2- bullying

1.2K 202 34
                                    

jam kosong adalah waktu yang sangat membahagiakan bagi seluruh siswa , mereka sibuk bermain dengan kesenangan mereka sendiri termasuk bermain handpone , game , bernyanyi , bercerita , atau membully. Itu sudah rutintas biasa bagi seluruh siswa.


Tangan hinata meraih bukunya yang tadi jatuh kebawah, "uh-" hinata meringis ketika tanganya diinjak dengan sengaja oleh kaki jenjang teman laki laki dikelasnya.

"Sorry... lo kecil banget sih kaya kuman! jadi gue gak liat."

Hinata menghela nafas pasrah, ia tersenyum kecil dan mengagguk. yang dibalas tatapan benci oleh sang pelaku.

"Woi anak baru! Ambil buku lo nih!!" Teriak salah satu teman hinata dari depan kelas.

Hinata mengagguk, ia berjalan perlahan menuju orang yang memanggilnya tadi.

Kaki nya melangkah pelan, lagi lagi ia tidak sadar saat kaki temanya menendang kaki hinata yang membuat nya terjatuh.

"Liat liat dong kalo jalan! Lo kan nggak buta! Heh dasar bisu bin cacat!!!"

Laki laki bersurai blonde menendang hinata dari belakang. "Minggir woi! Gue mau lewat!" Teriak nya kasar, laki laki itu menendang kasar tubuh hinata hingga menabrak kursi milk temanya yang sedang belajar.

Perempuan dengan tag nama arima menatap hinata kesal. "GUE LAGI BELAJAR ANJING! JANGAN GANGGU DONG! LIAT KECORET NIH BUKU GUE GARA GARA LO!".

Hinata menunduk, ia meraih stick note dikantung nya dan menuliskan beberapa kalimat disitu.

"Maaf"

Kemudian hinata menunjukan stick note itu kepada gadia yang bernama arima.

Arima berdecak kesal, ia pun berbalik dan kembali duduk dibangku miliknya.

Hinata menghela nafas lega, ia kembali berjalan kedepan untuk mengambil buku nya yang temanya tadi katakan.

Setelah sampai didepan, hinata menatap bingung meja guru. Pasalnya sama sekali tidak ada buku disana. Jadi kenapa tadi dirinya dipanggil.

Salah satu remaja laki laki yang berada dibelakang hinata tertawa lepas. "Baik boleh! Bego jangan!" Laki laki itu menarik kasar rambut hinata, dan membenturkan kepala hinata kepapan tulis.

Hinata meringis, ia memegangi kepalanya , salah satu tanganya berusaha menyingkirkan tangan laki laki itu namun tenaga laki laki itu lebih kuat dari dirinya.

Laki laki itu tertawa. "Gini ya! Lo itu kecil, jadi percuma mau ngelawan juga!" Laki laki itu meraih penghapus papan tulis dan menepuk nepukanya diwajah hinata. "Hahaha liat muka lo putih kaya badut!" Laki laki itu kembali membenturkan kepala hinta kepapan tulis.

Seluruh siswa yang berada dikelas 1-4 menatap kaget perilaku temanya itu, mereka yakin kelas unggulan pasti tidak sekasar ini saat membuli. Tapi ini kenapa? Mereka sama sekali tidak berani melawan karena sipembully adalah salah satu donatur terbesar disekolah karasuno.

"Ampun hm?" Laki laki itu tertawa lalu melempar tubuh kecil hinata hingga menabrak pintu kelas. "Makanya jangan cacat bego!" Ia tertawa lebar.

Orang orang disana sama sekali tidak berani membantu atau membela hinata, mereka sangat takut dengan anak dari donatur terbesar itu.

Sebenarnya mereka juga masih punya rasa kasihan dengan hinata, namun laki laki itu telah menguasai sekolah dikarenakan uang dari papanya.

Maaf hinata, teman teman mu tidak bisa membantumu.

"EH APA APAAN INI?!" seorang laki laki bersurai abu abu, yang ingin memasuki kelas juniornya menatap kaget hinata yang sudah babak belur didepan pintu.

"Ah.. senpai! Kita cuman lagi bercanda kok!" Laki laki yang tadi membully hinata menarik kerah hinata kasar, membawanya berdiri disampingnya.

SufferingWhere stories live. Discover now