BAB 83

291 25 3
                                    

Keadaan disana sangat ramai. Banyak yang berdesak-desakan untuk melihat apakah nama mereka ada disana.

Sorak kemenangan terdengar dari beberapa siswa yang telah melihat nama meraka ada di sana.

Reval, Vano, Dino dan Jessica masih menunggu di belakang, malas untuk berdesakan. Lagipula mereka sudah yakin lulus.

Zahra, Dini dan Ela datang dan berdiri di sebelah Reval dkk.
Zahra menyapa Reval untuk sekedar basa-basi "Reval Lo udah ngecek?"

"Belum," sahut Reval singkat.

Zahra mengangguk. Sebenarnya ia ingin berbicara banyak, namun ia urungkan. Pasalnya Reval terlihat malas dengannya. Alhasil ia hanya diam mematung menunggu giliran untuk melihat hasilnya.

Lama menunggu, akhirnya mading tak terlalu ramai. Reval dkk, serta Zahra, Dini dan Ela mengecek nama mereka. Senyuman bahagia tercetak dibibir mereka. Mereka lulus seratus persen dengan nilai yang memuaskan.

"Mak, Dino lulus!" Dino mencium tangan Vano. Sontak Vano menepisnya.

"Gue bukan mak lo Dino!"

Dino menyengir kuda. "Eh iya maaf. Abis gue seneng banget."

"MAK, TUNGGU DINO DI BANDUNG!"

"Vano, kita lulus." Jessica memeluk lengan Vano.

Vano tersenyum. "Iya. Nilai kamu bagus. Fix nih kuliah bareng di Bali."
Jessica mengangguk senang. Ia lulus dengan nilai yang bagus. Dan ia sudah merencanakan kalau ia akan kuliah di Bali bersama dengan Vano.

Sedangkan Dino, cowok itu akan pulang ke Bandung menemui Ibunya sekaligus kuliah disana.

Lain halnya dengan Reval. Tak ada ekspresi bahagia sama sekali diwajahnya. Ia lulus dengan nilai ujian tertinggi di kelas IPS. Bahkan ia juga melihat ada nama Bintang di urutan kedua, lebih tepatnya dibawah nama Zahra.

"Reval selamat ya, nilai lo tertinggi." Zahra mengulurkan tangannya.

Reval membalasnya. "Thanks," ucapnya kemudian pergi.

"Reval kenapa sih?" Zahra memandang sedih punggung Reval yang menjauh.

(***)

"Akhirnya kita udah lulus. Mau kemana nih buat ngerayain?" tanya Dino menyandarkan punggungnya di pohon kelapa.

"Gue seneng banget, kita semua lulus. Bintang juga, gue nggak nyangka nilai Bintang tertinggi ke dua. Sahabat gue pinter banget sih." Jessica tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

Vano memperhatikan Reval yang tengah sibuk mengeluarkan kota berbentuk persegi panjang dari tasnya.

Vano mengernyit. "Itu apa Val?"

Reval menoleh. "Brownies," sahutnya.

"Sejak kapan lo suka brownies?" Vano menggaruk pelipisnya. Setahunya temannya itu sangat tidak suka makanan yang manis dan berbau coklat.

"Buat Bintang." Reval tersenyum saat menyebut nama itu. "Bintang minta gue beliin ini."

"Cie cie... Reval sekarang bucin." Jessica menggoda.

Bintang (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang