[30] Diantara Dua Pilihan

5.1K 625 110
                                    

Besok yang kemarin Leon maksud telah tiba. Saat ini, Juna sedang berada di ruangan sang sahabat untuk membahas perihal Ares dan kesayangannya.

Juna tidak tau sejak kapan ruang kerja Leon menjadi mencekam seperti ini. Yang jelas, selalu ada kabar tak baik yang Juna terima tiap kali berada di ruangan ini. Setiap untaian penjelasan yang Leon rangkai terdengar mengerikan.

"Sebelumnya, gue udah jelasin sedikit masalah katup jantung Ares, dan lo udah liat sendiri di ekokardiogram gimana struktur jantungnya. Sorry, kemaren jelasinnya ngga bisa detail, gue ngga mau kondisi Ares down," kata Leon.

"Iya, gue ngerti."

"Oke, gue lanjutin," ucap Leon, membaca sekilas selembar kertas yang ada di tangannya. Beberapa detik kemudian, mata Leon bergulir pelan memerangkap atensi sekembar manik legam pria di hadapannya.

Juna tau betul, tatapan itu bukan pertanda baik.

"Jadi, kebocoran katup jantung terdiri tiga tingkatan, yakni ringan, sedang, dan berat. Setelah menganalisis kondisi jantung dan hasil tes ekokardiografi*¹ yang kemarin Ares jalani, gue bisa simpulin, saat ini kebocoran katup yang Ares alami tergolong tingkat sedang cenderung berat," jelas Leon.

"Opsi terbaik yang bisa dilakuin saat ini adalah operasi perbaikan katup jantung." Leon menaruh kertas hasil pemeriksaan tersebut ke mejanya.

"Ares harus operasi, lagi?" tanya Juna. Pasalnya, ini bukan kali pertama Ares operasi. Ares pernah 2 kali operasi, yakni saat usianya 3 tahun dan menginjak 12 tahun, tepat beberapa bulan sebelum Ayu meninggalkan mereka.

Leon sendiri mengangguk singkat. "Sayangnya, iya. Tapi, lo tau benar kalo penyakit Ares bukan tipe yang bisa sembuh gitu aja setelah operasi. Operasi juga ngga menjamin banyak hal. Satu-satunya hal yang berkemungkinan besar nyembuhin Ares cuma penggantian katup jantung," jelas Leon. "sesuatu yang rusak bisa diperbaiki, tapi kinerjanya ngga akan sama kalo sesuatu yang rusak itu lo ganti dengan yang baru."

Juna menghela napas gusar. Mata sayunya dapat menjelaskan betapa ia tak pernah suka pembahasan ini. Hatinya terasa pilu setiap kali Leon membahas perihal kondisi detak yang berada di dada kiri Ares itu. Keadaan anaknya yang satu itu kian hari kian memburuk. Dan naasnya, Juna tak bisa melakukan banyak hal untuk menyembuhkan Ares, karena sampai saat ini, belum ada donor yang cocok untuk sang putra.

"Kapan Ares harus di operasi?" tanya Juna lagi.

"Tergantung. Kita harus pulihin dulu aritmianya. Kalo kondisi Ares udah stabil, mungkin operasinya bisa dilakuin sekitar 2 minggu lagi."

Juna mengangguk pasrah. "Gue percaya sama lo."

"Tapi lo harus bisa bujuk Ares, Jun, karena menurut feeling gue, dia bakal nolak operasi ini," tutur Leon. "Lo udah khatam sekeras-kepala apa anak lo. Dan waktu pemulihan pasca operasi ini makan waktu lumayan lama, berkisar antara 6-8 minggu, bahkan bisa lebih dari itu. Sedangkan Ares sendiri udah kelas 12."

Juna menghela napas, lagi. Ucapan Leon benar. Ares pasti menolak habis habisan operasi ini.

"Seandainya Ares ngga mau gimana?"

"Ya kita ngga bisa maksa. Kalo dipaksa pun, pasti bakal berakhir ngga akan baik untuk kondisi dia sendiri."

Sungguh, kepala Juna saat ini benar-benar berdenyut pening.

"Ada cara lain selain operasi?"

"Cara lain ya cuma konsumsi obat.  Ares harus berhubungan lebih intensif dengan obat yang dosis dan jenis kemungkinan bakal bertambah. Ditambah lagi, pantangannya bakal lebih banyak dari sebelumnya. Pola hidup dan pola makannya juga harus diperketat untuk menghindari resiko terburuk kayak gagal jantung karena rentannya kondisi Ares."

HOME [END]Where stories live. Discover now