Quarante - Bad Liar

56 9 0
                                    

[Chapter 40]


Kaos yang dijanjikan Kris untuk Sak ternyata sangat longgar di tubuh gadis itu. Dia jadi terlihat seperti orang-orangan sawah. Sak manyun, jika saja ada kaos lain tentu Sak tidak akan mau memakai baju hitam polos milik Kris. Celana training yang dipinjamkan Aeera pun terasa besar.

"Lo kurusan deh Sak," ucap Aeera ketika cewek itu menemani Sak berganti pakaian di toilet.

Aeera sudah siap dengan pakaian putih-putih ala karate. Jadwal ekskul mereka sama, tapi untuk tempat latihan tentu saja berbeda. Ekskul karate akan memakai lapangan outdoor, dan ekskul basket memakai lapangan indoor.

"Masa sih gue kurusan?"

"Hooh."

"Nggak apa-apa lah, yang penting gue nggak makin pendek."

"Emang ada ya orang yang tumbuh ke bawah dan makin pendek?"

"Kayaknya sih ada."

"Siapa?"

"Elo."

"Heh! Gue itu tinggi ya, gue sama lo aja lebih tinggi gue."

Sak terkikik geli. "Intinya gue nggak mau jadi pendek, nanti si Leo makin usil. Kan ogah!"

"Tapi aneh sih, Sak, lo kan sering loncat-loncat, main basket, tapi tinggi lo nambah dikit-dikit."

"Entah, sebel."

"Dahlah, kuy keluar." Aeera merangkul bahu Sak sepanjang perjalanan ke ruang ekskul masing-masing.

Sak memasuki ruang ekskul basket dan tidak ada siapapun di sana. Gadis itu menyimpan tasnya lalu bergegas pergi ke lapangan indoor. Sak menghela napas lega karena hanya ada anggota basket saja, Pak Ghatan dan pelatih baru belum terlihat sama sekali.

Syakira menghampiri Kris dan duduk di sebelah lelaki itu. Sak mengeryit heran melihat Kris tidak bereaksi. Biasanya cowok itu selalu menyapa dengan menyebalkan, atau bahkan menarik rambut Sak. Usil seperti biasa. Namun kali ini dia hanya memandang kosong ke depan, entah sedang melamunkan apa.

Sejak memasuki lapangan indoor, Kris langsung duduk di tepi dan melamun. Dia mengabaikan Gibran yang terus mengoceh, juga mengabaikan Julian yang menyuruhnya untuk segera memulai pemanasan.

Pikiran Kris jatuh pada kejadian semalam. Dia kembali mengingat percakapannya dengan Davis.

"Saran gue, Bang, untuk sementara kita cari tau soal ini diam-diam aja. Jangan libatin Sak dulu, dia keliatan lagi kacau."

"Iya, besok pagi gue bakal balik ke ruangan bawah tanah itu, mulai cari tahu dari sana."

"Perlu gue temenin?"

"Lo sekolah dodol, jangan sok mau bolos. Lagian mending lo anter Sak aja besok, biar gue bisa langsung pergi pagi-pagi."

"Oke siap, kesempatan buat anter-jemput Sak nggak akan gue lewatkan."

"Lo ... lo suka sama adek gue?"

"Entah."

Kris ingat saat itu Davis langsung menoyor kepalanya. Jujur Kris cukup kaget karena Davis bertanya blak-blakan tentang perasaannya, jadilah Kris menjawab tidak jelas seperti itu.

"Sak orangnya nggak gampang baper, tapi lo kalau cuma mau temenan doang tetep harus jaga sikap."

Setelah putus dengan Kaisa, Kris belum memacari anak orang lagi. Entah kenapa dia jadi malas, lama-lama kebiasaan itu membuatnya bosan. Apalagi kebanyakan cewek yang dipacarinya sungguh menyebalkan.

You Are Strong [END]Where stories live. Discover now