Takemichi punya suatu penyakit, dia juga tau masa lalunya Takemichi karena dia salah satu yang membantu Takemichi untuk kabur dari mereka dan menyembunyikan Takemichi.

Please Leave Me! [END]Where stories live. Discover now