Trente - Deep Talk With Davis

65 17 2
                                    

[Chapter 30]


Aeera, Naswa dan Rere sempurna mencurigai Kris. Namun Sak tidak demikian. Sebaliknya, dia amat bingung dengan situasi ini. Semua prasangka itu memang mengarah pada Kris, tapi Sak tidak melupakan bagian ketika Kris menolongnya di Paris. Sak ingat betapa tulusnya cowok itu, mendukungnya, menyemangati dan menunjukkan bahwa dunia belum berakhir.

Apa semua sikap baik itu adalah upaya Kris untuk menarik simpati Sak? Apa selama ini cowok itu hanya memberdaya Sak saja? Menjerat Sak pada sebuah jebakan mautnya? Sak tertawa hambar, jika memang benar seperti itu, maka Sak akan memberi selamat pada Kris. Selamat karena berhasil menipu Sak dengan akting yang sangat natural itu.

"Jadi ... gimana keseharian lo di SHC belakangan ini?" Kaisa sekali lagi bertanya, tersenyum miring. Mereka masih berdiri di koridor yang cukup sepi sebab semua orang berada di kantin atau tempat lain untuk istirahat. "Diliat dari penampilan lo sekarang, mata panda, tangan diperban, muka pucat, gue yakin sepertinya lo cukup ... tersiksa."

"Lo sebegitu bencinya sama gue sampe mau bikin gue tersiksa? Dan itu cuma karena si Leo?" tanya Sak sambil menyilangkan tangan di dada. Aeera, Naswa dan Rere di belakang memilih diam dan menonton. Masalah Kaisa ini, lebih baik Sak sendiri yang menyelesaikan agar gadis itu merasa puas. Jika Aeera atau Rere ikut campur itu justru akan mengganggu kesenangan Sak.

"Kris? Si Cassanova itu? Hah, dia bukan lagi sekutu, apalagi pemilik hati gue. Payah banget kalau gue benci lo cuma karena cowok. Banyak kali cowok yang pengin jadi pacar gue."

Sak mengerutkan alisnya. "Terus, lo benci gue karena apa?"

Kaisa mengangkat bahu, cewek itu melangkah menjauh, membiarkan pertanyaan Sak mengambang tanpa jawaban.

"Sekarang lo masih yakin kalau Kaisa bukan tipe cewek sadis dan bengis?" Aeera menepuk pundak Sak, menatap iba pada cewek yang sekarang sedang memijat pelipisnya.

"Masih. Gue yakin, Ae, Kaisa cuma iri doang, nggak benar-benar benci dan berbahaya buat gue." Sejujurnya, Sak tidak yakin dengan ucapannya sendiri. Gadis itu bertanya-tanya, siapa musuh dia yang sebenarnya? Kris? Kaisa? Atau ada orang lain? Selain itu, Sak juga bingung apa kesalahan besar dan dosa yang telah ia perbuat pada Kris atau Kaisa? Sak bahkan tidak tahu alasan mereka membencinya.

"Tapi lo harus tau, ketika seseorang iri dan membenci, pikiran dia akan dikuasai hal-hal buruk. Emosi dan pikiran yang buruk bisa jadi membahayakan orang lain, Sak," tutur Rere.

Naswa menghela napas panjang. "Untuk sekarang kita fokus belajar buat UTS aja. Sak juga jangan ke SHC dulu, gue parno sumpah, takut lo terluka lagi."

"Iya Sak, lagian kok lo masih kerja aja di SHC? Kan udah berhasil ke Paris. Apa lagi yang lo mau di sana?"

Syakira terdiam mendengar perkataan Aeera. Tujuan Sak bekerja di SHC memang bukan semata-mata untuk memenuhi tantangan Kaisa setelah kalah bermain catur, tapi juga untuk mengumpulkan uang demi membeli tiket ke Paris. Sekarang tujuan Sak sudah tercapai meski dengan hasil yang menyakitkan. Apa kini sudah saatnya Sak keluar dari SHC? Jujur saja, Sak merasa nyaman berada di tempat itu. Lebih nyaman daripada di rumah, Sak seperti mendapat keluarga baru. Apa Sak harus melepas kenyamanan itu?

-o0o-

Seperti yang disarankan Naswa, hari ini Sak tidak datang ke SHC. Sebagai gantinya, dia akan ke perpustakaan daerah yang buka sampai malam, belajar bersama dengan tiga sahabatnya. Sak sudah meminta izin pada Mbak Mawar dan langsung diiyakan tanpa dipersulit.

"Sakkk buruan elah," seru Aeera gemas, dia sedang menunggu Sak di teras sambil memainkan kunci motor, tapi yang ditunggu malah sedang asyik berkaca di kamar, mematut penampilan. "Ribet amat tuh anak, padahal cuma mau belajar bukan mau nyari jodoh."

You Are Strong [END]Where stories live. Discover now