Kisah Baru [Tamat]

1.2K 200 37
                                    

Rinai hujan menyapa kulit pucat pemuda tersebut, sepasang netra biru gelap menatap nanar tubuh ringkih yang terbaring. Hembusan angin bagai lantunan lagu kematian, kegelapan langit seolah jadi isak tangis untuk tubuh besar tak berdaya.

Pertarungan sengit mereka membuat kepalanya sakit, sekelebat dengingan bak memekakkan telinganya detik itu juga.

"Apa kau mengingatku ?" suara berat sang kutukan menyadarkannya.

Setetes air bening turun membasahi pipi, bukan hujan pelakunya, melainkan timbul afeksi akibat melihat pemandangan di depannya.

Bila sang kutukan enggan memberitahu, ia pun sadar di waktu ini.

"Kenapa ?" pertanyaan balik Megumi diiringi tangis.

Dipertemuan kali ini takdir sangat mematahkan kisah sang kutukan. Megumi, sang pengantin dikehidupan lalu kini jadi penyihir pemburu kutukan. Bak telah diutus menjadi malaikat maut khusus untuknya.

Ratusan tahun berlalu, tapi bulu mata lentik, tatapan tajam dan gerutunya tak pernah berubah. Rela hatinya menerima takdir kelam yang bahkan tak pernah ia dambakan.

"Kenapa aku baru mengingat semuanya ?" kakinya tak sanggup menopang tubuh, lututnya ia hadapkan ke tanah dingin dibawah.

Seperti dihantam beban besar, mental si surai gelap hancur dalam sekejap. Tepat setelah pertarungan mereka selesai, ingatan masa lalu terputar layaknya peristiwa kemarin. Penderitaan bertambah tatkala ingatan pada saat pertama kali mereka bertemu juga diputar. Seorang kutukan keji dan bocah polos yang begitu rapuh.

Kedua tangannya telah menghajar sang kutukan habis-habisan, hingga ia tergeletak dan tak dapat bergerak lagi. Bukan kesenangan yang menjalar di hati, bukan juga rasa puas lantaran berhasil mengalahkan sang raja kutukan, bukan pula rasa tinggi hati setelah berjuang mati-matian.

Kenyataan mengajak Megumi mencicipi rasa pahit yang kekal. Di hadapkan calon jasad sang kutukan mencabik relung hati.

"Jangan menyalahkan dirimu. Ingat, kau pernah berkata seperti itu pada Satoru" ujarnya dengan senyuman hangat.

Kian perih, sesak, begitu pengap menatap Sukuna sekarang.

"Terima kasih karena tidak melupakanku" air matanya menetes, tak pernah ia rasakan sebelumnya.

Bukan takut mati, Sukuna cuma belum siap meninggalkan Megumi sendirian, selama ini Megumi yang selalu pergi tanpa mengajaknya, hatinya resah jikalau anak muda itu berdiri tanpa pijakan lagi.

"Maafkan aku" digenggamnya lengan yang mulai berubah menjadi butiran pasir.

"Maafkan aku" ucapnya lagi.

Sukuna memang telah menanti malaikat maut yang akan menjemputnya, namun ia tidak menyangka sang penantian adalah orang yang begitu penting dalam kehidupannya.

"Maafkan aku" suaranya makin memelan.

"Sampai bertemu lagi" kalimat tersebut ia tuturkan sebagai kata terakhir.

Sukuna menghilang. Dampak serangan Megumi melenyapkan tubuhnya. Keliru jika meremehkan kemampuan sang kutukan, ia jelas mengalah kali ini. Mana mungkin dirinya terus mengulang dejavu kala memeluk tubuh kurus itu menghembuskan napas terakhir. Biarkan kali ini dirinya yang menggantikan posisi Megumi.

"Maafkan aku Sukuna" jemarinya menggapai pasir basah tersebut, aroma rumput basah akibat hujan menusuk hidung.

Batinnya sedang meraung kesakitan saat ini, air mata juga tak dapat dibendung lagi.

Megumi, penyihir terhebat di era ini. Namanya melegenda usai berita dirinya yang mengalahkan sang raja kutukan tersebar luas.

Cuma itu yang orang ketahui dari dirinya. Mereka tak tahu kalau sang penyihir terhebat harus menghabiskan malam dengan penyesalan tiada akhir.

Evanescent [SukuFushi]✔Where stories live. Discover now