-epilogue-

56 14 19
                                    





3 tahun kemudian...


"Tumben kamu jemput aku"

Felix menengok kearah Hyora lalu tersenyum, "memang ga boleh jemput pacar sendiri?"

"Ngga gitu maksudnya" kesal Hyora, lalu mengalihkan pandangan ke luar mobil.

Felix begitu sibuk belakangan ini, apalagi pemuda itu sekarang mengurus perusahaan LF Corp. , yaitu perusahaan besar milik keluarga Lee. Pasti sangat melelahkan.

Sedangkan Hyora sendiri juga sama, ia memegang salah satu anak perusahaan ayahnya. Tidak seberat Felix, tetapi tetap saja tergolong sibuk.

Jadi bisa dibilang, Felix dan Hyora jarang mempunyai waktu bersama belakangan ini.

"Kita mau kemana?"

"Lihat aja nanti"

Kalau sudah begini, Hyora hanya bisa pasrah kemanapun Felix membawanya.

Hampir setengah jam perjalanan tidak terasa karena diiringi canda tawa yang keluar dari bibir pasangan ini.

"Pantai?" gumam Hyora, saat mobil Felix berhenti.

Si pemuda Lee keluar terlebih dahulu, lalu memutari kap depan mobil dan membukakan pintu untuk Hyora.

"Bagus banget"  puja gadis itu kemudian, saat telah keluar dari mobil dan pemandangan disana terlihat semakin jelas

Senja yang berpadu dengan indahnya pantai.

Kalau Felix memberitahunya sebelum berangkat tadi, sudah dipastikan Hyora akan membawa kamera.

"Kamu suka?"  tanya Felix setelah menghampiri Hyora yang berdiri dipinggir pantai, kemudian gadis itu mengangguk sebagai jawaban.

Si pemuda Lee melepas jasnya lalu memakaikannya pada Hyora. Menyisakan kemeja putih yang masih menempel ditubuhnya.

Disini cukup berangin, Hyora bisa sakit jika hanya memakai kemeja tipis seperti itu.

Felix menatap lamat wajah gadisnya dari samping, kemudian seutas senyum timbul di bibir pemuda itu tatkala netranya tak sengaja menangkap sebuah siluet benda berkilau di leher Hyora.

Hadiah yang ia beri saat ulang tahun si gadis Hwang tiga tahun lalu, yang tidak bisa ia berikan secara langsung, sebab takut gadis itu masih marah padanya.

Kalung itu, masih selalu Hyora pakai sampai saat ini.

"Kenapa ngelihatin aku terus?" tanya si gadis tanpa mengalihkan pandangan.

"Ngga boleh ya?"

"Boleh, tapi lebih bagus pemandangan didepan"

Felix menggeleng, "aku lebih suka pemandangan yang di samping"

Hyora menoleh cepat kearah Felix, lalu memasang tampang bingung

"Maksudnya?"

"Senja memang indah. Pantai juga indah. Tapi bagi aku, kamu yang paling indah"

"Bisa aja kamu, dasar gombal"  ujar Hyora sembari tertawa kecil

"Ra, aku serius"

Tawa Hyora langsung meluntur, digantikan oleh raut serius.

"Aku mau kamu jadi pemandangan yang aku lihat setiap hari, dari mulai aku bangun tidur sampai aku bersiap buat tidur lagi"

Hyora terperangah, butuh beberapa waktu untuk bisa mencerna perkataan panjang Felix tadi.

Dan tanpa gadis itu tau, Felix telah meraih sesuatu dari kantong celananya dan memasangkan benda tersebut pada jari manis Hyora.

Sebuah cincin.

"Lix..."

"Ayo nikah. Aku ngga terima penolakan" 

Hyora melongo. Dimana-mana orang itu melamar itu mengatakan 'will you marry me' atau semacamnya agar romantis.

"Kalau aku nolak gimana?"

Wajah Felix berubah lesu, membuat Hyora ingin tertawa dibuatnya

"Emang kamu gamau?"

Sebuah gelengan dari si gadis membuat raut Felix menjadi semakin sendu

"Gamau nolak maksudnya"  ujar Hyora, kemudian gadis itu terbahak karena merasa sukses telah mengerjai si pemuda Lee

Sedangkan Felix menatap Hyora tidak percaya. Gadisnya ini benar-benar.

"Sini kamu!" gemas pemuda itu lalu mengejar Hyora yang telah berlari menjauh.

Keduanya berlarian di sepanjang bibir pantai. Mengabaikan senja yang mulai berganti menjadi malam.

"Gotcha!"

Felix berhasil menggapai Hyora dan memeluk gadisnya itu dari belakang, lalu keduanya tertawa bersama.


Tidak ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan, karena salah satu atau keduanya mungkin memiliki perasaan.

Tetapi tidak pada semua kasus berakhir tragis, kami contohnya.

Walau harus menjalani banyak rintangan, tapi pada akhirnya kami bisa bersatu.





friend? || lee felix
officially end!

Friend? || Lee Felix (✓)Where stories live. Discover now