Kutukan dan Bocah

2.5K 314 61
                                    

Aura mencekam mengelilingi ruangan yang kurang di hiasi cahaya, sepasang mata merah terus memperhatikan orang yang tergeletak di lantai. Tubuh orang itu sudah terbaring kaku dan bersimbah darah.

Ia baru saja menyelesaikan tugasnya, perjanjian demi perjanjian ia tepati, telah banyak kematian yang ia saksikan. Semuanya sama saja, tak ada yang berarti baginya, manusia akan datang dan meminta padanya, setelah itu ia akan di lupakan. Tak apalah, mereka juga mendapat bayaran yang setimpal kalau menitahnya terlalu sulit, toh manusia pada dasarnya selalu terselimuti rasa dendam.

Ia menyeringai puas, tibalah saatnya membayar. Hal yang paling ia sukai dari apapun, memakan manusia yang telah meminta padanya. Manusia itu bodoh, kenapa mereka malah bersekutu dengan kutukan keji seperti dirinya, dan rela melakukan apapun demi dendamnya terbalas.

Ryomen Sukuna namanya, kutukan yang selalu di puja para manusia yang ingin balas dendam. Tubuh yang begitu besar, memiliki empat tangan dan dua wajah, aura kutukan yang begitu mengerikan bersemayam dalam dirinya.

Manusia akan meminta padanya, dan memberi imbalan yang setimpal. Sudah tau akan menukar nyawa, lantas mengapa mereka masih bersekutu dengan Sukuna.

"Saatnya makan malam" tawa menyeramkan miliknya dapat membuat bulu kuduk berdiri. Suara berat dan mencekam seolah akan menghabisi siapa saja yang menentang.

Seusai memakan manusia, kini ia kembali ke wujud palsunya. Ia tidak mungkin selalu menunjukkan tubuh asli di depan orang-orang, tentu mereka akan memilih lari dan tak berani meminta. Kakinya melangkah keluar dari bangunan tua, hanya ada lentera di setiap sisi jalan.

Tangan kanannya mengusap kasar surai merah muda miliknya, matanya terpejam, bibirnya tersenyum puas, semakin banyak manusia meminta padanya, maka semakin banyak pula jiwa manusia yang ia dapatkan.

"Manusia memang makhluk bodoh" ia tertawa seperti orang gila. Haus, dirinya masih haus akan kepuasan, walaupun telah begitu banyak mendapat jiwa namun semua terasa belum cukup.

"Om ngapain ketawa ga jelas" tawanya terhenti kala seorang bocah dengan dua ekor anak anjing menghampiri Sukuna.

"Berisik bocah, ganggu" Sukuna berdecih tak suka, merusak suasana saja, pikir Sukuna.

"Om aku mau minta sesuatu" Sukuna sedikit tersentak, jangan bilang bocah ini tau kalau Sukuna adalah kutukan. Semua orang yang datang padanya pasti akan mengatakan hal tersebut.

"Apa itu bocah ? Tapi kau tau bukan, semuanya di bayar setimpal" senyuman licik Sukuna tampak tak membuat bocah itu getir sedikitpun. Ia mengangguk saja, padahal sebenarnya dirinya tidak paham apa yang orang aneh di depannya bicarakan.

"Tolong jaga anjingku ya"

"Kau datang hanya untuk permintaan konyol, bocah ?" Sukuna mengerutkan alisnya, permintaan tak terduga keluar dari bibir mungil itu. Belum pernah ada yang meminta seorang Ryomen Sukuna, yang notabene kutukan terkuat menjaga dua ekor anak anjing.

"Sebentar saja, Megumi kebelet pipis" bocah bernama Megumi itu memegangi bagian selangkangannya. Setelah Sukuna mengangguk ia langsung memberi tali anjingnya pada Sukuna, tak lama ia melesat pergi begitu saja.

"Ini bukan kontrak khusus namanya" keluh sang kutukan. Sukuna mendudukkan bokongnya di bangku taman, saat ini pukul sebelas malam. Bagaimana bisa seorang bocah berkeliaran, belum lagi ia membawa dua ekor anak anjing bersamanya.

Sukuna mengusap dagu sembari berpikir, kalah perintahnya terlalu mudah begini apa yang akan ia minta dari sang bocah, uang pun Sukuna yakin dia tak punya banyak. Sukuna menyandarkan punggungnya pada sandaran bangku, langit malam ini begitu indah, bahkan binatang pun tampak jelas.

Evanescent [SukuFushi]✔Where stories live. Discover now